Liputan6.com, Jakarta - Minat masyarakat global akan keinginan membeli pakaian dan sepatu Nike masih tinggi, sayangnya masalah rantai pasokan jadi tantangan utama perusahaan untuk memenuhi permintaan itu selama hampir dua tahun sejak awal pandemi COVID-19.
Penjualan Nike meningkat hanya 1 persen menjadi USD 11,4 miliar setara Rp 162,3 triliun (estimasi kurs Rp 14.245 per dolar AS) per 30 November 2021. Pada penutupan perdagangan pada Senin, 20 Desember 2021, raksasa alas kaki AS melaporkan angka itu lebih baik dari perkiraan analis bahkan ketika penjualan turun tajam di beberapa pasar.
Baca Juga
Pendapatan dari Greater China anjlok hampir seperempat dengan total penjualan sepatu kets turun 50 persen. Pada hari yang sama direktur Nike juga menyampaikan kepada analis dengan pendapatan perusahaan menurun di Asia Pasifik dan Amerika Latin.
Advertisement
Salah satu biang keladinya adalah penutupan pabrik di Vietnam imbas COVID-19. Nike terpaksa membatalkan produksi 130 juta item. Faktor lainnya yakni penutupan toko di China otomatis menghambat penjualan.
"Gangguan pasokan produk dari pabrik di Vietnam benar-benar mengganggu hasil kuartal ini khususnya di China. Kami juga harus menavigasi melalui langkah-langkah lokal yang diterapkan untuk mengurangi penyebaran COVID-19 di lingkungan pabrik. Jelas dua pendorong terbesar yang mempengaruhi kinerja kami pada kuartal ini," ungkap Chief Financial Officer Nike Matthew Friend, dilansir dari laman CNN, ditulis Sabtu (25/12/2021).
Nike (NKE) bukan satu-satunya perusahaan yang mengalami dampak negatif dari masalah rantai pasokan global. Industri otomotif pun terbatas dalam memproduksi mobil akibat kurangnya chip komputer. Belum lagi penundaan pengiriman menjadi masalah lainya yang harus industri lain hadapi.
Jajaran petinggi Nike yakin fase rantai pasokan perusahaan yang terburuk telah usai. Pabrik Nike di Vietnam telah beroperasi kembali dan produksinya meningkat.
"Dibandingkan dengan posisi kami 90 hari yang lalu, kami semakin yakin pasokan inventaris (bahan baku)Â kembali normal. Perusahaan optimis akan mampu memenuhi permintaan luar biasa dari para konsumen di seluruh pasar," tambah Friend.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Nike Siap Hadapi Omicron
Sayangnya, optimisme Nike masih dibayang-bayangi oleh satu risiko yaitu omicron. Varian virus corona yang menyebar cepat praktis melumpuhkan ekonomi utama di seluruh dunia. Sekaligus memaksa pemerintah setiap negara memberlakukan pembatasan baru. Sekarang, omicron menjadi jenis yang dominan di Amerika Serikat, terhitung lebih dari 73 persen dari kasus baru, menurut CDC.
Friend menyampaikan mengakui ekosistem pasar memang tidak pasti dan tidak stabil. Tetapi Nike lebih siap untuk menghadapi potensi gangguan pada operasinya.
"Saya pikir kami berada di posisi yang lebih baik daripada sebelumnya. Perusahaan membutuhkan dua tahun lebih untuk menavigasi melalui tantangan dan kompleksitas volatilitas yang berkaitan dengan pandemi. Kami pun akan terus mengawasinya perkembangan omicron dengan cermat," kata Friend. (Ayesha Puri)
Advertisement