Liputan6.com, Malang - Menjaga integritas, konsisten dan pantang menyerah. Prinsip itu dipegang teguh Mulyani Hadiwijaya, seorang pengusaha roti di Malang. Jatuh bangun dalam berbisnis, kini dia berhasil mendirikan 51 toko roti di berbagai daerah.
Mulyani Hadiwijaya lahir dan besar di Jakarta, berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah. Sempat merantau ke Riau sampai Medan sebelum tinggal di Malang. Pernah 8 kali bangkrut dalam bisnis, kini dia termasuk seorang pengusaha sukses pemilik Dea Bakery. “Saya pernah usaha bermacam-macam seperti kredit alat kebugaran, ikan asin dan lainnya. Semuanya bangkrut. Saya lalu belajar membuat kue,” kata Mulyani.
Advertisement
Baca Juga
Berbekal pengetahuan tentang roti dan modal seadanya, dia mulai merintis usaha toko bahan kue sederhana di rumahnya di Kepanjen, Kabupaten Malang pada 2001 silam. Seingatnya, omzet hari pertama sebesar Rp 15 ribu, lalu esok harinya naik jadi Rp 30 ribu. “Ketika itu belum banyak kenalan. Saya ngobrol dengan pelanggan yang datang dan kasih resep kue atau roti ke mereka agar lama di toko,” ujarnya.
Advertisement
Dengan cara itu banyak pelanggan tertarik belajar membuat roti ke Mulyani. Semula, dia tak memasang tarif pada siapapun yang ingin belajar. Lambat laun semakin banyak peminat, Mulyani kemudian membuka kelas belajar roti dengan biaya Rp 5 ribu dan Rp 10 ribu. “Seperti les, saya mengajari membuat bermacam-macam roti. Itu berjalan selama delapan tahun,” ucapnya.
Perlahan usahanya semakin berkembang menerima banyak pesanan. Banyak yang meyakinkannya agar membuka toko. Pada awal 2009, dengan modal sekitar Rp 20 jutaan, dia menyewa sebuah toko di Kepanjen, Malang, dan membeli peralatan sederhana. “Outlet pertama berdiri, saya beri nama Dea Bakery. Semua saya urus sendiri, pergi pagi pulang malam selama satu tahun pertama,” katanya.
Karena tanpa bahan pengawet, roti produknya bertahan maksimal 4 hari. Roti buatan hari ini diturunkan dari etalase pada hari kedua. Sayang bila dibuang begitu saja sebab masih layak konsumsi, roti dibagikan ke tetangga, karyawan sampai tukang becak sekaligus promosi gratis menunjukkan mentalnya sebagai pengusaha sukses.
Menjaga Standar Kualitas
Dalam membuat kue dan roti, Mulyani ingin memastikan standar keamanan produk. Bahwa roti harus aman dimakan oleh anggota keluarganya sendiri sebelum dikonsumsi orang itu. Karena itu penting menjaga kebersihan selama proses pengolahan serta kualitas bahan bakunya. “Itu semua bagian dari integritas dan kejujuran, saya meyakini pengusaha atau siapapun harus punya itu,” ujarnya.
Perlahan toko rotinya ramai, mendapat respon positif dari konsumen. Mulyani pun membuka cabang di lokasi yang banyak menerima pesanan pelanggan seperti Gondanglegi, Turen, Dampit, dan sekitarnya masih di wilayah Kabupaten Malang.
Kini Dea Bakery memiliki 51 toko tersebar di berbagai daerah. Tidak hanya di Jawa Timur, ada juga di Lampung, di Pontianak, Kalimantan Barat, di Sumatera Barat dan Selatan serta Pekanbaru, Riau. Jumlah karyawannya sudah ratusan orang. “Kadang-kadang kalau mengandalkan matematika, otak kita sepertinya tidak akan sampai. Tetapi selama kita yakin, bisnis akan dimudahkan oleh tuhan,” ujar Mulyani.
Karena itu, usaha miliknya tak ragu terlibat dalam berbagai kegiatan amal. Pernah membagikan 50 ribu kotak roti ke seribu masjid pada dua tahun pertama toko berdiri. Termasuk menjadi sponsor dengan membagikan 10 ribu kotak untuk takjil buka puasa pada 2025 ini.
Seiring perkembangan jaman, Mulyani percaya bahwa toko juga harus berinovasi agar tidak tertinggal. Tidak hanya produk, tetapi juga branding toko untuk menjaga kepercayaan konsumen dan menggaet pasar baru. Termasuk tagline yang menggambarkan produk. “Jangan ragu mengikuti tren, soal itu saya percaya ke karyawan muda yang lebih paham kekinian,” ucapnya.
Mulyani menyarankan pada siapapun yang ingin mulai berbisnis agar selalu konsisten, tidak pantang menyerah. Terpenting menjaga integritas dan kejujuran, sebab kepercayaan konsumen bagian penting dalam setiap usaha atau bisnis.
Advertisement
