Manyipet, Permainan Rakyat yang Berawal dari Keahlian Berburu

Sebelum permainan manyipet dimulai, sumpit harus dipersiapkan terlebih dahulu.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Mei 2023, 04:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2023, 04:00 WIB
Ilustrasi Berburu
Ilustrasi beburu (sumber. Telegraph.co.uk)

Liputan6.com, Palangka Raya - Masyarakat Kalimantan Tengah memiliki permainan rakyat yang disebut manyipet. Permainan yang berarti menyumpit ini sebenarnya berawal dari keahlian berburu masyarakat setempat.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, keahlian berburu binatang di hutan itu kemudian dijadikan sebagai permainan rakyat di Kalimantan Tengah. Permainan yang terlihat sederhana ini membutuhkan keahlian tersendiri.

Pemain harus membidikkan anak sumpitan (damek) menuju ke sasaran. Sasaran pada permainan ini biasanya sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum permainan dimulai.

Permainan tradisional ini bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok. Jika dilakukan secara berkelompok, biasanya dilakukan sebuah pertandingan dengan menggunakan sumpitan dan beberapa anak sumpitan (panah).

Sebelum permainan manyipet dimulai, sumpit harus dipersiapkan terlebih dahulu. Sumpit terbuat dari kayu tabalien (ulin) berbentuk silinder lurus dan panjang.

Pada bagian tengahnya diberi lubang, sehingga alat ini nantinya menjadi sebuah pipa dengan panjang sekitar 2 meter. Pada bagian ujung sumpit dibuat mata tombak yang dapat dimanfaatkan untuk menombak binatang.

Selanjutnya, anak sumpit dibuat dengan menggunakan bambu yang diraut halus. Salah satu ujungnya diruncingkan, sedangkan ujung lainnya diberi kertas membentuk kerucut. Setelah dalam posisi siap, maka pemain dapat langsung membidikkan anak sumpit tersebut ke arah sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Permainan yang merupakan keahlian berburu ini merupakan warisan dari nenek moyang sebagai bentuk keahlian berburu binatang di hutan. Tak heran, masyarakat setempat kerap mengadakan perlombaan manyipet dalam pesta adat di masyarakat untuk melestarikan permainan ini agar tetap hidup.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya