Susah Payah Jawa Tengah Turunkan Angka Stunting hingga 6 Persen

Tingkat angka stunting di Jawa Tengah masih tinggi sehingga perlu mendapat perhatian. BKKBN Jawa Tengah pun berusaha sangat keras dengan melaksanakan lima pilar percepatan penanganan stunting.

oleh Fajar Abrori diperbarui 09 Sep 2023, 23:00 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2023, 23:00 WIB
Edukasi Pencegahan Stunting
Dukung Penurunan Stunting, GPFI Berkolaborasi dengan BKKBN RI Selenggarakan Edukasi Pencegahan Stunting bagi 1000 Masyarakat Kota Solo. Acara ini dibuka oleh Ibu Eka Sulistya Ediningsih, SH selaku Kepala BKKBN Jawa Tengah yang disaksikan  Andreas Bayu Aji Sekretaris Jenderal GPFI.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Sejauh ini angka stunting di Provinsi Jawa Tengah terhitung masih tinggi, di angka 20,8 persen. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah susah payah untuk menurunkannya. Lembaga ini menargetkan angka stunting turun di bawah angka 14 persen.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah, Eka Sulistya Ediningsih menjelaskan persoalan masih tingginya stunting perlu mendapat perhatian. Lembaganya pun berusaha sangat keras dengan melaksanakan lima pilar percepatan penanganan stunting.

"Kita sudah berusaha sangat-sangat keras, konvergensi sudah dilakukan. Mudah-mudahan angka stunting bisa segera turun dan mencapai target,” ujarnya di sela-sela kegiatan Kegiatan Edukasi Pencegahan Stunting di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Anak di Graha Saba Buana Kota Solo, Kamis, (7/9/2023)

Eka menyebutkan, salah satu pekerjaan rumah soal stunting adalah menurunkan angka stunting sebesar 6 persen. Seperti diketahui, angka stunting saat ini 20,8 persen. Ia berharap dengan beragam program yang ada bisa mencapai target.

"Mudah-mudahan dengan semangat Jawa Tengah, dengan berbagai program dan inovasinya, Insyaallah kita bisa di bawah 14 persen,” harapnya.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Dukungan Berbagai Pihak

Eka pun optimistis tahun 2024 nanti target 14 persen bisa tercapai. Dengan semangat guyup dari masyarakat Jawa Tengah, diharapkan tidak ada bayi lahir stunting. Terlebih lagi dengan adanya dukungan yang diberikan Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI)

"Kita tahu, pemerintah tidak bisa sendirian menurunkan stunting. Kita dapat energi baru ini dari gabungan pengusaha ini. Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan GP Farmasi melalui kegiatan ini untuk membantu BKKBN,” jelasnya Eka.

Ia optimis dengan bantuan dari GP Farmasi bisa mempercepat penurunan angka stunting. Menurutnya, satu perusahaan saja sangat membawa dampak besar, apalagi jika gabungan banyak perusahaan. "Karena memang ini tidak bisa dikerjakan sendiri oleh Pemerintah,” ungakapnya

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, Andreas Bayu Aji siap membantu BKKBN Jawa Tengah agar ke depannya GP Farmasi Indonesia bisa terus menggelar kegiatan secara intens untuk menekan angka stunting. Ia menyebutkan selama dua tahun terakhir ini pihaknya telah menggelar kegiatan untuk membantu menurunkan angka stunting .

“Terus terang ini memang program baru dari asosiasi. Kurang lebih baru dua tahun terakhir ini kita melakukan kegiatan ini. Kita siap saja dan harapannya BKKBN bisa memberikan data, kabupaten atau kota mana saya yang bisa dibantu untuk menekan angka stunting,” jelasnya Aji.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya