Sektor Tambang Jadi Pemberat IHSG, Ada Apa?

Sektor saham tambang memimpin penurunan di antara sektor saham lainnya pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Nov 2017, 13:22 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2017, 13:22 WIB
20160801-IHSG-Melesat-Jakarta-AY
Pekerja melintas di layar sekuritas di Jakarta, Senin (1/8). IHSG mengakhiri perdagangan hari ini ditutup di teritori positif. Seharian, IHSG bergerak di zona hijau dan ditutup melesat hingga nyaris 3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik terbatas 8,3 poin atau 0,14 persen ke posisi 5.996,52 pada sesi pertama. Sektor saham tambang mencatatkan penurunan terbesar.

Mengutip data RTI, Rabu (15/11/2017), sektor tambang susut 0,73 persen. Saham-saham tambang alami penurunan antara lain saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melemah 2,54 persen ke posisi Rp 11.500 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 1.885 kali dengan nilai transaksi Rp 43 miliar.

Saham PT Timah Tbk (TINS) tergelincir 3,3 persen ke posisi Rp 880 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 1.132 kali dengan nilai transaksi Rp 11,9 miliar.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) susut 2,21 persen ke posisi Rp 665 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1.349 kali dengan nilai transaksi Rp 18,4 miliar.

Penurunan saham emiten tambang BUMN ini di tengah kabar rencana tiga emiten tambang akan mengubah anggaran dasar perseroan terkait perubahan status Perseroan dari persero menjadi non persero.

Hal itu sehubungan dengan Peraturan Pemerintah tentang penambahan penyertaan modal negara ke dalam modal saham PT Inalum (Persero). Tiga emiten tambang BUMN itu akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 29 November 2017.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan holding tambang BUMN dapat selesai pada akhir 2017. Oleh karena itu, perusahaan tambang BUMN yang tercatat di pasar modal bersiap untuk melakukan perubahan anggaran dasar terkait perubahan status perseroan. Lalu apakah sentimen itu menekan harga saham tambang BUMN?

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, penurunan harga saham tambang BUMN lebih didorong harga komoditas yang tertekan.

"Koreksi harga saham tambang lebih kepada penurunan harga komoditas," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com.

Sejumlah harga komoditas tertekan antara lain harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 2,38 persen menjadi US$ 55,41, harga minyak Brent susut 2,49 persen menjadi US$ 61,59, harga nikel tergelincir 5,4 persen menjadi US$ 11.822,50. Tembaha susut 1,85 persen dan timah turun 0,28 persen.

Bila melihat data RTI, saham tambang BUMN bukan hanya yang tertekan. Ada sejumlah saham tambang lainnya yang tergelincir ke zona merah. Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) susut 4,13 persen ke Rp 3.020 per saham, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melemah 2,31 persen ke posisi Rp 20.100 per saham, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tergelincir 2,2 persen ke posisi Rp 1.775 per saham, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merosot 1,43 persen ke posisi Rp 276 per saham.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

IHSG Naik Terbatas di Awal Sesi

Sebelumnya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meski berada di zona hijau tapi pergerakannya terbatas selama sesi pertama perdagangan saham Rabu pekan ini.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Rabu pekan ini, IHSG naik tipis 8,23 poin atau 0,14 persen ke posisi 5.996,52. Indeks saham LQ45 menguat 0,27 persen ke posisi 995,84. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.

Ada sebanyak 127 saham menghijau sehingga mendorong kenaikan IHSG. Sedangkan 170 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. Sedangkan 109 saham lainnya diam di tempat.

Selama sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.009,39 dan terendah 5.989,30. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 181.929 kali dengan volume perdagangan saham 7,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 3,5 triliun.

Investor asing melakukan aksi beli Rp 41,89 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.536.Secara sektoral, sebagian besar sektor saham sama-sama menguat dan menghijau. Sektor saham aneka industri turun 0,77 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham tambang turun 0,73 persen.

Sedangkan sektor saham infrastruktur naik 0,64 persen, sektor saham keuangan mendaki 0,36 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham RIMO naik 12,50 persen ke posisi Rp 216, saham IIKP menanjak 11,50 persen ke posisi Rp 252 per saham, dan saham BULL melonjak 8,92 persen ke posisi Rp 171 per saham.

Sedangkan saham-saham melemah antara lain saham CMPP turun 24,79 persen ke posisi Rp 364 per saham, saham INCO tergelincir 4,13 persen ke posisi Rp 3.020 per saham, dan saham KMTR susut 3,36 persen ke posisi Rp 575 per saham.

Bursa Asia pun kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,86 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,23 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 1,48 persen, indeks saham Shanghai susut 0,84 persen, indeks saham Singapura merosot 0,79 persen dan indeks saham Taiwan turun 0,52 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya