Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bangkit dari zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini. Komentar pimpinan pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve Janet Yellen soal suku bunga menjadi sentimen di pasar modal.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (29/8/2016), IHSG melemah 68,06 poin atau 1,25 persen ke level 5.370,76. Indeks saham LQ45 susut 1,45 persen ke level 923,98. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 248 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 87 saham menghijau dan 71 saham diam di tempat. Pada perdagangan saham awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.426,21 dan terendah 5.348,05.
Secara sektoral, 10 sektor saham kompak melemah. Sektor saham aneka industri melemah 2,94 persen, dan membukukan penurunan terbesar pada Senin pekan ini. Disusul sektor saham perkebunan melemah 2,11 persen, dan sektor saham konstruksi melemah 2,01 persen.
Baca Juga
Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 148,68 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 13.261. Saham-saham yang menguat antara lain saham POOL naik 24,35 persen ke level Rp 1.200 per saham, saham KAEF mendaki 12,8 persen ke level Rp 2.820 per saham dan saham BIKA menanjak 12,1 persen ke level Rp 695 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham PEGE, JKON dan ESSA masing-masing melemah 10 persen.
Bursa Asia pun cenderung tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,38 persen ke level 22.821,34. Disusul indeks saham Korea Selatan Kospi merosot 0,25 persen ke level 2.032,35, dan indeks saham Shanghai melemah 0,01 persen ke level 3.070,03.
Selain itu, indeks saham Singapura tergelincir 0,86 persen ke level 2.833,15, indeks saham Taiwan merosot 0,24 persen ke level 9.110,17, dan indeks saham Jepang Nikkei naik 2,3 persen ke level 16.737,49.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo menuturkan pelaku pasar merespons negatif komentar pejabat the Fed yang menaikkan suku bunga sehingga menekan IHSG. Hal itu lantaran belum ada antisipasi untuk rencana the Fed tersebut. Satrio mengatakan, pelaku pasar mengharapkan kenaikan suku bunga the Fed hanyak satu kali pada 2016.
Satrio menambahkan, rencana kenaikan the Fed itu memberikan sentimen negatif ke pasar modal Indonesia. "Pelaku pasar terutama lokal melakukan aksi jual. Mereka juga khawatir akan asing melakukan aksi jual. Padahal investor asing juga sudah melakukan aksi beli cukup besar sejak awal Januari," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Dari sentimen internal, Satrio menilai target pencapaian dana repatriasi dari pengampunan pajak juga belum sesuai harapan pelaku pasar. Ia menuturkan, tekanan IHSG yang terjadi masih wajar. IHSG akan cenderung konsolidasi. (Ahm/Ndw)
Advertisement