Pernyataan CEO Moderna Picu Bursa Saham Global Rontok

CEO produsen obat Moderna Stephane Bancel memperkirakan kinerja vaksin kurang efektif dalam menahan gempuran varian terbaru COVID-19 Omicron.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Nov 2021, 16:16 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2021, 16:16 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - World Health Organization (WHO) peringatkan varian baru COVID-19 omicron sangat mudah menular sehingga waspada lonjakan infeksi kasus COVID-19, ini menjadi alarm global.

Chief Executive Officer (CEO) produsen obat Moderna Stephane Bancel memperkirakan kinerja vaksin kurang efektif dalam menahan gempuran varian terbaru COVID-19 Omicron jika dibandingkan ketahanan terhadap model virus sebelumnya.

Pernyataan Bancel menyebabkan aksi jual di pasar saham dan mendorong harga minyak semakin rendah. Dia pun mewanti-wanti akan memakan waktu berbulan-bulan sampai perusahaan farmasi dapat memproduksi vaksin yang dapat mempunyai ketahanan tinggi dengan skala besar.

"Ini omicron pertama muncul di dunia, saya pikir efektivitas masih berada di level yang sama di mana hanya mampu melawan Delta," ujar Stephane Bancel, dilansir dari laman Mint, Selasa (30/11/2021).

Dia menambahkan itu akan menjadi penurunan materi. Dia pun tidak tahu pasti berapa lama keberadaan varian baru itu. Lantaran harus menunggu data terlebih dahulu. Semua pakar dan ilmuwan yang Bancel ajak berdiskusi berpendapat omicron “tidak baik”.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bursa Saham Global Melemah

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Di India, mengikuti tekanan di pasar lain. Indeks Sensex bergerak ke zona merah usai naik lebih dari 900 poin. Indeks acuan Nikkei 225 Jepang, bergerak mengalami kerugian mengikuti laporan FT. Saham S&P 500 berjangka pun menghapus kenaikan pada awal perdagangan.

CEO Moderna mengungkapkan tingginya jumlah mutasi omicron menghasilkan protein dalam tubuh virus melonjak.

Inilah yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia sehingga penyebaran varian cepat terjadi di Afrika Selatan. Kondisi ini menginidikasikan vaksin saat ini mungkin perlu dimodifikasi tahun depan.

Bancel memberikan tanggapan terkait semakin banyak negara yang memberlakukan pembatasan perjalanan demi membatasi penyebaran varian terbaru COVID-19.

Tindakan diambil atas dasar informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin, 29 November 2021 dengan model omicron membawa risiko lonjakan infeksi yang sangat tinggi.

Harga Minyak Lesu

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Harga minyak pun ikut melemah akibat sentimen berita tersebut. Minyak mentah berjangka Brent menyusut 2,5 persen atau USD 1,82 harga per barel menjadi USD 71,62 per barel.

Harga minyak telah jatuh setidaknya 12 persen pada Jumat, 26 November 2021. Bersamaan melemahnya pasar lain atas kekhawatiran omicron yang bermutasi dengan cepat memicu penguncian baru dan menghambat pertumbuhan global. Otomatis berpotensi mengurangi permintaan minyak sehingga alami kerugian.

Pada Senin, 29 November 2021, WHO mengungkap Omicron memicu risiko lonjakan infeksi yang sangat tinggi. Beberapa negara lantas meningkatkan pembatasan perjalanan warganya. Masih belum jelas seberapa parah varian baru itu dan apakah vaksin yang ada mampu melawan varian baru tersebut.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya