Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)Â meminta seluruh kelompok masyarakat mewaspadai terjadinya letusan freatik (semburan abu, batu dan air di radius tertentu) yang bersifat tiba-tiba di Gunung Bromo, Provinsi Jawa Timur.
Aktivitas vulkanik itu terjadi tanpa didahului oleh gejala yang jelas. Untuk itu masyarakat di sekitar Gunung Bromo diimbau tidak memasuki area kawah dalam radius 1 km dari kawah aktif.
Baca Juga
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, imbauan itu berlaku juga bagi pengujung, wisatawan dan pendaki.
Advertisement
"Berdasarkan hasil evaluasi secara menyeluruh maka tingkat aktivitas Gunung Bromo pada tanggal 4 Februari 2023 pukul 08.00 WIB masih pada Level II atau Waspada dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini," ujar Wafid dalam keterangan tertulisnya, ditulis Bandung, Minggu, 5 Februari 2023.
Wafid mengatakan tingkat aktivitas Gunung Bromo dapat dievaluasi kembali jika terdapat perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan.
Aktivitas vulkanik Kawah Gunung Bromo, Probolinggo hingga tanggal 4 Februari 2023 Pukul 08.00 WIB, berupa teramatinya sinar api dari dalam kawah berdasarkan pengamatan visual pada tanggal 3 Februari 2023 pukul 21.14 WIB.
Bau belerang tercium kuat dari bibir kawah dan terdengar suara gemuruh. Asap kawah dalam 1 minggu terakhir teramati berwarna putih tipis hingga tebal dengan ketingian 50-900 meter dari puncak.
"Vegetasi (tetumbuhan sekitar) pada dinding kaldera sebelah timur berwarna kuning dan mengering akibat paparan asap kawah Gunung Bromo," kata Wafid.
Wafid memaparkan pengamatan kegempaan menunjukkan masih terekamnya tremor (getaran) menerus dengan amplitudo 0.5 – 1 mm (dominan 0.5 mm) yang disertai pula terekamnya gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal.
Wafid bilang itu menunjukkan adanya proses fluktuasi (tidak stabil) tekanan di dalam tubuh Gunung Bromo yang disertai oleh aliran fluida (zat gas dan cair) ke permukaan.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Erupsi Freatik atau Magmatik
Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan akibat meningkatnya aktivitas kawah Gunung Bromo adalah terjadinya erupsi freatik ataupun magmatik.
"Erupsi itu dengan sebaran material erupsi berupa abu dan lontaran batu (pijar) yang dapat mencapai radius 1 km dari pusat kawah, serta keluarnya gas-gas berbahaya bagi kehidupan," tegas Wafid.
Wafid merekomendasikan pemerintah setempat, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Bromo di Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian ESDM.
Gunung Api Bromo merupakan gunung api kerucut cinder yang berada dalam kaldera Tengger dengan ketinggian mencapai 2.329 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Secara administratif gunung api ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
"Karakter erupsi Gunung Bromo berupa erupsi eksplosif dan efusif dari kawah pusat. Erupsi tersebut mengeluarkan abu, pasir, lapilli, dan terkadang melontarkan lava pijar dan bom vulkanik," tukas Wafid.
Erupsi terakhir terjadi pada bulan Juli 2019 berupa erupsi freatik yang tanpa didahului oleh peningkatan kegempaan yang signifikan.
Aktivitas kawah Gunung Bromo dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bromo yang berada di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.Â
Advertisement