Liputan6.com, Solo - Federasi sepak bola tertinggi dunia FIFA akhirnya membatalkan drawing Piala Dunia U-20 yang seharusnya diselenggarakan di Bali. Keputusan tersebut menimbulkan keresahan dan perbincangan masyarakat khususnya para pelaku sepak bola dalam hal ini suporter.
Meski Pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya dengan mengirim Ketua PSSI, Erick Thohir ke Swiss untuk bertemu FIFA dan melakukan pembicaraan terkait Piala Dunia U-20 agar bisa tetap dilaksanakan di Indonesia.
Namun, opini-opini liar masyarakat terkait batalnya drawing di Bali itu tetap muncul. Terlebih, belum ada pernyataan resmi dari FIFA ataupun PSSI terkait batal atau tidaknya Indonesia sebagai tuan rumah ajang World Cup U-20Â pada Mei 2023 mendatang.Â
Advertisement
Baca Juga
Menyikapi batalnya drawing di Pulau Dewata itu, seluruh elemen suporter di Kota Solo, khususnya pendukung Persis Solo mengadakan sarasehan atau diskusi membahas tentang hal tersebut.
Dalam rangka memberikan dukungan kepada semua pihak yang sudah berperan dalam mempersiapkan Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20, mereka mengaku siap memberikan dukungan apabila kebijakan drawing Piala Dunia U-20 bisa diselenggarakan di Stadion Manahan Solo.
Bahkan, mereka mengaku jika Indonesia batal sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 itu sama saja menjegal langkah dan cita-cita anak-anak bangsa yang menggantungkan harapannya pada olah raga sepak bola.
Ajang pertemuan yang diadakan di Persis Store itu dihadiri oleh perwakilan manajeman di anataranya, Owner Persis Solo Kevin Nugroho, Manajer Erwin Widyanto, Media Officier Bryan Barcelona, dan pengamat sepak bola Pangeran Siahaan.
Siapkan Kreativitas Suporter Dukung Piala Dunia U-20 di Solo
Perwakilan manajemen dan pengamat olah raga itu tampak menikmati diskusi dan tanya jawab yang dilontarkan oleh elemen suporter dari Pasoepati, Ultras 1923, Garis Keras 1923, dan Surakartans. Usai melakukan diskusi perwakilan ketua elemen suporter tersebut membacakan pernyataan sikap yang berbunyi:Â
1. Suporter (Solo) memberikan dukungan secara total untuk Timnas Indonesia U-20 yang akan bertanding di Piala Dunia U-20 2023.
2. Perlunya diskusi lebih lanjut antara komunitas suporter bersama LOC Piala Dunia U-20 2023 serta institusi lainnya yang terlibat, guna membahas aksi kreativitas di tribun atau stadion dalam mendukung Timnas U-20 khususnya di Solo.
3. Secepatnya regulasi terkait suporter harus segera diterbitkan dalam bentuk implementasi seperti guideline oleh PSSI. Hal ini untuk menjadi acuan dan referensi bagi komunitas suporter serta pihak-pihak lain yang terlibat.
4. Meminta PSSI secara serius menyiapkan pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 untuk mencapai 3 poin kesuksesan, yakni: Sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, dan sukses pemberdayaan ekonomi.
5. Negara harus dapat segera memastikan bahwa Piala Dunia U-20 2023 tetap berlangsung dan terselenggara di Indonesia.
Di sela diskusi, Presiden DPP Pasoepati, Agoes Warsoep, menyebut dirinya menyayangkan tentang adanya penolakan Timnas Israel untuk bermain di Indonesia oleh beberapa pemimpin daerah. Namun, ia berharap keputusan federasi sepak bola tertinggi dunia FIFA yang belum memberikan pernyataan resmi dalam waktu dekat segera memberikan kabar baik terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20.
"Kita akan mendukung penyelenggaraan ajang Piala Dunia U-20 seandainya Stadion Manahan Solo ditunjuk sebagai kota pengganti drawing piala dunia. Sebagai suporter kita akan memberikan dukungan kreativitas dan supaya ajang ini sukses terlaksana," kata Agoes ditemui dalam acara tersebut.
Dalam diskusi tersebut, satu peserta diskusi dari elemen suporter Pasoepati bernama Jogrez menanyakan terkait ancaman terbesar yang akan dialami Indonesia terkait penolakan-penolakan Timnas Israel main di Indonesia, dan hilangnya lagu FIFA U-20 yang dinyanyikan oleh jebolan Indonesian Idol dari halaman resmi FIFA.
"Kalau terkait lagu FIFA yang dinyanyikan penyanyi asal Indonesia yang saya tahu itu berkaitan dengan hak cipta. Kalau salah mohon dikoreksi," kata Pangeran Siahaan.
Sementara itu, dirinya mendapatkan informasi dari pengurus PSSI dampak terburuk Indonesia ketika mendapatkan sanksi adalah dibanned. Padahal seperti diketahui dalam 10 tahun terakhir Indonesia sudah pernah dibanned FIFA sekitar tahun 2014 silam. Penolakan Timnas Israel itu bisa berakibat Indonesia kembali dicekal oleh federasi sepak bola tertinggi dunia FIFA.
"Ketika saya berdiskusi sama Pak Erick Thohir kemungkinan terburuk kalau kita disanksi FIFA ya dikucilkan. Seperti beberapa tahun lalu kita pernah di banned FIFA kita tidak bisa mnggelar kompetisi sepak bola di tingkat manapun," ujar dia menanggapi pertanyaan audiens.
Advertisement