Apple Minggir Dulu, Microsoft Kini Jadi Perusahaan Paling Berharga di Dunia

Microsoft terakhir melampaui Apple dalam kapitalisasi pasar pada 2020 ketika pandemi Covid-19 melumpuhkan rantai pasokan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Okt 2021, 20:17 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2021, 20:17 WIB
Tiba di Jakarta, Ini Pesan Bos Microsoft Buat Developer Indonesia
Satya Nadella, CEO Microsoft (Liputan6.com/ Jeko Iqbal Reza)

Liputan6.com, Jakarta - Microsoft menjadi perusahaan publik paling berharga di dunia, menggeser Apple. Hal itu menyusul kinerja Apple yang meleset dari ekspektasi.

Nilai pasar Apple tercatat sekitar USD 2,46 triliun atau sekitar Rp 35.002,23 triliun (kurs Rp 14.228 per USD) saat penutupan perdagangan Jumat, 29 Oktober 2021.

Sementara Microsoft mencapai hampir USD 2,49 triliun atau sekitar Rp 35.429,09 triliun. Sebagai akibat dari kendala rantai pasokan, pendapatan fiskal kuartal keempat Apple meleset dari ekspektasi Wall Street.

Meskipun CEO Apple Tim Cook memperkirakan kekurangan pendapatan USD 6 miliar, perusahaan memperkirakan masalah rantai pasokan yang lebih buruk pada kuartal IV tahun ini. Meskipun ada peningkatan 47 persen yoy dalam penjualan iPhone, angka itu jauh dari ekspektasi analis.

Dilansir dari Yahoo Finance, Sabtu (30/10/2021), perusahaan hanya mencatatkan penjualan iPhone 13 selama kuartal IV. Pada Selasa sore, Microsoft juga mengakui kendala pasokan.

Namun, perusahaan memperkirakan terjadi peningkatan untuk produk komputer pribadi yang dengan mudah melebihi harapan. Chief Financial Officer Microsoft, Amy Hood menggambarkan kuartal II sebagai periode permintaan yang kuat yang akan dibatasi oleh pasokan.

Meski demikian, ia menyatakan pasar masih terus berkembang. Pendapatan di kuartal fiskal pertama Microsoft tumbuh 22 persen yoy, melampaui ekspektasi analis. Perusahaan pertama yang mencapai kapitalisasi pasar USD 1 triliun dan USD 2 triliun adalah Apple.

Tahun lalu, Apple melampaui Saudi Aramco sebagai perusahaan publik paling berharga di dunia. Microsoft terakhir melampaui Apple dalam kapitalisasi pasar pada 2020 ketika pandemi Covid-19 melumpuhkan rantai pasokan.

Namun, pembaruan besar untuk Windows dalam lebih dari lima tahun menyebabkannya Microsoft di atas kapitalisasi pasar USD 2 triliun untuk pertama kalinya.

Pada 2021, saham Microsoft telah meningkat hampir 48 persen, sementara saham Apple telah meningkat hampir 13 persen.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Wall Street Menguat Cetak Rekor Berkat Saham Microsoft

Wah, Microsoft Bakal Bangun Apartemen dan Ruang Ritel
Agar lebih terbuka, Microsoft akan segera merombak kantor pusatnya yang berlokasi di Redmond, Washington.

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Jumat, 29 Oktober 2021. Investor melihat hasil mengecewakan dari kinerja keuangan perusahaan-perusahaan besar.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 ditutup ke posisi 4.605,38. Indeks Dow Jones bertambah 89,08 poin atau 0,25 persen menjadi 35.819,56. Indeks Nasdaq menguat 0,33 persen menjadi 15.498,39.

Tiga indeks acuan menguat hingga sentuh rekor tertinggi. Indeks S&P 500 dan Nasdaq meraih bulan terbaik sejak November 2020.

Kinerja positif ini datang meski laporan kuartal III lemeah dari dua perusahaan berkapitalisasi besar.  Saham Amazon turun 2,1 persen setelah raksasa e-commerce membukukan pendapatan belum sesuai harapan.

Saham Apple turun 1,8 persen setelah pendapatan kuartalan raksasa teknologi itu jauh dari harapan di tengah kendala pasokan lebih besar dari perkiraan pada iPhone, iPad dan Mac. Ini adalah pertama kalinya pendapatan Apple meleset dari perkiraan wall street sejak Mei 2017.

Namun, saham Microsoft naik 2,2 persen untuk melampaui Apple sebagai perusahaan tercatat terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Saham Nike dan Intel juga mencatat kinerja solid untuk dongkrak indeks Dow Jones.

Gerak Saham di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Terlepas dari hasil mengecewakan perusahaan kapitalisasi besar atau big tech, pasar saham telah mencatat rekor di tengah pendapatan yang solid bahkan dengan kekhawatiran rantai pasokan global.

Sekitar setengah dari S&P 500 telah melaporkan hasil kuartalan dan lebih dari 80 persen mengalahkan perkiraan laba dari analis wall street. Perusahaan S&P 500 diharapkan dapat meningkatkan laba sebesar 38,6 persen year over year (yoy).

"Sejauh ini, saya pikir adil untuk mengatakan perusahaan telah berhasil menavigasi tantangan ini secara efektif, tentu saja mendapat keuntungan dari permintaan yang kuat,” ujar Investment Strategist Edward Jones, Angelo Kourkafas dilansir dari CNBC, Sabtu, 30 Oktober 2021.

Ia menambahkan, tekanan biaya ini akan muncul sebagai pendapatan yang berkurang dan margin keuntungan berpotensi lebih rendah.

“Tetapi saya pikir sejauh ini, dengan sekitar setengah dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan penilaian awal adalah profitabilitas tetap cukup tangguh karena permintaan yang kuat dan kekuatan harga,’ kata dia.

Saham Exxon Mobil dan Chevron naik pada Jumat pekan ini setelah raksasa energi itu melampaui harapan pendapatan. Sementara itu, Starbucks berada di bawah tekanan setelah pendapatan dari Chine meleset dari harapan.

 

 

Kesepakatan di Washington

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Di sisi lain, rata-rata indeks acuan membukukan kinerja positif pada pekan keempat dan berakhir dengan lebih tinggi pada Oktober 2021. Indeks Nasdaq naik 7,2 persen pada Oktober 2021.

Sedangkan indeks S&P 500 menguat 6,9 persen. Indeks Dow Jones bertambah 5,8 persen, dan catat kinerja terbaik sejak Maret.  Indeks acuan membukukan kinerja positif sepanjang Oktober dan menandai pembalikan arah dari September yang sebelumnya indeks utama turun.

Sentimen pasar juga terbantu oleh perkembangan di Washington. Pada Kamis pekan ini, Presiden AS Joe Biden mengumumkan kerangka kerja untuk kesepakatan pengeluaran sosial senilai USD 1,75 triliun.

Kesepakatan itu diharapkan mempermudah pengesahan RUU pengeluaran infrastruktur yang saat ini terhenti di Capitol Hill.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya