Wall Street Menguat Terdorong Aksi Beli Investor

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 618,34 poin atau hampir dua persen ke posisi 31.880,24.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Mei 2022, 07:03 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2022, 07:03 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melesat pada perdagangan Senin, 23 Mei 2022 seiring investor melakukan aksi beli terhadap saham yang tertekan seperti bank. Hal ini terjadi setelah indeks Dow Jones Industrial Average alami koreksi dalam delapan minggu berturut-turut.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 618,34 poin atau hampir dua persen ke posisi 31.880,24. Indeks S&P 500 naik sekitar 1,9 persen ke posisi 3.973,75. Indeks S&P 500 terpangkas 20 persen dari posisi tertingginya. Indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen menjadi 11.535,28.

Analis mengingatkan penguatan wall street yang terjadi juga harus dilihat berapa lama ketiga indeks acuan itu dapat mempertahankan levelnya.

Investor telah berada di sini sebelumnya menyambut reli kecil selama gejolak pasar pada 2022. Meski demikian pelaku pasar juga bertanya-tanya kapan penguatan akan cukup kuat untuk membalikkan tren turun selama berbulan-bulan.

“Impuls ini telah gagal beberapa kali selama beberapa minggu terakhir. Secara teknikal lebih tinggi untuk kinerja positif yang berkelanjutan mengingat semua hambatan seperti pertumbuhan yang melambat, valuasi yang meningkat, kenaikan suku bunga dan ketakutan akan resesi,” kata Analis Baird Ross Mayfield, dilansir dari CNBC, Selasa (24/5/2022).

Sementara itu, Chief Investment MissionSquare Retirement, Wayne Wicker menuturkan, dengan begitu banyak saham turun signifikan pada 2022 tidak akan mengejutkan melihat penangguhan koreksi di wall street pada Senin, 23 Mei 2022.

“Namun, dengan tantangan yang diberikan terkait dengan inflasi, kenaikan suku bunga dan peristiwa geopolitik saat kita memasuki bulan musim panas, investor harus hadapi volatilitas lanjutan dalam waktu dekat,” ujar Wicker.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Saham JPMorgan naik 6,2 persen setelah bank mengharapkan untuk mencapai target pengembalian utama lebih cepat dari yang direncanakan, berkat kenaikan suku bunga memberikan dorongan pinjaman.

Saham Citi juga menguat 6 persen seiring imbal hasil acuan surat berharga atau obligasi bertenor 10 tahun menguat pekan lalu. Saham Wells Fargo dan Bank of America masing-masing naik lebih dari 5 persen.

Saham Ross Stores dan TJX juga mencatat penguatan terbesar yang masing-masing naik sekitar 9,6 persen dan 4,2 persen. Saham lainnya di sektor ini termasuk Costco, Dollar General, Norstrom dan Macy’s dijadwalkan untuk melaporkan kinerja pekan ini. Hal itu akan menjadi titik fokus utama bagi investor yang ingin melihat apakah permintaan tingkat tinggi tetap kuat dan apakah beberapa koreksi pekan lalu khusus untuk perusahaan.

Saham VMWare melonjak lebih dari 24,9 persen setelah Bloomberg dan Reuters melaporkan produsen chip sedang dalam pembicaraan untuk akuisisi perusahaan layanan cloud, menurut sumber. Saham Broadcom turun 3,1 persen.

Saham Electronic Arts naik 2,3 persen menyusul laporan produsen video game aktif mencari penjualan dan merger.

Sentimen Lain di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sentimen lain di wall street juga dorongan dari pernyataan Presiden AS Joe Biden. Ia sedang mempertimbangkan untuk kurangi tarif sejumlah produk yang diimpor dari China.

"Saya sedang mempertimbangkannya. Kami tidak mengenakan tarif itu. Mereka dipaksakan oleh pemerintahan terakhir dan sedang dipertimbangkan,” ujar dia.

Sementara itu, investor telah mencari tanda-tanda titik terendah seiring pasar jual saham mendekati pertengahan tahun 2022. Chief Investment Strategist Oppenheimer John Stoltzfus menuturkan, aksi jual yang buruk tidak jarang terjadi pada saat pengetatan kebijakan the Federal Reserve.

"Pasar tampak terlalu menjual dengan penurunan besar bahkan memukul saham dengan arus kas dan profitabilitas yang kuat,” kata dia.

Ia menuturkan, pihaknya tetap positif pada saham yang mendukung siklus ketimbang perusahaan teknologi menguntungkan dan defensif. “Kami mencari ekonomi dan pasar untuk berhasil keluar dari periode kecemasan dan krisis yang tinggi,” ujar dia.

Indeks Acuan Turun dari Rekor Tertingginya

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Saat ini indeks S&P 500 berada 17,5 persen dari rekor tertingginya. Sedangkan indeks Dow Jones turun 13,7 persen. Indeks Nasdaq susut 28,8 persen dari posisi tertinggi.

“Investor mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi dan selalu mencoba menebak apa hasilnya. Investor dan pasar tidak menyukai ketidakpastian. Ini adalah periode di mana mereka tidak memiliki indikasi yang jelas tentang apa  yang akan terjadi dengan tarikan antara inflasi dan ekonomi,” ujar Aviva Investors, Susan Schmidt.

Selain laba ritel pekan ini, investor juga menantikan rilis Zoom Video dan Nvidia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya