Malam 1 Suro, Keraton Surakarta Kirab 7 Pusaka

Tengah malam 1 Sura Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar kirab 7 pusaka.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jul 2023, 05:55 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2023, 05:44 WIB
Kirab Kebo Bule
Kawanan Kerbau Bule keturunan Kerbau Pusaka Keraton Kyai Slamet membuka jalan bagi rombongan Kirab Peringatan Malam 1 Suro Keraton Surakarta Hadiningrat, di Solo, Sabtu (31/8/2019). Kirab diadakan tepat malam 1 Suro yang menandai pergantian tahun baru penanggalan Jawa (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

 

Liputan6.com, Solo - Tengah malam 1 Suro yang bertepatan dengan pergantian hari Rabu menuju Kamis (20/7/2023), Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar kirab 7 pusaka. Tepat pada pukul 00.00 WIB lonceng keraton dibunyikan sebanyak 12 kali, lima kebo bule yang sudah diberi makan ubi, mengawal kirab sejumlah pusaka keraton.

 

Terlihat putra mahkota Keraton Surakarta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purboyo bersama dengan kerabat keraton juga mengikuti kirab atau topo bisu.

Di belakang rombongan terlihat satu per satu pusaka mulai dikeluarkan. Setiap pusaka dikawal oleh rombongan peserta kirab sekaligus abdi dalem yang membawa oncor serta payung keraton.

Kirab tersebut mengambil rute Supit Urang, Jalan Pakubuwana, Gapura Gladag, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi dan kembali ke Keraton Solo.

Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta Kanjeng Raden Aryo Dani Nur Adiningrat mengatakan, ritual malam 1 Sura di Keraton Surakarta sudah dimulai dengan tradisi wilujengan pada pukul 19.00 WIB. Selanjutnya ada peringatan haul Pakubuwono X yang meninggal pada malam 1 Sura.

"Jam 22.30 WIB mulai dilakukan persiapan. Abdi dalem dan sentono dalem yang dapat tugas ngampil dan bongkar berjajar, dibagikan sangsang atau kalung bunga melati, setelah itu gajah nguling atau hiasan telinga yang menandakan dia utusan raja untuk bawa pusaka," katanya.

Selanjutnya pusaka yang disimpan di gedong pusaka dikeluarkan satu per satu. Sesampainya di pelataran, pembawa pusaka didampingi oleh abdi dalem yang membawa tombak dan oncor.

"Lalu dibuat grup-grup untuk kemudian dikirabkan," imbuhnya.

Ia menambahkan ketika iring-iringan kirab berangkat, ada ritual doa di kawasan sakral keraton yang disebut bandengan. Selain itu, juga dilakukan shalat hajat dan shalat malam di masjid dalam keraton.

"Jadi, ada yang berdoa lewat kirab, meditasi," tambahnya.

Tidak terlihat pejabat nasional yang turut hadir, termasuk Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kali ini tidak datang mengikuti kirab. Yang nampak hadir hanya Alam Ganjar, putera Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya