Liputan6.com, Jakarta - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mencatat pertumbuhan pendapatan 4,1 persen menjadi USD 286,80 juta atau setara Rp 4,08 triliun (asumsi kurs Rp 14.256 per dolar AS) hingga kuartal III 2021. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan raup pendapatan USD 275,35 juta atau setara Rp 3,92 triliun.
Direktur PT TBS Energi Utama Tbk, Alvin Firman Sunanda menuturkan, setelah pandemi COVID-19, pemulihan ekonomi global terjadi secara global dan Indonesia.
Ekonomi Indonesia mulai pulih, indeks manufaktur yang kuat, dan perkiraan produk domestik bruto (PDB) yang sehat. Dengan permintaan tinggi tersebut, permintaan batu bara meningkat. Ini berdampak terhadap harga batu bara mencapai USD 254 per ton.
Advertisement
Baca Juga
"Sentimen positif meningkatkan permintaan kuat berkelanjutan di sektor tambang dan listrik,” ujar dia saat paparan publik TBS Energi Utama secara virtual, Rabu (17/1/2021).
PT TBS Energi Utama Tbk pun mencetak pendapatan USD 286,80 juta hingga kuartal III 2021. Realisasi pendapatan itu naik 4,1 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 275,35 juta.
Dalam materi paparan publik disebutkan Perseroan mencatat pertumbuhan signifikan di perdagangan batu bara dari USD 14 juta hingga kuartal III 2020 menjadi USD 106 juta hingga kuartal III 2021.
Sementara itu, pertambangan batu bara turun dari USD 145 juta menjadi USD 124 juta hingga kuartal III 2021. Kontribusi ketenagalistrikan menjadi USD 53 juta hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 113 juta.
Perseroan menyatakan, pendapatan dari pembangkit listrik menurun karena pengakuan pendapatan lebih rendah dari proyek pembangkit listrik Sulbagut-1 dan Sulut 3.
"Pendapatan tersebut terutama disumbangkan dari pertambangan batu bara sebesar USD 124 juta, perdagangan batu bara USD 106 juta, dan ketenagalistrikan sebesar USD 53 juta," ujar dia.
Selain itu, laba kotor turun 7,3 persen menjadi USD 43 juta hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 46,4 juta. Perseroan mencatat kenaikan laba operasi sebesar 5,5 persen menjadi USD 69,3 hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 65,7 juta.
EBITDA perseroan turun 4,6 persen menjadi USD 41,9 juta hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 43,9 juta. EBITDA adjusted naik 5 persen menajdi USD 75 juta hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 71,4 juta.
Perseroan mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi USD 34,17 juta atau Rp 486,86 miliar hingga September 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 29,51 juta atau Rp 420,49 miliar.
"Seiring dengan meningkatnya harga global batu bara cukup cover penurunan dari pendapatan pembangkit listrik disebabkan proyek Sulbagut-1 dan Sulut 3 sudah dalam tahap penyelesaian proyek,” ujar dia.
Sementara itu, total ekuitas tercatat USD 320,87 juta hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar USD 290,91 juta. Sementara itu, total liabilitas turun menjadi USD 475,50 juta hingga September 2021 dari periode Desember 2020 sebesar USD 480,95 juta.
Total aset naik menjadi USD 796,37 juta hingga September 2021 dari periode Desember 2020 sebesar USD 771,87 juta. Perseroan kantongi kas dan setara kas USD 61,98 juta hingga September 2021.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Realisasi Belanja Modal
Ia menambahkan, perseroan sudah merealisasikan belanja modal USD 36,1 juta atau sekitar Rp 514,39 miliar hingga akhir September 2021. Belanja modal itu sudah mencakup porsi proyek ketenagan listrikan di proyek Sulbagut-1 dan Sulut-3.
Untuk segmen pertambangan batu bara, Perseroan mencatat pemulihan harga jual rata-rata (ASP) dari USD 54,1 per ton hingga kuartal III 2020 menjadi USD 56,8 per ton. Total pendapatan dari pertambangan batu bara USD 154,4 juta hingga September 2021. Realisasi ini dibandingkan 2020 sebesar USD 175,4 juta. V
"Volume produksi 2,2 juta ton. Target sejak awal 2,5-3,5 juta ton untuk batu bara," kata dia.
Alvin menuturkan, melihat hasil produksu batu bara dipasarkan seperti ke Tiongkok 52 persen, Hong Kong 26 persen, India 7 persen, Bangladesh 3 persen. Tiongkok, Hong Kong dan India menyumbang 85 persen dari penjualan.
Untuk komposisi traders dan end-user tercatat untuk traders meningkat menjadi 67 persen hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya 59 persen. Sementara itu, end-users turun menjadi 33 persen dari periode sama tahun sebelumnya 41 persen.
Advertisement