Kisah Pria Asal Solo, Tendang Anggota PKI karena Terintimidasi

Heri Isranto, pria asal Solo, memiliki cerita menarik saat masih kecil. Dia sempat bersitegang dengan PKI (Partai Komunis Indonesia).

oleh Dewi Divianta diperbarui 01 Okt 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2021, 11:00 WIB
Heri Isranto, Saksi Kekejaman PKI
Heri Isranto, Saksi Kekejaman PKI (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Solo - G30S/PKI atau Gerakan 30 September PKI adalah peristiwa kelam dalam sejarah Tanah Air. Nyawa jenderal-jenderal TNI terenggut demi membela negara dan Pancasila. Tak sedikit warga juga menjadi korban kekejaman PKI kala itu.

Namun, ada sedikit kisah unik yang masih membekas dalam ingatan Heri Isranto atau karib disapa Gogor. Semasa usianya baru delapan tahun, ia pernah dikejar-kejar anggota PKI dan kemudian malah menendangnya.

"Dulu waktu kecil biasa dapat ancaman dari mereka (PKI). Dari pem-bully-an sampe ketek mereka diciumkan di hidung saya," kata Gogor kepada Liputan6.com di Solo, Kamis (30/9/2021).

Namun, Gogor bergeming mendapat ancaman itu. Keberanian Gogor tak terlepas dari didikan orangtuanya yang memang anggota militer, Gogor dengan berani, malah selalu menantang, anggota PKI yang sedang melintas depan rumahnya. Pasalnya, markas PKI saat itu berada tidak jauh dari rumah sang kakek di Jalan Honggowongso.

"Saya tendang kakinya, otomatis anggota PKI itu marah-marah dan mengejar saya. Saat itu, ada tetangga bilang jangan dikejar masih kecil," ucap dia.

Gogor menceritakan, saat itu dirinya sering melihat banyak orang yang dibawa ke markas PKI dan disiksa. "Dulu waktu kecil sering lihat banyak orang dibawa ke markas mereka (PKI). Saya sering mengintip lihat mereka menyiksa orang," ucapnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Masuk Daftar Eksekusi PKI

Gogor yang keturunan dari tiga orang keraton yaitu, Mangku Suwiryo, Mangku Sunarto (Partisipan PNI), dan Sudiyono (aktivis Muhammadyah) memang masih keturunan ningrat dan rumahnya tidak jauh dari markas PKI.

"Kakek saya aktivis Muhammadyah dan rumahnya berhadapan dengan rumah Kyai Ulama (Kyai Firas)," katanya. 

Di sisi lain, Gogor mengaku dirinya dan keluarga besarnya pernah mendapatkan intimidasi melalui surat yang bertuliskan bahwa keluarga mereka menjadi bagian orang-orang yang berencana dieksekusi.

"Terbukti dokumennya PKI bahwa keluarga saya, lalu H Asngat dan H Sangidu (ayah dari pendiri ormas Mega Bintang, Mudrick M Sangidu) masuk daftar eksekusi anggota PKI bahkan sudah dibuatkan lubang kuburnya," tuturnya.

Menurutnya, ketiga tokoh tersebut, termasuk sang kakek, adalah pihak yang mewakafkan tanah untuk masjid At Taqwa di daerah Surakarta. "Sementara untuk kebutuhan perkakas KH Ghozali dan pendanaan adalah H Asngat serta H Sangidu. Mungkin karena itu, kakek saya dan teman-temannya masuk daftar mereka (PKI)," imbuhnya.

Gogor manambahkan, pengalamannya semasa kecil sangat mengerikan bagi dirinya dan keluarganya. "Jangan sampai komunis tumbuh lagi di negara ini. Ini sangat membahayakan, karena saya mengalami sendiri," dia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya