Ekonomi Digital Jabar Tumbuh 40 Persen di Masa Pandemi Covid-19

Pertumbuhan ekonomi digital Jawa Barat tumbuh positif di atas 40 persen meski di tengah pandemi Covid-19.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 10 Des 2020, 11:11 WIB
Diterbitkan 10 Des 2020, 11:00 WIB
BI Luncurkan QR Code Indonesia
Karyawan BI melakukan transaksi menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) di kantor BI, Jakarta, Sabtu (17/8/2019). QRIS merupakan transformasi digital pada Sistem Pembayaran Indonesia sangat membantu percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan digital di Indonesia. (Liputan6.com/HO/Rizal)

Liputan6.com, Bandung - Pertumbuhan ekonomi digital Jawa Barat tumbuh positif di atas 40 persen meski di tengah pandemi Covid-19. Catatan tersebut berasal dari Bank Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi digital di Jabar termasuk penggunaannya meningkat positif di atas 40 persen. Jadi, ekonomi paling tinggi selama Covid-19 adalah ekonomi digital, berikutnya pangan dan lain-lain," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (8/12/2020).

Emil, begitu ia akrab disapa, mengatakan digitalisasi bukanlah suatu pilihan, melainkan keharusan dan menjadi kebutuhan terlebih di saat pandemi Covid-19. Dulu, migrasi ke digital harus ada motivasi terlebih dulu. Tapi saat ini oleh Covid-19 digital menjadi sebuah paksaan.

"Mereka yang tidak mau dipaksa migrasi ke digital pasti akan jadi kelompok yang kalah. Inilah yang akhirnya selama satu tahun terjadi lompatan pertumbuhan ekonomi digital di Jabar," ujar dia.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Jabar juga tak lepas dari upaya Pemprov Jabar mendukung pengembangan ekonomi digital. Menurut dia, transformasi digital terbagi dua, yakni penggunaan di ruang privat dan publik.

"Untuk publik kita melihat digital ini datang sebagai solusi yang praktikal, contohnya e-commerce," kata Emil.

Jabar telah melakukan upaya pelayanan publik melalui digital dengan konsep kolaborasi pentaheliks. Salah satunya menerapkan birokrasi 3.0 atau birokrasi dinamis di mana siapapun yang mencintai Jabar dapat terlibat sebagai organ pembangunan.

"Maka saya mendirikan unit kerja digital untuk melayani masyarakat diantaranya Jabar Digital Service. Saya merekrut anak muda untuk membuat aplikasi-aplikasi untuk menyelesaikan persoalan di Jabar," ungkap Emil.

Unit kerja lain yakni Jabar Saber Hoaks yang berfungsi melacak berita-berita bohong yang beredar di masyarakat. Ada juga Jabar Quick Respons yaitu unit kemanusiaan yang bertugas mencari keluhan di media sosial yang sifatnya kemanusiaan seperti rumah roboh, belum bisa bayar rumah sakit lalu dibantu oleh pemerintah.

"Itu contoh kecil tiga unit kerja yang didirikan sebagai jawaban bahwa digitalisasi sangat dibutuhkan," kata Emil.

"Pajak kami juga meningkat dengan hadirnya transformasi digital di mana kami bekerja sama dengan platform belanja online dan membuat sejumlah aplikasi," kata dia menambahkan.

Dari sisi ekonomi, desa-desa di Jabar juga didirikan pusat digital desa yaitu sebuah tempat untuk jualan online produk pedesaan. Contohnya, peternak lele di Indramayu menggunakan aplikasi untuk memberi pakan lele hasilnya panen bisa empat kali dalam setahun.

Menurut Emil, peningkatan pertumbuhan ekonomi digital di Jabar ini tak lepas dari tekad Jabar menjadi provinsi digital. Jabar sebagai provinsi digital secara teknis terbagi dua yaitu smart city untuk perkotaan atau daerah urban dan smart village untuk di perdesaan.

"Jadi di situ sangat jelas road map menuju digital west java itu adalah gabungan dari keberhasilan smart city dan smart village yang terakselerasi digital," ungkapnya.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya