Pasar Saham Asia Bergerak Variatif Menanti Vaksin Covid-19

Pasar saham di Asia-Pasifik bergerak variatif pada awal perdagangan Rabu, 18 November 2020.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Nov 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2020, 09:00 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham di Asia-Pasifik bergerak variatif pada awal perdagangan Rabu. Investor tetap berhati-hati karena kasus virus Corona terus melonjak meskipun ada harapan vaksin covid-19. Sementara itu, dolar AS terus merosot.

Dikutip dari CNBC, Rabu (18/11/2020), di Jepang, Nikkei 225 turun 0,82 persen. Sedangkan Topix turun hampir 1 persen.

Ekspor Jepang pada Oktober jauh lebih baik dari yang diharapkan meski turun 0,2 persen. Hal tersebut lebih baik dibandingkan dengan perkiraan penurunan 4,5 persen oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Ini mengikuti penurunan 4,9 persen pada bulan September.

Saham produsen mobil yang merupakan salah satu ekspor utama Jepang jatuh di pagi ini. Saham Mitsubishi Motor turun lebih dari 5 persen, sedangkan Honda turun 3,31 persen. Sementara Subaru turun 2,57 persen.

Saham SoftBank juga tergelincir 0,55 persen di pagi hari. CEO Perusahaan Masayoshi Son mengatakan pihaknya secara agresif menjual aset tahun ini untuk mempersiapkan skenario kasus terburuk di mana dunia akan 'mati' dalam gelombang kedua wabah virus corona.

Di Korea Selatan, Kospi naik tipis 0,15 persen. S&P/ASX 200 di Australia naik 0,51 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Wall Street Jatuh Usai Dow dan S&P 500 Cetak Rekor Penutupan Tertinggi

saham-wall-street-131104d.jpg
Wall Street

Sementara itu, Bursa saham AS jatuh pada perdagangan Selasa karena reli pasar mendingin di tengah penurunan tajam saham perusahaan farmasi dan data ekonomi yang mengecewakan.

Dikutip dari CNBC, Rabu (18/11/2020), Dow Jones Industrial Average turun 167,09 poin atau 0,6 persen dan ditutup pada 29.783,35. S&P 500 merosot 0,5 persen menjadi 3.609,53, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,2 persen menjadi 11.899,34.

Saham pemilik apotek CVS Health dan anggota Dow Walgreens Boots Alliance turun setelah Amazon meluncurkan bisnis apotek, yang memungkinkan pengiriman obat gratis untuk anggota Perdana. Saham Walgreens turun 9,6 persen dan CVS kehilangan 8,6 persen. Saham Amazon naik 0,2 persen.

Home Depot menambah penurunan, jatuh 2,5 persen meskipun pendapatan kuartal ketiga naik. Penjualannya juga melonjak sekitar 24 persen dibandingkan dengan tahun lalu karena pembelian barang rumah tangga terus berlanjut. Saham Walmart juga merosot 2 persen bahkan setelah membukukan hasil yang lebih baik dari perkiraan untuk kuartal sebelumnya.

Sentimen juga terpukul setelah data menunjukkan penjualan ritel meningkat kurang dari yang diharapkan pada bulan Oktober. Penjualan ritel naik 0,3 persen bulan lalu, dibandingkan kenaikan 0,5 persen seperti yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Saham Tesla melawan tren negatif pasar, melonjak 8,2 persen setelah Indeks S&P Dow Jones mengatakan pembuat mobil listrik itu akan bergabung dengan indeks S&P 500, efektif 21 Desember. Ini adalah langkah yang telah lama diantisipasi untuk lonjakan saham.

Pergerakan saham pada perdagangan Selasa terjadi setelah Dow dan S&P 500 mencatat rekor penutupan tertinggi.

"Wajar bagi pasar untuk beristirahat, dan bacaan yang sedikit mengecewakan di bagian depan penjualan ritel memfasilitasi hal itu," kata Chris Larkin, Direktur Pelaksana Produk Perdagangan dan investasi di E-Trade.

“Tanpa adanya pemeriksaan stimulus, ada sedikit ketidakpastian di sektor ini dalam jangka pendek," lanjutnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya