Awal Mula Perkembangan Musik Keroncong di Indonesia

Musik ini dibawa ke Tanah Betawi oleh orang-orang Mestizos, yakni keturunan pelaut-pelaut Portugis yang menikah dengan penduduk lokal yang menjadi koloni mereka.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 13 Jun 2023, 07:33 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2023, 08:30 WIB
Keroncong Angkat Isu TKW
Grup musik keroncong dari Yogyakarta Tjongpick merilis lagu baru berjudul Ngatidjem.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu genre musik yang dikenal di Indonesia adalah musik keroncong. Musik yang berawal dari Kampung Tugu ini konon sudah ada di Betawi sejak 1661.

Mengutip dari indonesia.go.id, musik ini dibawa ke Tanah Betawi oleh orang-orang Mestizos, yakni keturunan pelaut-pelaut Portugis yang menikah dengan penduduk lokal yang menjadi koloni mereka.

Orang-orang Mestizos di Kampung Tugu juga dikenal sebagai Kaum Mardijkers. Saat Malaka jatuh ke Belanda, Mestizos yang ada di sana sebagian menjadi budak dan sebagian lagi mengungsi ke Batavia.

Keberadaan para Mardijkers di Kampung Tugu merupakan kelompok minoritas di daerah pinggiran Batavia. Mereka membentuk tradisi musik khas yang bisa mengingatkan mereka pada asal moyang, kesulitan, keseharian, dan hiburan.

Kreasi orang-orang Tugu pun menciptakan tiga jenis gitar dengan berbagai ukuran, yakni jitera (besar), prunga (sedang), dan macina (kecil). Saat dimainkan, gitar-gitar ini berbunyi 'krong-krong' dan 'crong-crong', sehingga nama keroncong pun tercipta.

Seorang pelaut Portugis abad ke-16, Mendes Pinto, menulis catatan yang diberi nama 'Peregrinacao (Muhibah)'. Ia menuliskan perjalanan melautnya bersama seorang musisi bernama de Meirelez yang pintar menyanyi.

Sang musisi itu selalu membawa sebuah gitar kecil bernama Cavaquinho. Alat musik inilah yang kemudian dibawa hingga ke kepulauan pasifik yang kini dikenal dengan nama ukulele.

Sementara itu seorang musisi rock, jurnalis, dan peneliti musik populer dari Tilburg Belanda, Lutgard Mutsaers, menulis proses berkembangnya musik ini. Dalam tulisannya yang berjudul 'Barat Ketemu Timur; Cross-Cultural Encounters And The Making of Early Kroncong History', ia mengatakan musik keroncong adalah simbol hubungan yang sangat intim antara Indonesia dan Belanda.

Genre musik yang lahir dari persilangan budaya barat dan timur ini sangat berbeda dengan musik-musik populer lain yang berkembang di Indonesia. Perbedaan tersebut menjadi keunikan tersendiri bagi musik keroncong.

Meski sebenarnya bukan berasal dari Indonesia maupun Belanda, tetapi musik ini memadukan keindahan Eropa dan Asia di Indonesia. Pada masa berkembangnya keroncong, Indonesia memang sedang berada di bawah mahkota Kerajaan Belanda.

Populernya Musik Keroncong

Kepopuleran musik keroncong bermula pada abad ke-20. Musik ini berkembang sebelum adanya industri rekaman.

Musik ini digelar di berbagai pentas-pentas keroncong, sehingga siapapun yang ingin mendengar dan menyaksikannya harus membeli tiket pertunjukan. Bahkan, kepopuleran musik ini berkembang sebelum adanya radio, sedangnya kepopulerannya secara komersial didukung melalui keberadaan piringan hitam.

Musik ini juga belum memiliki nama saat koran-koran kolonial mulai menulis tentang musik ini, sehingga yang tertulis adalah sebuah tradisi musik rakyat yang berbeda dari musik lainnya. Tradisi tersebut dijumpai di salah satu pojok Batavia, yakni Kampung Tugu.

Musik ini menjadi musik kegemaran bagi peranakan Indo-Eropa kelas bawah. Musik ini diiringi dengan gitar berbagai ukuran, seruling, piul, dan rebana.

Pada masa 30-an, kota-kota besar di Hindia Belanda banyak mementaskan musik ini. Pementasan itu bersanding dengan aransemen teater hibrida ala Stamboel. Hingga kini, musik keroncong masih menjadi salah satu musik khas di Indonesia.

(Resla Aknaita Chak)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya