Puluhan Babi di Sikka Mati Mendadak, ASF Biang Keroknya

Sebanyak 74 ekor babi di Kabupaten Sikka, mati mendadak karena terserang penyakit ASF. Terbak babi yang mati itu tersebar di empat Kecamatan

oleh Ola Keda diperbarui 06 Feb 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2024, 00:00 WIB
Warga mengubur babi yang mati terserang virus ASF (Liputan6.com/Ola Keda)
Warga mengubur babi yang mati terserang virus ASF (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Sikka - Virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika kembali menyerang ternak babi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sebanyak 74 ekor babi di Kabupaten Sikka, mati mendadak karena terserang penyakit ASF. Terbak babi yang mati itu tersebar di empat Kecamatan yaitu Nita 64 ekor, Alok Barat 5 ekor, Kecamatan Alok Timur 2 ekor dan Nelle 1 ekor.

"Data sejak Januari hingga awal Februari 2024, berjumlah 74 ekor," ujar Kepala Dinas Pertanian Sikka, Yohanes Emil Satriawan, kepada Liputan6.com, Minggu 4 Februari 2024.

Ia mengatakan, sesuai hasil uji sampel di laboratorium Veteriner Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Sikka, puluhan babi itu positif ASF.

"Ada peningkatan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian)," jelasnya.

Ia mengungkap, dari hasil investigasi timnya di lapangan, terungkap kematian ternak babi, itu dipicu oleh peredaran daging yang berasal dari ternak babi yang sakit ke wilayah zona hijau ASF.

"Upaya pengendalian penyakit hewan menular yang berpotensi mewabah dari Kabupaten Sikka maupun ke luar, maka perlunya kerja sama seluruh stakeholder agar bisa menekan angka penularannya," ungkapnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Imbauan Dinas Pertanian

Untuk mengantisipasi penyebaran virus ASF, Dinas Pertanian Sikka pun mengeluarkan beberapa imbauan antara lain;

1. Setiap orang atau peternak dilarang untuk memasukan dan mengeluarkan ternak babi, daging babi, serta semua produk olahan daging babi dari wilayah Kabupaten Sikka maupun ke luar daerah.

2. Tidak memberi pakan yang mengandung bahan asal hewan seperti daging babi segar, daging babi olahan, darah babi, jeroan babi, tulang babi, limbah cucian daging babi dan lain sebagainya.

3. Pakan yang mengandung limbah dapur harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih sebelum diberikan kepada ternak babi.

4. Isolasi atau pisahkan babi yang baru masuk paling sedikit 30 hari sebelum digabungkan dengan babi yang ada sebelumnya.

5. Perlu diketahui bahwa perkawinan dapat beresiko menularkan penyakit sehingga sebaiknya peternak harus memiliki pejantan sendiri, atau mengawinkan dengan pejantan yang berasal dari kandang atau peternakan babi yang sehat.

6. Apabila ada ternak sakit, maka segera dipisahkan dan dilakukan sterilisasi kandang dan peralatannya.

 

Disinfeksi Kandang

7. Disinfeksi kandang dan peralatan menggunakan desinfektan. Dahulukan menangani ternak yang sehat seperti memberi pakan atau membersihkan kandang dan peralatannya.

8. Batasi pengunjung serta pastikan bahwa perlengkapan kandang dan lain sebagainya yang masuk harus bersih sehingga mengurangi potensi penyebaran penyakit melalui manusia dan peralatan kandang.

9. Jika ada ternak yang mati, segera dikubur, tidak boleh dipotong dan diedarkan kepada masyarakat.

10. Selalu menjaga kebersihan kandang untuk mencegah masuknya vektor (pembawa) penyakit ke dalam kandang.

11. Kandang yang pernah ditempati oleh ternak yang sakit atau mati harus di desinfeksi dan dikosongkan selama paling sedikit 30 hari sebelum memasukan ternak yang baru.

12. Setiap aktivitas pemasukan dan pengeluaran hewan dari dan keluar Kabupaten Sikka harus membawa dokumen yang lengkap termasuk di dalamnya adalah rekomendasi dari Pejabat Otoritas Veteriner (POV) Kabupaten Sikka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya