Bandara Frans Seda Maumere Ditutup Sementara Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Bandara Frans Seda Maumere NTT ditutup sementara akibat erupsi Gunung Lewotobi, sejumlah penerbangan tertunda.

oleh Ola Keda diperbarui 01 Jan 2024, 17:48 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2024, 17:48 WIB
Bandar Udara Frans Seda
Bandar Udara Frans Seda, Kabupaten Sikka, NTT ditutup sementara akibat dampak abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Flores - Bandara Frans Seda Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditutup sementara, Senin 1 Januari 2024. Penutupan itu merupakan dampak abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur (Flotim).

Kepala Kantor UPBU Kelas II Bandara Frans Seda Maumere, Partahian Panjaitan mengatakan penutupan itu berdasarkan hasil paper test yang menunjukkan hasil positif adanya abu vulkanik di daerah pendaratan.

"Saya sudah surati ke kepala kantor otoritas bandar udara wilayah IV untuk penutupan sementara," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (1/1/2024).

Ia merincikan jadwal pembatalan penerbangan Senin 1 Januari 2024, di antaranya Wings Air Kupang-Mof, Labuan Bajo-Mof dan Mof-Labuan Bajo. Sedangkan untuk penerbangan Nam Air dari Mof-Kupang.

"Abu secara visual tidak menutup runway, tapi setelah dites ternyata positif di daerah pendaratan sesuai informasi dari BMKG," katanya.

Ia menambahkan penutupan sementara itu hingga hasil pemeriksaan benar-benar bersih dari abu vulkanik.

"Besok pagi akan kita monitor dengan BMKG, jika abunya sudah jauh dari runway maka penerbangan akan di buka. Tapi, jika masih positif, maka penutupan diperpanjang," tandasnya

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi Lagi

Sebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali erupsi, Senin pagi (1/1/2024) pukul 05.23 Wita. Situs Magma ESDM menyebut, tinggi kolom abu teramati sekitar 300 meter di atas puncak atau sekitar 1.723 meter dari atas permukaan laut.

Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat laut. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 18.2 mm dan durasi 53 detik.

Ratusan warga dari sejumlah desa pun berhamburan menuju kantor camat Wulanggitang dan sebagiannya ke wilayah perbatasan Flores Timur dan kabupaten Sikka, berjarak sekira 8 kilometer dari Desa Boru, Ibu Kota Kecamatan.

Sementara warga Desa Wailua, arah pantai selatan memilih mengungsi ke Desa Hewa.

Di desa Boru, pengungsi didominasi warga Desa Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawokote. Mereka membawa keranjang tas berisi pakaian dan surat-surat penting.

"Amankan barang penting dan bekal seadanya," kata An Tobi, warga Nawokote saat ditemui Liputan6.com.

An Tobi mengatakan, bunyi gemuruh di atas gunung terdengar seperti runtuhan batu besar. Warga panik dan mengamankan diri ke posko penanganan bencana di Desa Boru.

"Gemuruh besar setelah jam 12 malam, sudah masuk tanggal 1 Januari 2023," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya