Liputan6.com, Yogyakarta - Asmaragama atau Asmaragomo merupakan naskah kuno Jawa yang berisi ajaran mengenai seks. Naskah ini tidak ditemukan nama penulisnya, tetapi melalui cerita yang tertuang di dalamnya, naskah ini disebutkan bahwa Serat Asmaragama diajarkan oleh Dewa Guru.
Melansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, ajaran ini dibagi menjadi lima bagian yang disebut pancomahendah. Masing-masing bagian tersebut harus di lakukan secara berurutan.
Ajaran teks dalam Asmaragama diberikan sebagai upaya untuk memperoleh keturunan yang baik serta memperoleh kenikmatan dalam berhubungan ranjang. Dalam Asmaragama, disebutkan bahwa kenikmatan hubungan seks setiap hari berpindah-pindah, sesuai dengan tanggal saat melakukan hubungan.
Advertisement
Baca Juga
Asmaragama tidak melulu mengajarkan tentang teknik perseanggamaan atau hubungan seks. Lebih dari itu, terdapat beberapa tahap yang harus dilewati, di antaranya Asmaranala, Asmaratura, Asmaraturida, Asmaradana, Asmaratantra, dan diakhiri dengan Asmaragama.
Asmaranala merupakan tahap ketika pasangan suami-istri telah memiliki rasa cinta kasih satu sama lain. Dalam tahap ini, telah terjadi keterikatan batin yang memunculkan rasa kasmaran dan kepedulian.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Asmaratura
Selanjutnya, Asmaratura yang memiliki makna daya tarik yang berasal dari pandangan. Tahap ini juga bisa disebut tahap ketertarikan fisik.
Hal tersebut bisa berupa pujian atau rayuan terhadap fisik pasangan. Tahap ini dinilai bisa menjaga keharmonisan pasangan suami-istri.
Pada tahap Asmaraturida, pasangan akan memiliki makna daya tarik yang berasal dari suara. Hal ini dapat berupa desahan, erangan manja, atau tawa.
Kemudian tahap Asmaradana, yakni daya tarik yang berasal dari ucapan atau pemilihan kalimat. Rangkaian kalimat-kalimat indah akan mampu membuat luluh pasangan.
Lalu, tahap Asmaratantra. Pada tahap ini, pasangan suami-istri biasanya telah memiliki 'getaran' satu sama lain.
Hal ini mengarah pada tindakan yang membuat gairah semakin berkobar, seperti berciuman. Tahapan terakhir adalah Asmaragama.
Tahap inilah yang menjadi pintu gerbang persenggamaan. Jika kelima tahap sebelumnya diterapkan sehari-hari, maka tahap ini akan dapat dilalui dengan mudah.
Tahap Asmaragama mengajarkan untuk tidak tergesa-gesa. Berbagai persiapan seperti membersihkan diri dan bersemedi, seperti yang konon dilakukan para raja, mengandung makna pembersihan diri dan hati sebelum melakukan persenggamaan.
(Resla Aknaita Chak)
Advertisement