IHSG Ditutup Turun 6,44 Poin ke 5.309.92

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan pada perdagangan Selasa pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Jan 2017, 16:15 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2017, 16:15 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan pada perdagangan Selasa pekan ini. Penurunan harga minyak menjadi pendorong pelemahan IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (10/1/2017), IHSG turun 6,44 poin atau 0,12 persen ke level 5.309.92.

Ada sebanyak 164 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 135 saham menguat dan 120 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.331,13 dan terendah 5.292,06

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 265.889 kali dengan volume perdagangan 9,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,5 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham pembentuk IHSG kompak memerah kecuali sektor saham perkebunan naik 0,72 persen, sektor saham aneka industri naik 0,55 persen dan sektor saham keuangan menguat 0,38 persen.

Sedangkan sektor saham perdagangan turun 0,86 persen dan catatkan pelemahan terbesar. Disusul sektor saham pertambangan turun 0,62 persen dan sektor saham infrastruktur tertekan 0,52 persen.

Investor asing pun mulai melakukan aksi jual mencapai Rp 143 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat betah di kisaran Rp 13.289.

Saham-saham yang menguat antara lain saham MGNA naik 34,48 persen ke level Rp 78 per saham, saham BINA menanjak 24,71 persen ke level Rp 424 per saham, dan saham MTSM menguat 24,71 persen ke level Rp 354 per saham.

Sedangkan saham-saham yang merosot antara lain saham CANI turun 25 persen ke level Rp 1.080 per saham, saham BMAS tergelincir 22,22 persen ke level Rp 350 per saham, dan saham NAGA susut 19,71 persen ke level Rp 167 per saham.

Analis BNI Securities Maxi Liesyaputra menjelaskan, pergerakan IHSG pada hari ini terpengaruh dengan regional. Bursa AS dan juga Eropa tertekan karena beberapa penyebab.

Selain itu, penurunan harga minyak juga menekan saham-saham di sektor komoditas. "Dengan banyaknya sentimen negatif ini mempengaruhi pergerakan indeks," jelas dia. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya