Hari Terakhir Perdagangan di 2014, Wall Street Malah Terpuruk

Indeks S&P 500 turun 0,69 persen menjadi 2.065,96, menghapus seluruh keuntungan yang telah didulang dalam 1 bulan terakhir.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Jan 2015, 04:26 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2015, 04:26 WIB
Wall Street
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, New York - Wall Street anjlok pada perdagangan hari Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta), menghapus seluruh keuntungan yang telah didulang dalam satu bulan terakhir.

Mengutip Bloomberg, Kamis (1/1/2015), Indeks Standard & Poor (S&P) 500 turun 0,69 persen menjadi 2.065,96, Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) anjlok 0,79 persen menjadi 17.840,31 dan Indeks Nasdaq melorot 0,59 persen menuju 4.749,07.

Transaksi saham-saham yang termasuk dalam Indeks S&P 500 pada perdagangan hari terakhir tahun 2014 ini 30 persen di bawah rata-rata dalam 30 hari terakhir.

"Volatilitas perdagangan saham dalam beberapa hari terakhir pada tahun ini memang cukup tinggi. Para pelaku pasar mencoba untuk menata kembali portofolio yang mereka miliki," tutur Manajer Investasi Pioneer Invesment Management, John Carey.

John memperkirakan, saat perdagangan kembali dibuka pada Jumat (Sabtu sore waktu Jakarta), setelah libur selama satu hari karena perayaan tahun baru, Wall Street akan tetap tertekan karena memang pelaku pasar belum bisa menentukan pilihannya.

Kondisi Indeks S&P 500 pada perdagangan terakhir hari terakhir di 2014 ini memang sangat jauh berbeda dengan kondisi di beberapa hari belakangan. Dua hari sebelumnya atau pada 29 Desember 2014, indeks tersebut sangat moncer. Di hari itu, indeks menorehkan rekor tertinggi dalam 53 tahun terakhir.

Salah satu penyebab penurunan Wall Street karena pada hari ini data yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih banyak orang Amerika yang mengajukan aplikasi untuk tunjangan pengangguran.

Hal tersebut sangat jauh bertentangan dengan data-data yang telah ditorehkan beberapa bulan terakhir yang menunjukkan perbaikan ekonomi di Negara Paman Sam tersebut. Karena membaiknya pertumbuhan ekonomi di Amerika, Bank Sentral Amerika Serikat bahkan sudah memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga meskipun belum memberikan kisi-kisi kapan waktunya.

Sebuah laporan terpisah menunjukkan bahwa kontrak untuk membeli rumah mengalami kenaikan pada bulan November sebagai dampak dari rendahnya biaya pinjaman. (Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya