Liputan6.com, Bandung - Kepala Divisi Surveilans dan Riset Klinis Bio Farma yang juga dosen luar biasa Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Novilia Sjafri Bachtiar, meninggal dunia usai terpapar Covid-19. Novilia sempat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Santosa, Kota Bandung, sebelum meninggal dunia pagi hari tadi, Rabu (7/7/2021).
Kepala Kantor Komunikasi Publik Unpad Dandi Supriadi mengonfirmasi kabar meninggalnya Novilia.
"Beliau terpapar Covid-19 dan meninggal tadi dini hari pukul 2.05 WIB di RS Santosa. Menurut info dari Fakultas Farmasi, beliau sudah dimakamkan di Cimahi, dekat kediamannya dengan protokol Covid-19," kata Dandi melalui pesan singkat kepada Liputan6.com.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, melalui akun resmi Instagram Universitas Padjadjaran disampaikan duka dari segenap keluarga besar sivitas kampus.
"Pimpinan dan segenap keluarga besar Universitas Padjadjaran mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Dr. Novilia Sjafri Bachtiar, dr., M.Kes. Semoga almarhumah memperoleh tempat mulia di sisi Tuhan YME," tulis keterangan @universitaspadjadjaran.
Terpisah, Kepala Seksi Hubungan Internal/Media Relation PT Bio Farma Edwin Garna Pringadi juga menyampaikan belasungkawa.
"Kami mewakili keluarga almarhumah, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Mohon dimaafkan apabila almarhumah dalam menjalankan tugasnya, terdapat kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja," kata Edwin.
Novilia mengawali karier di Bio Farma sejak 2001, dengan latar belakang pendidikan di bidang kedokteran.
Meski berbekal ilmu medis, vaksinologi dan uji klinis tetap menjadi hal baru yang penuh tantangan dan menarik untuk dipelajari baginya.
Simak Video Pilhan di Bawah Ini
Karya Novilia
Melansir biofarma.co.id, Novilia berkisah bahwa ada sebuah kebanggaan tersendiri ketika ia dan tim pernah merintis satu bagian baru bernama Evaluasi Produk yang kemudian berubah nama menjadi Uji Klinis.
Bagian ini dibuat saat Bio Farma mulai meluncurkan berbagai vaksin baru, sehingga dibutuhkan satu bagian khusus yang menangani uji klinis.
"Seperti umumnya peneliti, saya tak boleh berhenti pada satu kajian saja. Sejak ditempatkan sebagai staf evaluasi produk hingga saat ini, di Divisi Surveilans & Uji Klinis, saya dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan dan skill di bidang uji klinis dan imunologi," tulisnya dalam biofarma.co.id dikutip Rabu.
Ia menambahkan, banyak upaya yang ditempuh, antara lain membaca berbagai jurnal, berkontribusi dalam berbagai working group kelas dunia, training, hingga diskusi dengan para ahli di bidang imunologi, serta mengoptimalkan kesempatan menempuh pendidikan di bidang S2 dan S3 yang diberikan oleh Bio Farma.
Advertisement
Pesan Novilia
Sebagai peneliti ia sempat berpesan, menjadi peneliti tidak boleh mudah dan lekas berpuas diri, tidak ada kata "berhenti" untuk belajar.
Ketika suatu penyakit dinyatakan nol kasusnya di dunia (eradikasi) karena keberhasilan vaksin, di masa depan tak tertutup kemungkinan akan muncul penyakit baru dan peneliti dituntut untuk terus belajar.
"Harapan saya, kita harus siap berlari sejalan dengan produk baru yang akan dikeluarkan Bio Farma, dari berbagai aspek."
Pada 2017, uji klinis di Bio Farma semakin giat mengembangkan beberapa studi vaksin. Saat ini, ada 6 fokus uji klinis yang tengah diproses pada bagian uji klinis, antara lain bOPV, Td pada wanita hamil, vaksin tifoid, rotavirus, influenza quadrivalent, dan MR.
"Meski harus kerja keras, saya bersyukur Bio Farma semakin banyak meluncurkan beberapa terobosan baik pada produk vaksin maupun biosimilar yang diproyeksikan harganya akan lebih terjangkau masyarakat."