Liputan6.com, Yogyakarta - Mitos keberadaan lampor atau keranda terbang yang konon membawa musibah populer di kalangan masyarakat Jawa Timur. Di kaki Gunung Merapi ternyata juga pernah terjadi teror keranda terbang yang dinamakan kromoleo.
Mitos keberadaan kromoleo ini sangat populer di antara masyarakat pedesaan di kawasan kaki Gunung Merapi. Mereka tentu sudah tidak asing dengan mitos hantu keranda atau kromoleo.
Advertisement
Kromoleo digambarkan sebagai rombongan pengiring jenazah. Seperti layaknya lampor, kromoleo disebut-sebut pertanda datangnya musibah apabila melewati dan berhenti disebuah wilayah atau desa.
Advertisement
Dikutip dari berbagai sumber, banyak masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi yang pernah melihat kromoleo ini. Bahkan tidak sedikit warga yang mengaku melihat langsung penampakan keranda berjalan sendiri bahkan lengkap bersama rombongan pengantar.
Baca Juga
Cerita mengenai teror kromoleo yang paling populer terjadi pada 1970-an. Pada malam itu, warga desa merasa ada yang janggal sejak sore menjelang.
Sampai pada tengah malam, beberapa warga melihat sebuah keranda digotong beramai-ramai melewat sebuah jembatan di desa tersebut. Kejadian aneh yang dilihat warga desa tersebut ternyata memiliki pertanda malapetaka yang terjadi di tempat itu.
Sebab, pada saat subuh menjelang ada angkutan desa yang kecelakaan dan menewaskan banyak penumpangnya. Sejak kejadian itu, suasana desa berubah menjadi mencekam.
Teror-teror suara pengiring jenazah atau teror kromoleo semakin jelas terdengar kepada beberapa penghuni desa. Konon, sosok kromoleo ini digambar seperti orang yang memakai jubah hitam dan memiliki tatapan kosong.
Keranda yang biasanya digotong sosok mistis kromoleo ini berisi kain putih kumal yang mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Jika pada mitos lampor ditandai dengan suara roda-roda keranda, kromoleo selalu diikuti dengan suara-sura tangis dan ratapan yang menyeramkan.
Â
Penulis: Tifani