Pemerintah Jabar Tunggu Keputusan Soal Vaksin COVID Berbayar dari Kemenkes

Informasi terakhir yang diperolehnya vaksin COVID-19 gratis untuk masyarakat hingga 31 Desember 2023.

oleh Arie Nugraha diperbarui 31 Des 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 31 Des 2023, 14:00 WIB
Vaksinasi Booster Keempat untuk Nakes
Petugas kesehatan memberikan vaksin booster dosis kedua atau vaksinasi dosis keempat untuk tenaga kesehatan relawan yang bertugas di RSDC, Wisma Atlit, Kemayoran, Jakarta. Rabu (3/8/2022). Pemberian vaksinasi Covid-19 dosis booster ke-2 tersebut diberikan dengan interval 6 bulan sejak vaksinasi dosis booster pertama. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Jawa Barat  (Jabar) masih menunggu keputusan soal vaksin coronavirus diseases 2019 (COVID-19) berbayar untuk masyarakat dari Kementerian Kesehatan.

Menurut Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, informasi terakhir yang diperolehnya vaksin COVID-19 gratis untuk masyarakat hingga 31 Desember 2023.

"Kan dari Pak Menkes sampai tahun ini gratis. Tahun depan belum ada keputusan apakah berbayar atau tidak, kan itu melihat kondisi COVID. Tapi kan sepertinya COVID-nya sudah terkendali yang penting protokol kesehatan dan juga yang demam serta sakit menggunakan masker," ujar Bey, Bandung, Jumat, 29 Desember 2023.

Bey menegaskan hingga akhir tahun 2023 nanti vaksin COVID-19 masih tidak dipungut biaya alias gratis. Sebelumnya sepekan lalu, Bey Machmudin mengingatkan kembali soal penerapan protokol kesehatan (prokes) bagi tenaga kesehatan (nakes) dan masyarakat menghadapi situasi kasus aktif COVID-19 yang naik dalam dua pekan terakhir. 

Hal itu dikatakan Bey, guna mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus saat hari raya Natal 2023 dan perayaan tahun baru 2024 (Nataru 2023/2024).

"Mengingatkan kembali tentang protokol kesehatan, utamanya imunisasi vaksin untuk nakes yang saya utamanya karena mereka yang bertemu dengan orang yang terkena COVID-19, juga memakai masker untuk mereka yang mengalami demam," kata Bey Machmudin. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jabar periode 12-17 Desember 2023, tercatat 427 kasus COVID-19. Kota Depok menjadi daerah penyumbang kasus tertinggi hingga 66 orang dan diikuti Kota Bandung sebanyak 63 orang. 

Sementara itu Kementerian Kesehatan RI merilis data total kasus aktif COVID-19 sebanyak 2.548 pasien aktif, 108 sembuh, dan satu orang meninggal dunia. Lonjakan yang terjadi di Indonesia per hari ini saja, Selasa (19/12), mencapai 453 kasus. 

"Minimal nakes sudah mendapat dosis ketiga vaksinasi COVID-19," kata Bey. 

Bey juga menyebutkan, meski jumlah kasusnya mulai naik saat ini belum ada tindakan pembatasan seperti halnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat pandemi. 

Namun, Bey tetap menekankan penerapan prokes terutama bagi yang sedang mengalami demam. 

"Yang pasti tidak ada pembatasan dan kita harus tetap menjaga prokes seperti mencuci tangan dan untuk yang sakit memakai masker," ucap Bey.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Kasus COVID Desember 2023 di Jabar

Berdasarkan data dari laman Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat (Pikobar)  dari periode 1-28 Desember 2023 terdapat 1.487 kasus COVID-19 aktif ditemukan.

Tertinggi jumlah kasus COVID-19 harian pada 20 Desember 2023 mencapai 130 kasus. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Vini Adiani Dewi, mengatakan pada saat mudik libur Nataru 2023/2024 ini protokol kesehatan (prokes) serta pola hidup bersih dan sehat (PHBS) harus tetap dilaksanakan.

"Walaupun sekarang tidak diharuskan semua memakai masker, tapi untuk yang sakit dan yang berkerumun itu sekarang wajib memakai masker. Jika ada yang sakit terpapar COVID harus pakai masker dan wajib isolasi mandiri sampai sembuh," kata Vini.

Vini menegaskan kewajiban pemakaian masker untuk yang sedang sakit dan di kerumunan orang, bertujuan untuk menghindari meluasnya penyebaran COVID-19 varian terbaru.

Meski tidak mematikan dengan gejala yang ringan, Vini menjelaskan karakter COVID-19 varian baru ini penularannya sangat cepat.

"COVID yang sekarang itu COVID yang ringan tapi mudah menyebar gitu. Contohnya hanya dari periode 9-13 Desember 2023 pekan lalu saja tercatat sudah ada 79 pasien COVID di Jawa Barat," tukas Vini.   

Selain mewaspadai paparan COVID-19, Vini meminta masyarakat pada libur Nataru 2023/2024 tetap menjalankan perilaku seksual secara benar dan baik.

Tujuannya agar tidak terhindar dari paparan penyakit Mpox, walaupun tidak begitu cepat penularannya. Hampir seluruhnya virus Mpox ini ditularkan melalui kontak seksual. 

"Kalau Mpox itu tidak begitu cepat penularannya sebetulnya dari teori seperti itu ya. Tapi ternyata lebih banyak, kasus di kita itu sekarang orang di Jawa Barat terpapar Mpox itu ada 10 kasus. Sebagian besar sudah sembuh," ungkap Vini.

Dinas Kesehatan Jawa Barat dalam mempersiapkan pelayanan medis saat mudik dan libur Nataru 2023/2024 telah melakukan pemeriksaan kesehatan kepada sopir kendaraan umum diantaranya di Garut, Kota Bandung, Kuningan dan Tasikmalaya.

Sejumlah spanduk dan banner sosialisasi kesehatan termasuk didalamnya pencegahan paparan COVID-19. Persiapan ini telah dilakukan sejak 8 Desember 2023. 

Sebanyak 861 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di jalur mudik yang kerap dilalui oleh masyarakat pada perjalanan mudik Nataru 2023/2024 juga telah didirikan.

"Beberapa yang kita siapkan itu fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) itu ada 406 puskesmas, mendirikan 125 pos kesehatan (poskes) disetiap rest area jalan tol dan jalur arteri yang rawan, rumah sakit ada 97, ada juga sepeda motor ambulan 36. Terus kalau ambulannya ada  197 mobil ambulan," ujar Vini.

 


Amukan Varian COVID JN.1 di Penghujung 2023

Mengutip dari kanal Health Liputan6.com, Kasus COVID-19 di Indonesia kembali meningkat di penghujung akhir tahun 2023, menyusul terjadinya kenaikan kasus varian JN.1 di negara tetangga, Singapura. Bahkan di belahan negara lain, yang memasuki musim dingin juga terjadi kenaikan kasus COVID.

Situasi peningkatan kasus COVID Indonesia menyorot perhatian publik lantaran penyebaran virus SARS-CoV-2 sudah masuk kategori endemi. Tak sedikit warganet yang berkomentar’ 'sudah biasa kalau mau libur panjang' atau 'oh, mau sekalian ngabisin stok vaksin COVID-19.'

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menerangkan, kasus COVID-19 yang meningkat karena adanya varian baru, salah satunya yang mendominasi adalah JN.1. Dalam hal ini, sudah ada bukti ilmiah bahwa kenaikan kasus COVID bukan dipengaruhi mobilitas libur panjang.

Pada temuan kasus pasien COVID di Indonesia, tertular varian JN.1 yang masuk dari luar negeri.

"Sekitar bulan November masuknya (varian JN.1) dari luar. Saya enggak yakin, apakah dia kenanya di Singapura, atau dia transit di Singapura, bisa juga seperti itu ya," terang Budi Gunadi saat ditemui Health Liputan6.com di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Jakarta pada Jumat, 22 Desember 2023.

"Tapi kita lihatnya masuknya dari luar, dan otomatis negara-negara yang jadi negara transit di Singapura pasti paling banyak."

Di Singapura sendiri, kasus varian JN.1 sudah mulai menurun. Ini melihat dari rentang penyebaran varian COVID tersebut yang sudah terjadi di sana sekitar September-Oktober 2023, sedangkan varian ini baru masuk Indonesia pada November kemarin.

"Tapi saya lihat di Singapura sendiri. Jadi, sekarang kasusnya sudah mulai menurun. Ya itu biasanya deket-deket, kalau mereka kenanya mungkin bulan Oktober atau September, kita kenanya bulan November," lanjut Budi Gunadi Sadikin.

"Mereka udah turun, harusnya kita juga bisa turun. Dan yang penting buat saya sih, rumah sakitnya aja. Rumah sakitnya masih sedikit sekali yang mengisi ya (pasien COVID yang dirawat di rumah sakit sedikit)."

 


Prediksi Puncak Varian JN.1 pada Januari 2024

Budi Gunadi Sadikin memprediksi puncak kasus COVID varian JN.1 akan terjadi pada Januari 2024. Prediksi ini dilihat dari jumlah kenaikan kasus varian JN.1 yang terus naik menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

"Yang varian JN.1 memang (jumlah kasusnya) 43 persen dari total sampel yang kita ambil di minggu ke-2 Desember ini. Kita ada 77 sampel di minggu ke-2 ini yang masuk, dari 77 sampel itu 43 persennya varian JN.1," katanya.

Dari sekuens yang dicatat oleh Kemenkes, temuan varian JN.1 terbilang pesat.

"Nah, kalau diprediksi puncaknya, kita lihat karena 43 persen dan itu naik dari 19 persen di minggu pertama Desember 2023. Kenaikannya dia pesat, artinya dia mendominasi varian yang ada. Kalau pengalaman kita di sebelum-sebelumnya, begitu dia sampai 80 persem, di atas 80 persen itu peak-nya (puncak) tercapai," jelas Menkes Budi Gunadi.

"Sekarang kita lihat 19 persen ke 43 persen itu kan naiknya hampir 20 persen lebih ya. Kalau kita hitung 20 persen lagi minggu depan, gitu 60 kasus, (naik) 20 persen lagi minggu depannya lagi udah 80 kasus. Harusnya di Januari itu peak-nya sudah dicapai."

Selain temuan varian JN.1, hasil varian COVID yang masuk ke laporan Kemenkes dari 77 sampel sepanjang minggu ke-2 Desember 2023 adalah varian XBB.1.16 dan XBB.1.9.1.

Puncak Varian JN.1 Diprediksi Turun Februari 2024

Apabila prediksi puncak kasus COVID varian JN.1 pada Januari 2024, maka penurunan puncak diperkirakan pada Februari 2024.

"Nah, peak-nya berapa lama? Peak-nya paling 2 minggu sampai 4 minggu maksimal, kemudian terjadi penurunan," terang Menkes Budi Gunadi Sadikin.

"Jadi, mudah-mudahan nanti kita lihat, kalau misalnya peak-nya terjadi di Januari, itu harusnya sih Februari Insya Allah, ini sudah turun kembali."

Budi Gunadi menambahkan, varian JN.1 relatif severity-nya dan hospitalisasinya rendah.

"Sampai sekarang kan kita lihat rumah sakit-rumah sakit kita sih masih relatif kosong (untuk pasien COVID). Bed Occupancy Ratio (BOR) masih relatif kosong. Memang ada beberapa kematian, sekitar berapa ini 27 orang," tambahnya.

"Tapi 27 orang ini ada komorbidnya. Jadi dia masuk, sakit, biasanya sakit jantung atau dia stroke. Begitu dites, dia positif COVID. Jadi, enggak semuanya meninggalnya gara-gara positif COVID, tapi gara-gara penyakit lainnya."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya