Liputan6.com, Yogyakarta - Dalam arsitektur bangunan rumah Jawa, umumnya kayu yang digunakan untuk membangun rumah adalah kayu jati. Selain kuat, kayu jati juga disebut memiliki pengaruh baik untuk rumah dan penghuninya.
Mengutip dari budaya.jogjaprov.go.id, kayu jati dibagi menjadi tiga macam, yakni jati bang, jati kembang atau jati sungu, dan jati kapur. Jati bang yang memiliki serat halus dan berminyak ini dapat menghasilkan kayu yang lebih awet dan tahan lama.
Adapun jati kembang atau jati sungu umumnya memiliki warna kehitaman dengan alur serat yang tampak jelas, layaknya kembang (bunga) atau sungu (tanduk). Meski tak sebagus jati bang, tetapi kayu jati jenis ini juga tetap awet dan tahan lama.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, jati kapur menghasilkan kayu yang tidak keras. Jati jenis ini memiliki serat yang kasar dengan warna putih bersisik. Dibandingkan dengan dua jenis lainnya, jenis jati kapur tidak memiliki keawetan yang lama.
Dalam naskah-naskah lama tentang bangunan berarsitektur tradisional Jawa tertulis, masyarakat Jawa percaya pohon jati memiliki angsar (daya pengaruh) yang baik maupun buruk. Pengaruh baik yang diberikan bisa berupa kelancaran rezeki, keselamatan, dan lainnya. Sementara pengaruh buruk dapat mendatangkan bencana, kemelaratan, dan sebagainya.
Masih dari sumber yang sama, beberapa kayu jati yang memiliki sifat baik, di antaranya uger-uger, trajumas, tunjung, simbar, pandhawa, manggang, mulo, gendam, gendhong, gedheg, dan gedhug. Masing-masing kayu jati tersebut memiliki ciri-ciri, watak, dan kegunaannya masing-masing.
Sebut saja uger-uger yang berasal dari pohon berbatang tunggal dan bercabang dua. Jenis ini biasanya digunakan untuk tiang pintu dan tiang pagar karena dapat memberikan pengaruh baik berupa kehidupan yang rukun dan damai antarkeluarga.
Trajumas
Kayu jati trajumas berasal dari pohon berbatang tunggal dan bercabang tiga. Kayu berupa balok besar ini digunakan untuk griya wingking karena dipercaya dapat memperbanyak rezeki.
Adapun pohon yang menjadi sarang burung besar atau yang ditempati binatang hutan adalah jenis kayu jati tunjung. Kayu ini digunakan untuk gedhongan atau kandang binatang ternak karena dapat mengangkat derajat atau martabat serta menguatkan cita-cita.
Untuk membangun struktur masjid, langgar, serambi, cungkup makam, tempat pemujaan, dan segala tempat yang dianggap suci umumnya menggunakan kayu jati simbar. Kayu ini dapat memberikan ketentraman bagi siapa saja yang menempatinya.
Sementara itu untuk struktur pendapa atau dijadikan sebagai sakaguru adalah jenis kayu jati pandhawa yang berasal dari pohon bercabang lima. Kayu ini dapat menambah kekuatan tenaga para penghuninya.
Berbeda lagi dengan struktur pintu gerbang, bangsal, pesanggrahan panggung, dan tempat lainnya yang tidak ditempati atau ditiduri orang biasanya menggunakan kayu jati monggang. Kayu yang berasal dari pohon yang tumbuh di tanah berbukit ini dapat mengangkat derajat dan menambah rezeki.
Jenis kayu lainnya juga memiliki kegunaan tersendiri. Beberapa di antaranya ada yang memiliki kegunaan sama, hanya saja tingkatannya berbeda. Meski demikian, tak ada hal buruk yang terjadi jika terdapat kekeliruan dalam penerapan kayu-kayu jati tersebut. Hanya saja, manfaat kebaikannya tidak akan bekerja dengan baik jika tidak ditempatkan sesuai dengan kegunaannya.
Selain kayu jati, kayu lain yang digunakan untuk membangun rumah adalah kayu nangka, kayu glugu dari pohon kelapa, dan beberapa kayu lainnya, seperti sengon dan mahoni.
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement