Bursa Saham Asia Tergelincir Setelah Harga Minyak Melonjak

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis, 24 Maret 2022 setelah harga minyak kembali naik. Hal ini ikuti wall street.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 24 Mar 2022, 09:12 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2022, 09:12 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham di Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan Kamis pagi, (24/3/2022). Hal itu terjadi usai harga minyak melonjak sekitar 5 persen.

Indeks Nikkei 225 turun 1,23 persen di awal perdagangan, mengurangi sebagian dari lonjakan 3 persen pada perdagangan Rabu, 23 Maret 2022. Kemudian, indeks Topix turun 1,02 persen. Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,73 persen.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 0,18 persen pada perdagangan Rabu pagi. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,21 persen lebih rendah.

Melansir CNBC, Rabu pekan ini investor memantau pergerakan harga minyak setelah harga naik pada Rabu. Sementara itu, saat jam perdagangan Asia pada Kamis pagi, harga patokan internasional minyak mentah berjangka Brent naik 0,2 persen menjadi USD 121,84 per barel, masih jauh lebih tinggi dari level di bawah USD 112 yang terlihat di awal minggu.

Harga minyak mentah berjangka AS turun 0,08 persen menjadi USD 114,84 per barel.  Harga minyak telah bergejolak selama berminggu-minggu sejak invasi Rusia ke Ukraina karena investor menilai dampak perang terhadap pasokan minyak bersama dengan kekhawatiran lain seperti wabah COVID di China.

Saham Tencent yang terdaftar di Hong Kong juga akan diawasi oleh investor setelah perusahaan pada Rabu mencatat pertumbuhan pendapatan paling lambat dalam catatan. Tencent juga mengatakan sedang menjajaki perusahaan induk keuangan untuk WeChat Pay jika diminta oleh regulator China.

Indeks dolar Amerika Serikat berada di 98,641, masih di atas level 98,4 yang di bawah awal pekan ini. Sedangkan, Yen Jepang diperdagangkan pada 121,16 per dolar, lebih lemah dibandingkan dengan level di bawah 119,7 yang terlihat terhadap greenback di awal minggu. Dolar Australia berpindah tangan pada 0,7501, setelah naik dari bawah 0,74 awal pekan ini.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Wall Street Lesu Imbas Lonjakan Harga Minyak

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 23 Maret 2022. Hal ini seiring kenaikan harga minyak memicu ketakutan inflasi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 448,96 poin atau 1,3 persen menjadi 34.358,50. Indeks S&P 500 tergelincir 1,2 persen menjadi 4.456,24. Indeks Nasdaq susut 1,3 persen menjadi 13.922,60.

Traders mencerna berita terbaru tentang perang Ukraina-Rusia. Presiden Ukraina Volodymr Zelenskyy menyerukan lebih banyak tekanan pada Rusia dari negara lain karena konflik tampaknya memasuki jalan buntu.

Harga minyak menguat dengan harga minyak acuan West Texas Intermediate (WTI) naik sekitar 5 persen menjadi hampir USD 115 per barel. Harga minyak Brent naik lebih dari 5 persen menjadi USD 121 per barel.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melampaui 2,41 persen pada sesi perdagangan Rabu pekan ini. Posisi yang tidak terlihat sejak Mei 2019. Suku bunga acuan telah melonjak sejak awal pekan, ketika ketua the Federal Reserve Jerome Powell berjanji untuk agresif terhadap inflasi. The Fed pekan lalu menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018.

“Pasar masih berusaha menemukan pijakannya,” ujar Chief Investment Officer Cresset Capital, Jack Ablin dilansir dari CNBC, Kamis (24/3/2022).

Ia menambahkan, sangat sulit untuk mencoba mengukur bagaimana suku bunga lebih tinggi akan berdampak pada inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan. “Dan kemudian Anda menambahkan perang yang membatasi minyak,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya