Langkah Mempersiapkan Manajemen Krisis Agar Tak Panik Saat Kejadian

Pentingnya manajemen krisis bagi perusahaan, karena dalam praktiknya manajemen krisis memungkinkan perusahaan untuk bereaksi secara sistematis ketika terjadi krisis

oleh Kori Sofianty diperbarui 04 Mei 2024, 23:38 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2024, 23:29 WIB
Agnes Karina Rosari, Partner Maverick Indonesia dalam Asia Pacific Conference for Media, Advertising and Marketing (APMF), Bali. (Foto: Liputan6.com/Kori Sofianty)
Agnes Karina Rosari, Partner Maverick Indonesia dalam Asia Pacific Conference for Media, Advertising and Marketing (APMF), Bali. (Foto: Liputan6.com/Kori Sofianty)

Liputan6.com, Bali - Tiap perusahaan, lembaga ataupun individu tak luput dari krisis yang bisa datang secara tiba-tiba dan berpotensi menyebabkan guncangan pada perusahaan.

Itulah mengapa sangat penting mempersiapkan manajemen krisis sebab tanpa persiapan yang tepat, krisis bisa mengancam reputasi, kinerja, dan kelangsungan bisnis secara keseluruhan ataupun individu.

Manajemen krisis adalah suatu pendekatan terstruktur dalam menghadapi, merespons, dan mengatasi situasi krisis yang mempengaruhi perusahaan.

Seperti yang dikatakan oleh Agnes Karina Rosari, Partner Maverick Indonesia, bahwa pentingnya manajemen krisis bagi perusahaan, karena dalam praktiknya manajemen krisis memungkinkan perusahaan untuk bereaksi secara sistematis ketika terjadi krisis.

Selain itu, perusahaan harus menggunakan pengetahuan orang yang tepat dari berbagai bidang saat merencanakan dan mengelola situasi darurat.

"Manajemen krisis sangat penting bagi semua company baik itu mau company yang kecil atau company yang besar keuntungan. Semuanya punya risiko untuk terjebak di kondisi krisis," ujar Agnes dalam acara Asia Pacific Conference for Media, Advertising and Marketing (APMF) yang digelar di Nusa Dua Bali 1-3 Mei 2024.

Lebih lanjut Agnes mengatakan kan memang menangani krisis itu harus dipersiapkan sebelumnya. Dalam spektrum krisis manajemen ada dua hal yang pertama adalah proses manajemen itu untuk memanage sebelum krisis terjadi. Dan yang kedua proses handling penanganan jika sudah terjadi.

"Untuk mempersiapkan manajemen krisis sebelum terjadi ada beberapa hal yaitu risk asseement, tiap perusahaan berbeda industri maka resikonya akan beda. Kira kira apa yang mungkin terjadi dan harus dilakukan secara berkala," beber Agnes.

EWS

Agnes Karina Rosari, Partner Maverick Indonesia dalam Asia Pacific Conference for Media, Advertising and Marketing (APMF), Bali. (Foto: Liputan6.com/Kori Sofianty)
Agnes Karina Rosari, Partner Maverick Indonesia dalam Asia Pacific Conference for Media, Advertising and Marketing (APMF), Bali. (Foto: Liputan6.com/Kori Sofianty)

Kemudian, perusahaan juga harus punya early warning sistem yaitu sistem peringatan dini, seperti sosial media monitoring sehingga jika ada yang negatif bisa diketahui terlebih dahulu dan bisa dimonitorreaksinya seperti apa.

Tetapi early warning sistem tersebut tak hanya soal monitoring saja tetapi juuga bisa berupa sistem di dalam perusahaan semisal laporannya seperti apa.

Selain itu penting juga melakukan training untuk manajemen maupun PR yang ditugaskan menghandle komunikasi. "Perlu ada standar supaya masing-masing orag yang terlibvat di manajemen itu punya kemampuan utnk handle krisis, handle pertanyaan media dan handle reputasi secara umum," jelasnya lagi.

Juga harus diingat bahwa manajemen krisis itu bukan hanya masalah PR saja bukan masalah komunikasi saja. Itulah yang disebut dual track approach, jalur ganda karena jika dihandle komunikasi saja tetapi tidak dihandle secara operasional maka omong kosong. Begitupun sebaliknya jika dihandle operasional saja tanpa komunikasi maka orang lain tidak bisa mengerti.

"Seperti yang kita selalu katakan bahwa proses manajemen itu jalannya harus hand in hand. Sebagai langkah awal untuk manajemen krisis adalah yang pertama temukan faktanya terlebih dahulu. Kadang kejadian bisa menyebabkan panik, untuk menghindarinya cari tahu dampaknya apa , siapa yang kena dan sebagainya. Bisajadi itu hoaks sehingga semuanya harus dipastikan agar kebijakan yang diambil untuk menanganinya relevan dan akurat," terangnya lagi.

Barulah menemukan fakta-faktanya adalah dual track approach tadi, harus segera diputuskan next stepnya, apa yang menjadi respon operasional dan respon komunikasinya seperti apa. "Jadi dibuat semacam frameworknya untuk step-stepnya sehingga perlu ada tim khusus yang bisa menghandle krisis yang harus dipersiapkan sehingga saat terjaid krisis tim sudah siap," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya