IHSG Diprediksi Tersungkur ke Zona Merah

Meski Amerika Serikat (AS) dan China sepakat mencegah eskalasi perang tarif, meredanya tekanan pasar atau perang dagang dinilai belum dapat mengerek IHSG.

oleh Bawono Yadika diperbarui 05 Des 2018, 06:22 WIB
Diterbitkan 05 Des 2018, 06:22 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak melemah pada perdagangan saham Rabu (5/12/2018) ini. Gerak IHSG bakal berakhir terkoreksi dengan diperdagangkan pada level 6.100-6.155.

Meski Amerika Serikat (AS) dan China sepakat mencegah eskalasi perang tarif, meredanya tekanan pasar atau perang dagang dinilai belum dapat mengerek IHSG untuk naik.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi Taulat menyebutkan, IHSG secara teknikal masih menunjukan tren negatif. IHSG berpeluang terkonsolidasi di rentang support dan resistance di 6.100-6.155.

Senada, Fund Manager Valbury Sekuritas Suryo Narpati mengungkapkan, meski AS-China sepakat untuk gencatan selama 90 hari ke depan, diskusi kedua negara itu diprediksi masih tetap alot dalam kurun waktu tiga bulan tersebut.

"Itu mengingat banyaknya isu yang dibicarakan. Kesepakatan ini juga tidak membahas adanya penghapusan tarif yang sebelumnya diterapkan. AS juga masih mengancam menaikkan tarif 25 persen jika gagal mencari solusi," jelas dia.

Adapun secara teknikal, IHSG berpotensi tersungkur ke zona merah di kisaran 6.094-6.150.

Untuk saham laik beli pada hari ini, Lanjar menganjurkan saham PT JAPFA Tbk (JPFA), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) serta PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Sedangkan Suryo merekomendasikan saham PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP).

Penutupan Kemarin

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Hal itu juga didukung aksi beli investor asing.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (4/12/2018), IHSG menguat 34,54 poin atau 0,56 persen ke posisi 6.152,86. Indeks saham LQ45 menguat 0,73 persen ke posisi 985,96. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Sebanyak 187 saham menguat sehingga mendorong IHSG menghijau. 221 saham melemah sehingga menekan penguatan IHSG. 127 saham diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 475.850 kali dengan volume perdagangan 12,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,9 triliun.

Pada Selasa pekan ini, transaksi saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT)  tercatat Rp 1,4 triliun di pasar negosiasi. Saham BRPT turun 18,48 persen di pasar negosiasi ke posisi Rp 1.720 per saham. Total frekuensi hanya satu kali perdagangan saham. Investor asing beli saham Rp 87,49 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.284.

Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian turun 1,01 persen, sektor saham aneka industri tergelincir 0,53 persen dan sektor saham konstruksi susut 0,28 persen.

Sementara itu, sektor saham industri dasar naik 1,66 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur menanjak 1,63 persen dan sektor saham keuangan menguat 0,75 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham ABBA naik 34,29 persen ke posisi Rp 94, saham FILM menanjak 25 persen ke posisi Rp 950 per saham, dan saham ITMA menguat 25 persen ke posisi Rp 1.000 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham RELI merosot 20,45 persen ke posisi Rp 210 per saham, saham YPAS susut 15,57 persen ke posisi Rp 515 per saham, dan saham TRIO tergelincir 13,42 persen ke posisi Rp 258 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,29 persen, indeks saham Shanghai mendaki 0,42 persen. Selain itu, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,82 persen, indeks saham Singapura melemah 0,72 persen dan indeks saham Taiwan terpangkas 0,54 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, pergerakan bursa saham Asia lebih cenderung bervariasi. Jadi penguatan IHSG lebih dipengaruhi oleh sentimen positif dari hasil data makro ekonomi dalam negeri antara lain data inflasi, purchasing manufactur index (PMI) manufaktur, dan data jumlah kunjungan wisatawan yang melebihi harapan pelaku pasar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya