Tumpek Landep, Hari Raya Masyarakat Suku Bali Setiap 210 Hari Sekali

Pada hari tersebut, umat Hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.

oleh Tifani diperbarui 09 Nov 2022, 01:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2022, 01:00 WIB
tumpek-landep-bali-130824b.jpg
tumpek landep Bali

Liputan6.com, Bali - Tumpek Landep merupakan salah satu tradisi yang berkembang di Pulau Dewata. Bagi masyarakat Hindu Bali,tumpek landep merupakan hari raya pemujaan kepada Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati sebagai dewanya Taksu.

Hari Raya Tumpek Landep menjadi bagian perayaan setelah Hari Raya Saraswati. Pada hari tersebut, umat Hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.

Dalam jurnal yang berjudul "Ritual Tumpek Landep Pada Masyarakat Suku Bali" (2019) oleh Saraswati, Hari Raya Tumpek Landep jatuh setiap Saniscara atau  Sabtu Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali.

Kata tumpek berasal dari 'metu' yang artinya bertemu dan 'mpek' yang artinya akhir, sehingga tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (Sabtu).

Sedangkan landep  berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris. Namun dewasa ini, senjata lancip itu sudah meluas pengertiannya.

Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer dan sebagainya. Benda-benda itulah yang diupacarai.

Akan tetapi ada satu hal yang tidak boleh disalahartikan, dalam konteks itu umat bukanlah menyembah benda-benda teknologi, tetapi umat memohon kepada Ida Sang Hyang Widi dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kekuatan pada benda tersebut sehingga betul-betul mempermudah hidup. Dalam tumpek landep, landep yang diartikan tajam mempunyai filosofi yang berarti bahwa tumpek landep merupakan tonggak penajaman, citta, budhi dan manah (pikiran).

Dengan demikian umat Hindu selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan landasan nilai–nilai agama. Dengan pikiran yang suci, umat mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Tumpek landep merupakan tonggak untuk mulat sarira atau introspeksi diri untuk memperbaiki karakter agar sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pada rerainan tumpek landep hendaknya umat melakukan persembahyangan di sanggah atau merajan serta di pura, memohon wara nugraha kepada Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati agar diberi ketajaman pikiran sehingga dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.

Pada rerainan tumpek landep juga dilakukan pembersihan dan penyucian pusaka warisan leluhur. Menurut Dharma Wacana dari Ida Pedanda Gede Made Gunung, jika menilik pada makna rerainan, sesungguhnya upacara terhadap motor, mobil ataupun peralatan kerja lebih tepat dilaksanakan pada Tumpek Kuningan.

Tujuannya, sebagai ucapan syukur atas anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas sarana dan prasara sehingga memudahkan aktivitas umat, serta memohon agar perabotan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan tidak mencelakakan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya