Liputan6.com, Gorontalo - Seperti biasa di Provinsi Gorontalo, ada tradisi Tumbilotohe yang menandai akhir Ramadan. Tradisi ini merupakan sebuah peristiwa yang paling banyak dinanti warga tanah serambi madinah.
Setiap 3 hari menjelang Idulfitri, ribuan warga berkumpul untuk menikmati pemandangan lampu tradisional yang memukau.
Lampu-lampu minyak memperindah rumah-rumah warga, jalan-jalan, halaman masjid, bahkan aliran sungai di Gorontalo.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu lokasi favorit tahun ini adalah sekitar Kabupaten Bolango, di mana ribuan lampu minyak menghiasi Taman Taqwa Bone Bolango (Bonebol)
Antusias warga yang menyaksikan malam pasang lampu tersebut bahkan menyebabkan kemacetan lalu lintas hingga larut malam.
Tumbilotohe merupakan tradisi lama yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Biasanya, tradisi ini dilakukan pada malam 27 Ramadhan sebagai penanda kedekatan hari raya Idulfitri.
Festival Tumbilotohe tahun ini digelar meriah di beberapa tempat. Tradisi kembali dengan kolaborasi antara lampu tradisional dan lampu hias listrik.
"Selain sebagai acara hiburan, Tumbilotohe juga sering kali menjadi ajang perlombaan antar-kampung atau kecamatan," kata Rustam Harun salah satu pengunjung di Festival Tumbilotohe.
Pelita-pelita yang digunakan biasanya dihiasi dengan janur kuning atau disebut juga alikusu, serta dihiasi dengan pisang sebagai simbol kesejahteraan, dan tebu sebagai simbol keramahan dalam menyambut Idul Fitri.
Melalui tradisi Tumbilotohe ini, masyarakat Gorontalo tidak hanya melestarikan budaya lokal mereka, tetapi juga mempererat ikatan kekeluargaan antarwarga dengan berbagai hiburan yang disajikan.
"Kami bangga dengan tradisi Tumbilotohe, tidak hanya sekedar tradisi tetapi ada makna di dalamnya," ia menandaskan.
Â