Liputan6.com, Kendari - Pihak Tiongkok merencanakan pembangunan pabrik pengolahan baja dan pabrik baterai di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Wilayah ini, merupakan salah satu lokasi penghasil nikel terbesar di Sulawesi Tenggara, selain Konawe Utara.
Dua perusahaan Indonesia-Tiongkok, sepakat membentuk konsorsium proyek smelter pengolahan baterai pertama di Sulawesi Tenggara. Keduanya, PT Terra Paradisaea dan China Engineering Corporation (ENFI).
Jumlah keseluruhan investasi, mencapai Rp100 triliun. Anggaran sebanyak ini, untuk pembangunan instalasi pabrik yang bakal menyaingi PT VDNI di Konawe dan PT IMIP Morowali di Sulawesi Tengah.
Advertisement
Baca Juga
Perwakilan dari PT Terra Paradisaea, Choiril Arief Saleh sudah mempresentasikan kepada Gubernur Sultra Ali Mazi dan sejumlah OPD serta Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sultra Anton Timbang. Momen ini, dihelat awal Agustus lalu.
Choiril Saleh menyebutkan, rencana pembangunan dibagi tiga tahap. Tahap pertama, total investasi kita sebesar Rp6 triliun. Pada tahap kedua, Rp24 triliun dan tahap terakhir diperkirakan hingga Rp100 triliun.
"Pembangunan industri baterai dan baja jelas menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar," katanya.
Dia menjelaskan, tahap pertama, perusahaan akan membuka lapangan pekerjaan bagi 3.000 pekerja. Tahap kedua, bertambah lagi menjadi 5.000 pekerja. Pada tahap ketiga, total tenaga kerja yang dibutuhkan akan mencapai 30.000 orang.
"Ini akan menjadi kota baru. Bayangkan saja kalau hingga tahap ketiga perusahaan membuka lapangan pekerjaan hingga 30 ribu, belum lagi dengan anak dan istri bisa dikatakan berjumlah 100 ribu," jelasnya.
Choiril Saleh menyebutkan, rencana pembangunan industri, berada pada tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tolala, Kecamatan Batu Putih, dan Kecamatan Pakue.
Dia menambahkan, pihaknya saat ini tengah mengalami kendala karena ada lokasi rencana pembangunan pabrik baterai dan besi-baja Kolaka Utara yang masuk dalam kawasan hutan lindung.
"Kami berharap pemerintah bisa mendukung dan membantu kami," katanya.
Ketua Kadin Sulawesi Tenggara Anton Timbang menyatakan, ia terus berupaya dan melebarkan jejaring agar iklim investasi dan berbagai agenda nasional bisa dirasakan di Sultra. Menurutnya, kehadiran PT Terra memiliki niat baik mestinya didukung masyarakat dan pemerintah.
"Kondisi investasi di Indonesia itu tercatat 6 persen dari perusahaan nasional dan dari luar 94. Pembangunan smelter baru kali ini putra daerah yang membangun di daerah kita, jadi harus kita dukung," katanya.
Anton berharap agar keseriusan dari PT Terra berinvestasi bisa dipermudah. Ia juga mengimbau agar para investor menyimpan dananya di Bank Sultra. Langkah ini diperlukan sebagai dukungan bagi kemajuan daerah.
"Saya harap dukungan dari gubernur dan seluruh OPD untuk proses perizinan bisa cepat. Harapan kami bulan Desember 2022 atau Januari 2023 paling lambat kita sudah bisa melakukan groundbreaking (peletakan batu pertama)," kata Anton.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Sulawesi Tenggara (Sultra), Paringringi memastikan bahwa masalah RTRW yang jadi permasalahan akan segera dituntaskan.
"Kita secepatnya akan bentuk tim, kita akan bahas lagi teknisnya harus pikirkan masalah tata ruang karena terbagi antara darat dan laut sehigga yang paling pertama tata ruang di Kolut dan provinsi Sulawesi Tenggara terutama untuk pelabuhan dan industrinya itu sendiri," pungkas Parinringi.
Respon Gubernur
Menanggapi hal ini, Gubernur Sultra Ali Mazi mengaku sangat mengapresiasi rencana PT Terra Paradisaea. Apalagi status perusahaan tersebut merupakan perusahaan nasional yang tentunya harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Sebagai seorang kepala daerah, Ali Mazi yakin bahwa kehadiran investor akan memberikan angin segar.
"Saya pasti bantu. Kalau masalah hutan lindung nanti kita lihat RT/RW (Rencana Tata/Ruang Wilayah)," ujar Ali Mazi.
Menurutnya, jika perlu, pihak Pemprov akan berkoordinasi hingga ke kementerian kehutanan. Asal PT Terra serius, punya anggarannya dan mau kerja. Dia berharap, perusahaan tidak jor-joran dan mau bekerja.
Ali Mazi menegaskan, untuk mempercepat proses pembangunan industri tersebut, jika memungkinkan ia akan mengelurkan izin sementara. Ali Mazi juga mengimbau seluruh warga, untuk tidak menghalangi ketika ada investor yang bakal masuk.
"Investor ini kan masuk untuk kepentingan warga. Kehadiran mereka untuk warga kami imbau jangan halangi kalau dihalangi kapan akan tumbuh dan berkembang daerah itu, tumbuh dan berkembangnya daerah itu tergantung kalau ada investor masuk," imbaunya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Advertisement