Perhatikan Lima Panduan Jadi Angel Investor

Berikut ini merupakan sejumlah tips untuk menjadi seorang angel investor dari Co-Managing Partner Absolute Confidence Aryo Ariotedjo.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 24 Mar 2022, 20:48 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2022, 20:48 WIB
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang, menjadi seorang investor dalam sebuah model bisnis adalah sebuah mimpi. Namun, bayangan menjadi seorang investor cenderung digambarkan sebagai sosok tajir yang memiliki kekayaan berlimpah.

Meskipun demikian, asumsi tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Padahal, semua orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemodal, atau lebih tepatnya menjadi seorang angel investor.

Angel investor adalah individu (perorangan) yang memiliki kekayaan yang cukup hingga bersedia untuk menyediakan dana untuk suatu startup. Sebagai imbalannya, startup akan memberikan saham untuk angel investor tersebut. 

Besaran dana yang disuntikkan oleh angel investor bervariatif, tetapi umumnya berkisar antara USD 25.000-500.000. Dana yang disediakan ini dapat berupa suntikan dana investasi satu kali untuk membantu startup memulai dan melanjutkan bisnisnya.

Berikut ini merupakan sejumlah tips untuk menjadi seorang angel investor dari Co-Managing Partner Absolute Confidence Aryo Ariotedjo, dikutip dari keterangan tertulis Kamis (24/3/2022). 

1.Nilai Investasi

Menurut Aryo, angel investor tersebut berbasis individu, investasi yang dipakai untuk menyuntik startup tentu berasal dari kocek pribadi. Entah itu dalam bentuk tunai, atau aset-aset yang bisa diuangkan. Itu berarti, kamu terlebih dahulu wajib memikirkan kelangsungan hidup kamu terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

Berdasarkan pengalaman Aryo, ia hanya mengalokasikan dana sekitar 10 - 20 persen dari total kekayaannya untuk diinvestasikan kepada startup.

"Investasi nggak boleh di atas 20 persen dari total kekayaan kita. Kenapa? Karena angel investor itu masuk dalam kategori high risk, tapi high profit juga. Tapi kalau salah skenario, kita bakal kehilangan segalanya (kekayaan)," tutur Aryo dari keterangan resminya, ditulis Kamis (24/3/2022).

2.Portfolio Investasi

Karena bersumber dari modal pribadi, Aryo mengatakan, seorang angel investor wajib memiliki lebih dari satu portfolio startup yang dijadikan sasaran investasi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kerugian dari startup yang mendapatkan pendanaan.

"Kalau ada dana, coba investasi di beberapa startup atau UMKM. Jadi misalnya, 20 persen kekayaan kita tadi diinvestasikan ke 5-10 perusahaan. Kenapa jangan 1-2 perusahaan? Seandainya 1 perusahaan mati (tutup/bangkrut), rasio untungnya masih ada 50 persen. Tapi bagaimana kalau keduanya mati? Hilang semuanya. Tapi kalau dari 10, masa iya sih enggak ada yang jadi (sukses)," ujar Aryo.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Karakteristik

Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)

3.Karakteristik Startup Potensial

Aryo juga menegaskan, angel investor itu kompetitif sehingga perlu jeli dalam memilih startup untuk didanai.

"Cari startup yang tidak hanya memposisikan kita sebagai sumber pendanaan, tapi cari 'hidden gems' yang punya dampak besar bagi masyarakat. Lihat kelebihan yang dibawa startup tersebut. Mereka yang seperti ini biasanya akan melibatkan kita sebagai investor dalam setiap usaha yang mereka jalankan. Tidak hanya berorientasi pada hasil," ungkap Aryo.

4.Get Great Deals!

Menurut Aryo, harus ada keselarasan antara visi dan misi startup dengan proyeksi hasil yang akan didapat. Bukan sekadar kesepakatan bisnis yang bagus saja, namun bisa memberi gambaran tentang kontinuitas bisnis yang dijalankan dalam jangka waktu tertentu.

"Jangan buat deal yang bagus, tapi luar biasa bagus. Jangan (mencari startup) yang setengah-setengah!,” imbuhnya. 

5.Jangan Fokus Pada Kepemilikan

Jika ingin berinvestasi pada startup, Aryo menjelaskan, jangan berfokus pada persentase kepemilikan startup itu sendiri. Fokuslah pada nilai atau valuasi perusahaan itu sendiri. Semakin besar valuasi sebuah startup, semakin besar pula keuntungan yang akan didapat.

"Apalagi kalau berinvestasi pada multi perusahaan. Untungnya akan berlipat ganda," pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya