Bursa Saham Asia Dibuka Melemah karena Kegelisahan Investor Akan Virus Corona Baru

Perkembangan seputar pandemi virus Corona kemungkinan akan terus membebani sentimen investor di pasar saham.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Des 2020, 08:53 WIB
Diterbitkan 22 Des 2020, 08:05 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Asia Pasifik langsung turun pada pembukaan perdagangan Selasa. Pelemahan ini menyusul kegelisahan investor atas virus Corona baru di Inggris.

Mengutip CNBC, Selasa (22/12/2020), indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,42 di awal perdagangan. Sementara indeks Topix Jepang juga melemah 0,78 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi merosot 0,43 persen. Sedangkan di Australia, indeks S&P/ASX 200 anjlok 0,35 persen.

Sedangkan untuk indeks MSCI Asia Pasifik di Luar Jepang yang patokan bursa Asia diperdagangkan turun 0,12 persen.

Angka penjualan ritel Australia awakan diumumkan pada pukul 08.30 waktu Singapura. Menjelang rilis data tersebut, dolar Australia masih bergerak melemah.

Perkembangan seputar pandemi virus Corona kemungkinan akan terus membebani sentimen investor, menyusul penemuan virus Covid baru di Inggris yang telah mendorong penguncian yang lebih ketat dan pembatasan perjalanan di seluruh Eropa.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Wall Street Bergerak Campuran

Wall Street Tertekan Kena Imbas Krisis Yunani
Reaksi pasar negatif terhadap penyelesaian utang Yunani membuat indeks saham Dow Jones merosot 348,66 poin ke level 17.598.

Wall Street bergerak campuran pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Bursa saham di New York Amerika Serikat (AS) tersebut bergerak sangat volatil pada perdagangan senin karena adanya berbagai sentimen.

Ada dua sentimen besar yang mempengaruhi gerak bursa saham AS. Sentimen pertama adalah kesepakatan bantuan atau stimulus virus Corona. Kedua munculnya kekhawatiran akan adanya strain virus Covid baru di Inggris.

Mengutip CNBC, Selasa (22/12/2020), Indeks S&P 500 turun 0,4 persen atau 14,49 poin menjadi 3.694,91 setelah sempat anjlok 2 persen. Nasdaq turun 0,1 persen atau 13,12 poin menjadi 12.742,52.

Sedangkan Dow Jones Industrial Average mampu menghapus pelemahan 400 poin di awal perdagangan dan menambah keuntungan kecil didorong oleh kenaikan saham Nike dan sektor perbankan. Dow Jones naik 0,1 persen atau 37,40 poin menjadi 30.216,45.

Saham Nike naik hampir 5 persen dan mencapai rekor tertinggi didukung pendapatan yang kuat. Saham sektor perbankan juga melonjak dengan JPMorgan dan Goldman masing-masing naik 3,8 persen dan 6,1 persen, setelah Federal Reserve mengumumkan sangat memungkinkan untuk melanjutkan pembelian kembali saham pada kuartal I 2021.

Saham-saham terkait perjalanan pada awalnya turun tajam di tengah berita tentang jenis virus Corona baru yang menular di Inggris. Virus ini memicu penguncian yang lebih parah dan pembatasan perjalanan di seluruh Eropa.

Namun, beberapa orang percaya kekhawatiran atas varian virus baru itu dibesar-besarkan.

"Strain Inggris tampaknya tidak bermutasi sedemikian rupa sehingga mereka lolos dari vaksin atau kekebalan sebelumnya. Kami tidak berpikir bahwa itu masalahnya," jelas Dr. Scott Gottlieb kepada CNBC.

“Tapi memang yang disarankan vaksin ini mungkin akan mengembangkan protein sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan dikenali oleh antibodi yang kita miliki sekarang. Jadi kita harus memperbarui vaksin.” tambah dia.

Gottlieb mengatakan virus Covid tampaknya tidak bermutasi secepat flu musiman dan memperkirakan bahwa vaksin perlu diperbarui setiap tiga tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya