Liputan6.com, Palu - Berdasarkan data BKKBN Sulteng persentase stunting di Sulteng masih di angka 29,7 persen atau di atas rata-rata persentase nasional yakni 24 persen. Sebaran penderita juga disebut merata di 13 kabupaten maupun kota.
Baca Juga
Advertisement
Kabupaten Sigi menjadi daerah dengan jumlah balita stunting paling tinggi yakni 40,01 persen, sementara jumlah terendah ada di Kota Palu yakni 24 persen.
"Prevalensi stunting di Sulteng bahkan tertinggi kedelapan se-Indonesia," Kepala BKKBN Sulteng, Tenny C Soriton mengatakan, Rabu (29/6/2022).
Tingginya angka stunting itu salah satunya disebut lantaran pola asah asih asuh dalam keluarga dan lingkungan yang belum baik yang menyebabkan pernikahan di usia muda dan kehamilan yang tidak dinginkan.
Agar lebih terarah, penanganan stunting di Sulawesi Tengah menurutnya mesti dilakukan dari hulu, yakni keluarga. Untuk itu kata Tenny peran Tim Percepatan Penanganan Stunting yang telah dibentuk saat ini menjadi harapan menurunkan prevalensi yang ditarget menjadi 14 persen hingga tahun 2024.
"Ada tim pendamping keluarga bahkan di tingkat desa yang terdiri dari bidan, kader desa, dan PKK yang memantau dan mengintervensi keluarga berisiko, seperti terdapat ibu dengan berat badan rendah, anemia, dan bumil di bawah usia 19 tahun," Tenny memungkasi.
Stunting atau kekurangan gizi pada balita dan anak sendiri terjadi karena ibu tidak mendapat makanan sehat dan bergizi sehingga anak dalam kandungannya kekurangan nutrisi. Kurangnya vitamin dan mineral yang dikonsumsi juga memengaruhi kondisi malnutrisi janin.