Status Gunung Raung Jawa Timur Naik dari Normal ke Waspada

Dalam tingkat aktivitas Level II (Waspada), masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak mendekati pusat letusan (erupsi) di kawah puncak dengan radius 3 kilometer.

oleh Arie Nugraha diperbarui 21 Des 2023, 14:27 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 14:13 WIB
Filosofi Singkat Gunung Raung
Gunung Raung (Sumber: Wikipedia)

Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikan status Gunung Raung di Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso, Provinsi Jawa Timur dari 19 Desember 2023 pukul 08.00 WIB dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada).

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, dalam tingkat aktivitas Level II (Waspada), masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak mendekati pusat letusan (erupsi) di kawah puncak dengan radius 3 kilometer.

"Masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, serta tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Raung, dan mengikuti arahan dari Instansi yang berwenang yakni Badan Geologi," ujar Hendra dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Kamis, 21 Desember 2023.

Hendra menegaskan pihaknya akan terus melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya.

Hendra menuturkan selain dari PVMBG Badan Geologi, informasi aktivitas Gunung Raung dan koordinasi oleh pemerintah daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi dan Kabupaten dapat juga diperoleh atau dilaksanakan melalui Pos Pengamatan Gunung Raung di Kampung Mangaran, Desa Sumber Arum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

"Informasi mengenai aktivitas gunung api, gempa bumi, dan gerakan tanah di Indonesia terkini dapat diperoleh melalui aplikasi/Website Magma Indonesia (vsi.esdm.go.id atau magma.esdm.go.id), dan media sosial PVMBG (Facebook, Twitter, dan Instagram pvmbg)," kata Hendra.

Berdasarkan pengamatan visual pada tanggal 1-17 Desember 2023 menunjukkan tinggi kolom embusan gas di Gunung Raung pada periode ini berfluktuasi.

Selain itu, embusan gas tersebut menunjukkan nilai maksimal yang mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yaitu maksimal 500 meter dari atas puncak.

"Pada tanggal 18 Desember 2023 terjadi peningkatan embusan asap kawah dan mencapai ketinggian 1.000 meter di atas puncak. Peningkatan embusan kawah ini diperkirakan terpicu oleh adanya gempa tektonik lokal pada tanggal 18 Desember 2023 pukul 19.02 WIB dengan Magnitudo 2.6," jelas Hendra.

Aktivitas kegempaan menunjukkan terjadi peningkatan gempa hembusan yang signifkan pada tanggal 18 Desember 2023 yang mencapai 57 kali kejadian.

Gempa hembusan merupakan gempa permukaan akibat pelepasan gas yang berasal dari lubang tembusan gas pada kubah lava yang terletak di lantai kawah.

"Selama Desember 2023 tidak terekam adanya gempa vulkanik dalam, menunjukkan saat ini aktivitas fluida (gas, cairan, padatan batuan) berada pada kedalaman relatif dangkal dengan sistem terbuka, didukung dengan terekamnya getaran tremor menerus selama periode ini," ungkap Hendra.

Pengamatan perubahan permukaan batuan Gunung Raung dengan tiltmeter (alat pengukur perubahan fisik gunung) menunjukkan pola menurun pada Sumbu X dan Y.

Hal ini mengindikasikan adanya proses pengosongan kantung magma pada reservoir akibat pelepasan fluida yang dalam hal ini didominasi oleh gas.

"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan kegempaan pada periode bulan Desember 2023 serta masih belum stabilnya kondisi tekanan di area kawah pasca terjadinya gempa tektonik lokal, serta dengan mengingat potensi ancaman bahayanya, maka tingkat aktivitas Gunung Raung dinaikan," tukas Hendra.

Potensi bahaya Gunung Raung yang mungkin terjadi saat ini berupa akumulasi gas vulkanik konsentrasi tinggi di dasar kawah.

Erupsi Gunung Raung menurut catatan sejarah menghasilkan aliran piroklastik, jatuhan piroklastik dan aliran lava andesitik sampai basaltik, sedangkan saat tidak terjadi erupsi, aktivitas berupa embusan gas di dasar kawah.

"Rangkaian erupsi pada Juli hingga Oktober 2020 menghasilkan material batuan berukuran abu yang sebarannya terbatas di sekitar kawah puncak," terang Hendra.

Sementara, pada bulan Januari 2021 hingga Februari 2021, terjadi erupsi abu berwarna hitam dan kecokelatan disertai aliran lava di dasar kawah. Erupsi terakhir Gunung Raung juga terjadi pada tanggal 27 Juli 2022 berupa erupsi abu.

Hendra menegaskan tingkat aktivitas Gunung Raung akan ditinjau kembali jika terdapat perubahan visual dan kegempaan yang signifikan.

"Jenis dan jumlah gempa yang terekam selama 1–18 Desember 2023 (18 hari) adalah 168 kali gempa embusan, 8 kali gempa tektonik lokal, 75 kali gempa tektonik jauh, dan tremor menerus dengan amplitudo 0.5-6 mm, dominan 1 mm," sebut Hendra.

Saat ini, mencuplik data dari laman magma.esdm.go.id, terpantau 45 gunung api berstatus normal atau Level I, 20 gunung api statusnya waspada atau Level II, 3 gunung api statusnya Level III atau siaga dan nihil gunug api berstatus awas di Indonesia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya