Sebagian Bursa Saham di Asia Masih Libur, Indeks Nikkei Jepang Menguat

Pada Senin, 5 April 2021, sejumlah bursa saham di Asia masih libur Paskah seperti di Australia, serta libur nasional di China daratan dan Hong Kong.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Apr 2021, 08:28 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2021, 08:22 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia sebagian menguat yang didukung kenaikan indeks saham Jepang dan Korea Selatan pada perdagangan saham Senin, (5/4/2021).

Di Jepang, indeks saham Nikkei 225 naik 0,78 persen. Indeks saham Topix menanjak 0,35 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat terbatas.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang sedikit berubah. Pada Senin, 5 April 2021, sejumlah bursa saham di Asia masih libur Paskah seperti di Australia, serta libur nasional di China daratan dan Hong Kong.

Pada data ekonomi, Departemen Tenaga Kerja melaporkan data tenaga kerja naik menjadi 916.000 pada Maret 2021. Angka ini naik dari harapan ekonom sebesar 675.000.

Tingkat pengangguran turun menjadi 6 persen. Hal ini seperti harapan ekonom yang disurvei Dow Jones. Indeks dolar AS berada di posisi 92,98. Angka ini di bawah level bulan lalu di kisaran 93,3.

Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 110,67 per dolar AS.  Harga minyak melemah di Asia. Harga minyak Brent turun 0,39 persen ke posisi USD 64,61 per barel. Harga minyak AS berada di posisi USD 61,20 per barel.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Produsen Mobil Listrik BYD Terpukul Harga Baterai

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, perusahaan mobil listrik China, BYD, merasakan dampak dari kenaikan biaya bahan bakar baterai. Perusahaan yang didukung miliarder AS Warren Buffett itu mengumumkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham pada kuartal pertama akan berkisar antara 200 juta yuan (USD 30,4 juta) dan 300 juta yuan.

"Dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan baku hulu, keuntungan bisnis mobil belum meningkat," kata BYD seperti dikutip dari CNN, Senin (5/4/2021).

Di tengah berkembangnya pasar mobil listrik, permintaan baterai sebagai bahan bakarnya pun turut meningkat. Analis Goldman Sachs mengatakan, lonjakan harga bahan baku tersebut mendorong harga baterai naik sekitar 18 persen.

Sementara, Analis Credit Suisse mengatakan capaian BYD ini jauh dari apa yang diperkirakan analis sebelumnya. Mereka menurunkan target harga pada saham BYD yang terdaftar di Hong Kong menjadi HK$ 280, turun dari sebelumnya HK$ 310.

BYD melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar 4,23 miliar yuan pada 2020.

Ditopang dari penjualan automobil dan produk terkait yang tumbuh 53 persen tahun lalu dari 49 persen pada 2019. Sedangkan dari kontribusi penjualan baterai tetap sama sekitar 8 persen. Pangsa pendapatan dari luar China naik menjadi 39 persen dari 16 persen pada tahun sebelumnya.

Di sisi lain, model baru kendaraan listrik yang berkembang di pasar membantu meningkatkan keuntungan tersebut. Analis Nomura mengatakan, biaya bahan baku yang lebih tinggi telah mempengaruhi pertumbuhan laba jangka pendek. Dengan begitu, Nomura mempertahankan target harga pada BYD HK$ 300.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya