Inilah Alasan Tisu Toilet Berwarna Putih

Data industri menunjukkan 85 persen tisu toilet yang diproduksi di dunia adalah tisu putih, sementara tisu berwarna hanya menguasai 15 persen pangsa pasar.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 31 Jan 2025, 15:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2025, 15:00 WIB
Ilustrasi Tisu Toilet
Ilustrasi Tisu Toilet. (Foto: Unsplash/Claire Mueller)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Proses pemutihan pada tisu toilet ternyata memiliki peran penting dalam mempercepat penguraiannya di alam. Pemutihan menghilangkan zat lignin yang menghambat dekomposisi, sehingga membuat tisu toilet putih lebih mudah terurai dibandingkan tisu toilet berwarna.

Mengutip dari berbagai sumber, tisu toilet pada dasarnya terbuat dari serat kayu yang mengandung lignin, suatu zat yang membuat kertas berwarna kecoklatan. Lignin merupakan polimer alami yang memberikan kekuatan pada dinding sel tumbuhan dan membuat kayu sulit terurai secara alami.

Dalam proses produksi tisu toilet putih, pabrik menggunakan bahan pemutih untuk menghilangkan lignin dari serat kayu. Penghilangan lignin ini tidak hanya mengubah warna tisu menjadi putih, tetapi juga mempermudah bakteri pengurai untuk memecah serat-serat tisu saat dibuang ke septic tank atau sistem pembuangan.

Berbeda dengan tisu toilet putih, varian berwarna justru membutuhkan tambahan zat pewarna kimia dalam proses produksinya. Pewarna ini tidak hanya menambah biaya produksi, tetapi juga memperlambat proses penguraian tisu di alam karena bakteri pengurai harus memecah lebih banyak komponen kimia.

Penelitian menunjukkan tisu toilet putih dapat terurai dalam waktu sekitar satu bulan di dalam septic tank. Sementara tisu berwarna membutuhkan waktu hingga tiga bulan untuk terurai sempurna karena kandungan pewarna kimianya.

Industri tisu toilet putih juga mengalami perkembangan dalam hal teknologi pemutihan. Jika sebelumnya proses pemutihan menggunakan klorin yang dapat mencemari lingkungan, kini produsen beralih ke teknologi ECF (Elementary Chlorine Free) atau TCF (Totally Chlorine Free) yang lebih ramah lingkungan.

Aspek ekonomis turut mendorong dominasi tisu toilet putih di pasaran. Proses pewarnaan membutuhkan tambahan biaya untuk pewarna, stabilizer, dan quality control yang lebih ketat.

Hal ini membuat harga tisu toilet berwarna 20 hingga 30 persen lebih mahal dibandingkan tisu putih. Dari sisi kesehatan, tisu toilet putih dianggap lebih aman karena minim kandungan zat kimia tambahan.

Pewarna pada tisu berwarna berpotensi menimbulkan iritasi kulit, terutama bagi pengguna dengan kulit sensitif. Proses pemutihan juga berkontribusi pada tekstur tisu toilet.

Penghilangan lignin membuat serat menjadi lebih lunak sehingga tisu toilet putih memiliki tekstur yang lebih lembut. Kelembutan ini menjadi salah satu pertimbangan konsumen dalam memilih tisu toilet.

Keunggulan dalam hal lingkungan, ekonomi, dan kesehatan membuat tisu toilet putih tetap mendominasi pasar global. Data industri menunjukkan 85 persen tisu toilet yang diproduksi di dunia adalah tisu putih, sementara tisu berwarna hanya menguasai 15 persen pangsa pasar.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya