Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Tionghoa akan memasang dan menggantung lampion saat menjelang malam Imlek. Tentu saja, ada tujuan dalam menggantung lampion tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu tujuannya adalah agar memiliki harapan sepanjang tahun kehidupan akan memuaskan.
Lampion merupakan simbol budaya China. Secara tradisional, tujuan awal masyarakat membuat lampion sebagai penerangan.
Masyarakat menutup lilin dengan bingkai bambu atau kayu yang dibungkus dengan kain sutra atau kertas berwarna merah disebut juga sebagai lentera China.
Mengutip Jurnal, Makna Peruntungan Usaha dalam Simbol di Budaya Imlek bagi Masyarakat Etnis Tionghoa Surabaya (Puspita Puji Rahayu dan Priscilla Titis Indiarti), terdapat perbedaan lampion dahulu dengan perkembangan jaman sekarang.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan, saat ini, lampion tengah menjadi hiasan memiliki beberapa karakter dan bentuk dengan banyak warna sebagai hiasan maupun penerangan. Bagi masyarakat Tionghoa di Surabaya, lampion diisi dengan bola lampu, tanpa bermaksud mengubah fungsi dan makna dari simbol lampion itu sendiri.
Adapun lampion berfungsi sebagai hiasan rumah dan penerangan bagi masyarakat Tionghoa di Surabaya, penggunaannya tidak hanya saat imlek saja tetapi juga kehidupan sehari-hari.
Merayakan Imlek akan terasa kurang bermakna apabila tidak menyalakan dan menggantung lampion, hal tersebut sudah menjadi tradisi.
2 Jenis Lampion
Terdapat dua jenis lampion yaitu lampion tanpa tulisan dan lampion dengan tulisan. Perbedaan tersebut berada pada makna yang terkandung di dalamnya.
Lampion dengan beberapa bentuk tanpa tulisan, memiliki makna ‘sebuah harapan hidup senantiasa memuaskan sepanjang tahun’, sedangkan lampion dengan bentuk dan tulisan yang berbeda, memiliki makna tersendiri.
Dijelaskan dalam jurnal tersebut, setiap tulisan dalam lampion memiliki makna yang berbeda. Lampion bundar adalah simbol Imlek, dikenal juga dengan lampion labu, pada lampion ini tertulis gong xi fa cai (恭喜发财).
Kata Gong xi (恭喜) memiliki arti semoga berbahagia, sedangkan fa cai 发财 memiliki arti bertambah kaya. Dengan demikian, gong xi fa cai 恭 喜 发 财 berarti semoga bahagia memperoleh keberuntungan besar.
Berkaitan dengan itu, terdapat beberapa tulisan yang memiliki makna yang berbeda-beda dalam lampion. Terkait dengan itu, tulisan zhao (招 ) yang mengandung arti mengundang atau memanggil, cai 财 berarti kekayaan, jin (进) berarti masuk, dan bao (宝) berarti harta benda.
Penggabungan kata dalam lampion tersebut bermakna mengundang kekayaan harta benda masuk ke dalam rumah.
Contoh penulisan lain dalam lampion seperti kata Ji xiang (吉祥) yaitu keberuntungan dan ru yi (如意) artinya sesuai keinginan. Jadi ji xiang ru yi (吉祥如意) adalah harapan masyarakat Tionghoa agar sepanjang tahun mendapatkan keberuntungan dan kelancaran dalam bisnis.
Tulisan lain dalam lampion bundar, biasanya bertuliskan fu ( 福 ) yang berarti rezeki di mana harapkan masyarakat Tionghoa di Surabaya agar rezeki selalu masuk ke dalam rumah sepanjang tahun.
Salah satu lampion yang memiliki bentuk yaitu Gong deng 宫 灯, lebih dikenal sebagai lampion istana. Penamaan lampion tersebut terkait dengan peletakan lampion yang berada ruangan besar seperti istana, vihara maupun aula.
Selain lampion bundar, dalam lampion istana terdapat penulisan aksara mandarin yang syarat akan makna, Lampion yang berbentuk lonjong dengan memiliki tulisan dengan kata ying (迎) menyambut, kata chun (春) berarti musim semi, kata jie (接) berartu menerima fu ( 福 ) yang berarti rezeki.
Oleh sebab itu, makna dalam penulisan tersebut menunjukan masyarat Tionghoa akan menyambut musim semi, mendapatkan rezeki. Selain itu dalam lampion lonjong, penulisan kata ‘fa’ berarti kembang. Pemasangan lampion dengan kata tersebut memiliki harapan agar kehidupan dan bisnis dapat sepanjang tahun berkembang dengan baik dan pesat.
Advertisement