Melihat Kehebatan Meriam 76mm Otomelara, Amunisi Baru TNI AL

Amunisi yang merupakan hasil pengadaan Dissenlekal itu tepat mengenai sasaran yang telah ditentukan.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Feb 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2021, 08:00 WIB
Meriam 76mm Otomelara
TNI Angkatan Laut melalui Dinas Materiel Senjata dan Elektronika TNI AL (Dissenlekal) melaksanakan uji fungsi amunisi 76mm Otomelara di Pusat Latihan Tempur Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (11/2/2021) lalu. (Foto: Dok. PT Len Industri)

Liputan6.com, Bandung - TNI Angkatan Laut melalui Dinas Materiel Senjata dan Elektronika TNI AL (Dissenlekal) melaksanakan uji fungsi amunisi 76mm Otomelara di Pusat Latihan Tempur Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (11/2/2021) lalu. Amunisi yang merupakan hasil pengadaan Dissenlekal itu tepat mengenai sasaran yang telah ditentukan.

Amunisi yang melesat sempurna ini ditembakkan melalui remote dengan menggunakan CMS (Combat Management System) GFR (Gunnery Firing Range) buatan BUMN PT Len Industri. Dengan berhasilnya uji fungsi ini, maka baik fasilitas GFR Kodiklatal maupun amunisi 76mm telah siap digunakan untuk mendukung latihan dan operasional TNI AL.

"Amunisi yang diujikan ini diperuntukkan bagi meriam 76mm Otomelara yang saat ini telah terpasang di beberapa KRI. Saya berharap ke depan tidak hanya meriam 76mm saja yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan uji fungsi, namun juga meriam tipe lainnya dengan juga melibatkan siswa-siswa Kodiklatal," kata Kadissenlekal Laksamana Pertama TNI Endarto Pantja dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (17/2/2021).

GFR terdiri dari sensor, persenjataan, dan command center (CMS) layaknya kapal perang yang dapat digunakan untuk latihan operasional pertempuran di kapal. Khususnya prosedur penembakan menggunakan meriam tanpa harus mengoperasikan kapal perang di laut.

Direktur Bisnis dan Kerjasama PT Len Industri Wahyu Sofiadi mengatakan, membangun GFR adalah pembuktian perusahaannya di bidang combat system. Itu karena Len sudah mengembangkan CMS sejak 2010.

Combat system itu terdiri dari sensor-sensor dan efektor atau persenjataan. CMS-nya full kita kerjakan sendiri. Len juga merefurbis senjata meriam OTO Melara KRI Slamet Riyadi (352) untuk diintegrasikan pada GFR ini,” ujar Wahyu.

GFR yang dibangun di Paiton Jawa Timur merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia, bahkan di ASEAN. GFR mulai difungsikan Kodikopsla pertama kali pada awal 2020 dan dibangun sejak 2018. Fasilitas ini mirip seperti yang sudah ada di Italia dan di Australia.

"Insya Allah ada rencana, GFR ini akan dikembangkan lagi dengan menambahkan meriam kaliber 57mm dan 40mm. CMS-nya juga pasti akan di-upgrade berarti, karena ada fitur yang harus ditambahkan lagi. Kita siap mendukung ini," kata Wahyu.

GFR merupakan fasilitas pelatihan guna mengasah manajemen tempur prajurit artileri yang sedang menempuh pendidikan di Pusdikpel Kodikopsla Kodiklatal. Sistem ini dapat dipergunakan secara intensif oleh TNI AL. Selain itu, GFR juga dapat menjadi prasarana pengembangan doktrin tempur TNI AL.

”Bahkan GFR juga bisa dikembangkan agar dapat menembak target di udara atau anti air warfare. Dengan syarat GFR harus dilengkapi dengan radar tracking, karena yang sekarang baru dilengkapi dengan radar navigasi,” tutur Wahyu.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya