Wall Street Semringah, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Sentuh Rekor Tertinggi

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menyentuh rekor tertinggi dengan naik 0,6 persen menjadi 4.266,49.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Jun 2021, 05:51 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2021, 05:50 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak ke posisi tertinggi dengan indeks Nasdaq dan S&P 500 sentuh rekor pada perdagangan Kamis, 24 Juni 2021. Wall street melambung setelah Presiden AS Joe Biden menyatakan memperoleh kesepakatan terkait infrastruktur dengan senator grup bipartisan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menyentuh rekor tertinggi dengan naik 0,6 persen menjadi 4.266,49. Indeks Dow Jones melompat 322,58 poin atau 1 persen menjadi 34.196,82. Indeks Nasdaq menguat 0,7 persen menjadi 14.369,71.

Kesepakatan infrastruktur diharapkan mencakup lebih dari USD 500 miliar dalam pengeluaran baru yang ditetapkan oleh Kongres, jauh lebih sedikit dari pada yang diusulkan pertama kali oleh Partai Demokrat. Partai Republik telah menentang usulan presiden untuk menaikkan tarif pajak perusahaan menjadi 28 persen dari 21 persen.

Sejumlah saham naik ke level tertinggi baru. Sektor jasa keuangan, energi dan komunikasi merupakan sektor dengan kinerja terbaik pada Kamis. Saham Tesla naik 3,5 persen, dan Caterpillar melonjak 2,6 persen.

Indeks Dow Jones alami pekan terburuk sejak Oktober dengan susut 3,5 persen pada pekan lalu setelah the Federal Reserve meningkatkan harapan kenaikan inflasi dan suku bunga setelah 2023.

Saham yang berkaitan dengan kembalinya pemulihan ekonomi memimpin kerugian karena pertumbuhan yang lebih lambat di tengah kebijakan bank sentral yang hawkish. Indeks S&P 500 turun 1,9 persen pekan lalu.

Pada kesaksian di kongres, Ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell menegaskan kembali tekanan inflasi hanya bersifat sementara yang tampaknya menenangkan kegelisahan pasar di wall street.

"Dengan pasar mencapai level tertinggi baru minggu ini, investor dapat menerima fakta the Fed pasti akan menaikkan suku bunga,” ujar Direktur E-Trade, Mike Loewengart dilansir dari CNBC, Jumat (25/6/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Data Klaim Pengangguran

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain data klaim pengangguran mencapai 411.000 pada pekan yang berakhir 19 Juni 2021, lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei Dow Jones sebanyak 380.000.

“Pekerjaan yang terbaca adalah titik bukti lain ekonomi akan hidup kembali, meski pun mungkin dengan cara yang sedikit lebih bergelombang dari pada yang diantisipasi oleh beberapa orang pada tahap ini,” ujar dia.

Saham bank naik menjelang hasil stress test bank tahunan the Federal Reserve yang dijadwalkan untuk dirlis setelah perdagangan Kamis, 24 Juni 2021. Tes tersebut menguji bagaiaman bank beroperasi selama berbagai hipotetis kemerosotan ekonomi.

Bank terpakasa membekukan dividen dan menghentikan pembelian kembali selama pandemi COVID-19. Hasil ini seharusnya memberi mereka lampu hijau untuk akhirnya meningkatkan pembayaran. Saham Goldman Sachs naik 2,1 persen, dan JP Morgan hampir menguat 1 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya