Pelajaran Penting di Balik Cerita Tewasnya Pemulung Usai Tertimpa Sampah di TPA Antang

Seorang pemulung meregang nyawa usai tertimpa onggokan sampah berisi kloset yang tak terpilah dengan baik.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 07 Feb 2022, 13:20 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2022, 13:20 WIB
Sapi mencari makan di TPA Antang (Liputan6.com/Ahmad Yusran)
Sapi mencari makan di TPA Antang (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Makassar - Pilu hingga kini masih menyelimuti keluarga Baharuddin, seorang pemulung yang sehari-hari mengais rezeki di onggokan sampah yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang, di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Pria berusia 35 tahun itu sempat meregang nyawa hingga dilarikan ke rumah sakit usai tertimpa onggokan sampah pada Senin (31/1/2022) lalu. 

Sayang Tuhan berkata lain, Baharuddin harus menghadap Sang Pencipta usai mendapat perawatan selama beberapa jam di rumah sakit. Ia sebelumnya sempat koma karena kepalanya tertimpa gundukan sampah. Usut punya usut ternyata terdapat kloset di dalam gundukan sampah itu, lantaran sampahnya takterpilah dengan baik.  

 

Di balik peristiwa nahas ini banyak pelajaran berharga terkait hal penting yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah. Salah satunya adalah pembatasan bagi siapapun yang hendak beraktivitas di TPA Antang. 

Di tempat pembuangan akhir tersebut, tidak ditemukan adanya pembatasan aktivitas manusia yang mengais rezeki dari sampah. Bukan hanya manusia, hewan ternak seperti sapi pun masih terlihat berkeliaran dan mencari makan dari onggokan sampah yang berada di sana. 

Ironisnya, ribuan ton sampah-sampah yang masuk ke TPA Antang  setiap harinya belum terpilah. Padahal Wali Kota Makassar Mogammad Ramdhan 'Danny' Pomanto begitu getol mengobral janji bahwa TPA Antang bakal direhabilitasi hingga menjadi tempat pengolahan sampah bintang lima. 

Dilain sisi,  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadikan Kota Makassar sebagai proyek percontohan nasional dalam pengelolaan sampah lantaran pemerintah Makassar dinilai mampu menggalakkan masyarakat dalam membentuk bank sampah yang menghasilkan nilai ekonomis.

 

Namun faktanya, sejauh ini kondisi pengolahan sampah TPA Antang belum optimal. Karena minim kapasitas pengelolaan sampah yang baik dan benar. Itu juga terjadi karena rendahnya kapasitas pemerintah daerah. Di sisi lain, kepedulian publik pun masih rendah.

 

Peramsalahan Sampah bukan Pada Teknologi, tapi Pengelolannya

Sapi mencari makan di TPA Antang (Liputan6.com/Ahmad Yusran)
Sapi mencari makan di TPA Antang (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Ketua LSM Forum Komunitas Hijau Makassar, Ahmad Yusran mengatakan semua pihak perlu mendorong perubahan perilaku yang massif di tengah masyarakat. Dan tak kalah penting adalah mendorong pemerintah kota menjalankan sanksi atau efek jera dari regulasi yang ada.

"Sementara untuk menjadikan sampah sebagai bahan baku energi terbarukan atau lainnya. Harus dibangun ekosistem yang utuh dari hulu ke hilir: mulai dari produsen, masyarakat memilah, connecting sistem bank sampah, TPS 3R, sosial enterpreneur, dan sektor lainnya. Karena dari jejak pendapat dan riset kecil kami hampir 39 persen perubahan di masyarakat terjadi, akibat adanya edukasi, workshop dan kampanye," kata Yusran Minggu (6/2/2022).

Olehnya itu, sambung Yusran menyangkut solusi pengelolaan sampah yang bertanggungjawab itu harus tuntas. Sehingga permasalahan sampah, bukan hanya pada teknologi, tapi pada tata kelola.

"Hal sederhana dari beratnya sebuah komitmen adalah, konsistensi satu platform data persampahan di 15 kecamatan dan 152 kelurahan. Sehingga semua orang termasuk investor atau siapapun bisa memperoleh data real time setiap saat," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya