Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk (Bukalapak) resmi mengumumkan pelaksanaan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Penawaran umum ditargetkan dapat dilaksanakan pada 28 Juli - 30 Juli 2021 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BUKA dijadwalkan pada 6 Agustus 2021.
Bukalapak akan melepas sebanyak-banyaknya 25.765.504.851 lembar saham dengan nilai nominal Rp 50.
Baca Juga
Jumlah saham yang ditawarkan itu sebanyak-banyaknya sebesar 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Harga penawaran IPO Rp 750-Rp 850. Perseroan diperkirakan meraup dana sebanyak-banyaknya Rp 21,90 triliun.
Advertisement
Berikut Liputan6.com telah merangkum hal terkait IPO Bukalapak ditulis Sabtu (10/7/2021):
1. Jadi Tonggak Sejarah
Perusahaan All-Commerce ini akan menjadi unicorn Indonesia yang pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Presiden Direktur Bukalapak, Muhammad Rachmat Kaimuddin mengatakan, IPO Bukalapak merupakan sebuah tonggak sejarah bagi industri teknologi dan pasar modal di Indonesia.
“Untuk pertama kalinya perusahaan startup unicorn akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
2. Alokasi dana IPO
Bukalapak berencana mengalokasikan sekitar 66 persen untuk modal kerja. Sedangkan sisanya untuk modal kerja entitas anak. Rincian modal kerja entitas anak itu antara lain sekitar 15 persen dialokasikan kepada PT Buka Mitra Indonesia (BMI), sekitar 15 persen dialokasikan kepada PT Buka Usaha Indonesia.
Selanjutnya satu persen dialokasikan kepada PT Buka Investasi Bersama, sekitar satu persen kepada PT Buka Pengadaan Indonesia, satu persen untuk Bukalapak Pte Ltd, dan satu persen untuk PT Five Jack (Five Jack Indonesia).
Advertisement
3. Kapitalisasi Pasar Diperkirakan Tembus Rp 88 Triliun
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menilai, kisaran harga yang ditawarkan dalam IPO Bukalapak ini tergolong murah. Merujuk pada perhitungan rasio PBV (Price to Book Value) yang berada di bawah rata-rata industrinya.
"Kalau dilihat dari segi rasio PBVnya berada di 3,7 kali - 4,2 kali. Tapi jika dibandingkan rata-rata industrinya masih di bawah AVG industri di 8,6 kali, tergolong murah,” kata dia.
Sukarno memperkirakan, kapitalisasi pasar Bukalapak berpotensi mencapai Rp 88 triliun. "Potensi market cap berada di Rp 77 triliun sampai dengan Rp 88 triliun," ia menambahkan.
4. Pemegang Saham Bukalapak Didominasi Investor Dalam Negeri
Rachmat mengungkapkan, mayoritas saham Perseroan masih dimiliki oleh investor dalam negeri. "Sampai hari ini mayoritas atau atau lebih dari 50 persen saham Bukalapak masih dimiliki oleh pemegang saham dari Indonesia,” kata dia.
Ia menjabarkan, pemegang saham Bukalapak merupakan perusahaan teknologi terkemuka di Indonesia dan dunia antara lain Emtek, Ant FInancial, Naver dan Microsoft.
Selain itu, Bukalapak juga mendapatkan kepercayaan dari beberapa perusahaan investasi dan keuangan terbaik, baik lokal, regional maupun global. Seperti GIC, Mirae Asset, Shinhan Bank, Standart Standart Chartered, BRI Ventures, dan Mandiri Capital.
Advertisement
5. Roadshow IPO Bukalapak ke Luar Negeri Dilakukan Secara Daring
Menimbang situasi pandemi yang masih berlangsung, Rachmat mengatakan roadshow IPO ke investor luar negeri akan dilakukan secara daring. Adapun roadshow dimulai tepat setelah Perusahaan melakukan paparan publik pada Jumat, 9 Juli 2021.
"Tentunya akan bertemu investor dari luar negeri tapi dilakukan secara virtual. Jadi tidak seperti biasanya. Dengan kondisi pandemi ini kita lakukan secara virtual,” imbuh Rachmat. Perseroan pun telah menunjuk UBS AG Singapore Branch dan Merrill Lynch (Singapore) Pte Ltd untuk bertindak sebagai joint global coordinator dan joint bookrunners untuk memasarkan IPO kepada investor internasional.
6. Strategi Bukalapak Setelah IPO
Setelah IPO, Rachmat Kaimuddin mengatakan pihaknya akan melanjutkan strategis bisnis untuk Bukalapak dan Mitra Bukalapak. Seperti menambah produk, layanan, mitra, dan fitur-fitur jadi bisa mendapatkan akses modal yang baik. Bisnis model yang baik dan membantu masyarakat untuk bisa belanja lebih baik lagi.
Selain itu, dengan dana IPO digunakan untuk modal kerja perseroan yang dapat mendukung rencana strategis bisnis ke depan. "Jadi IPO ini bisa menambah modal kerja dan menjalankan semua strategi yang sudah direncanakan dengan lebih cepat,” kata dia.
Direktur PT Bukalapak.com Tbk Teddy Oetomo menuturkan, Mitra Bukalapak akan menjadi salah satu kontribusi pendapatan yang positif ke depan. Selain itu, kinerja perseroan akan didukung inovasi yang dilakukan untuk membantu Mitra Bukalapak.
"Mitra Bukalapak ke depan diprediksi akan semakin berkembang sehingga bisa masuk dalam bagian Bukalapak karena kita melihat perkembangannya sangat fantastis. Di sisi lain melalui inovasi yang dilakukan karena kita memiliki banyak platform yang membantu Mitra sehingga nanti bisa menjadi pendapatan di situ,” ujar dia.
Advertisement
7. Bukalapak Tekan Kerugian pada 2020
Pada 2020, total processing value (TPV) Bukalapak mencapai Rp 85 triliun. Hingga 31 Desember 2020, jumlah pengguna yang terdaftar sebanyak 104,9 juta. Adapun dari TPV tersebut, sekitar 70 persen transaksi berasal dari kota-kota di luar wilayah tier 1. Hal ini tak lepas dari fokus Bukalapak dalam pemerataan ekonomi nasional. Bukalapak pun bertumbuh dengan performa finansial yang terus meningkat, strategi bisnis yang efektif, dan didukung oleh potensi pasar yang besar.
Dari 2018 hingga 2020, rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 115 persen. Pada 2020, Bukalapak memperbaiki posisi Ebitda, dari minus Rp 2,69 triliun jadi minus 1,67 triliun.
Merujuk laporan keuangan, Bukalapak terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan. Dalam laporan tersebut, tercatat pendapatan bersih perseroan pada 2018 sebesar Rp 291,91 miliar. Kemudian meningkat pada tahun berikutnya menjadi Rp 1,08 triliun. Hingga pada akhir Desember 2020 tercatat sebesar Rp 1,35 triliun. Pendapatan pada tahun buku 2020 paling banyak berasal dari marketplace sebesar Rp 1,03 triliun.
Dari raihan itu, memang Bukalapak masih mencatatkan kerugian. Namun, seiring dengan kenaikan pendapatan, kerugian tersebut dapat ditekan. Dari semula Rp 2,8 triliun pada 2019, menjadi Rp 1,35 triliun pada 2020.
8. Bermula dengan Modal Rp 80 Ribu
Dengan modal minim, hanya Rp 80 ribu, Presiden Direktur Bukalapak, Muhammad Rachmat Kaimuddin mengatakan, pendiri Bukalapak bermimpi untuk berdayakan UMKM lewat teknologi.
"Dengan mimpi yang besar, dimulai kos-kosan dan modal dari Rp 80 ribu tapi punya tujuan besar memajukan UMKM. Kami mimpi setiap orang punya akses jual beli yang adil dan merata. Kami ingin bantu terciptanya ‘a fair economy for all’,” kenang Rachmat.
Namun begitu, Rachmat menyadari masalah yang dihadapi UMKM Indonesia itu sangatlah kompleks dan beragam. Banyak UMKM yang sulit untuk berkembang karena tidak memiliki akses terhadap permodalan dan layanan jasa keuangan.
Selain itu, terdapat kendala logistik dan infrastruktur yang sering dihadapi oleh UMKM, terutama di luar kota-kota besar yang membuat akses terhadap pasar pelanggan dan supply tidak merata.
UMKM juga masih banyak yang belum tersentuh teknologi dan sistem manajemen yang modern sehingga masih harus menjalankan usahanya secara tradisional. Hal ini yang mendorong Bukalapak untuk turut memberdayakan UMKM lewat teknologi untuk pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia.
Advertisement