Astra International Kini Genggam 5 Persen Saham HEAL

PT Astra International Tbk (ASII) mengenggam 747.425.900 saham HEAL per 9 Juni 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Jun 2022, 20:32 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2022, 20:32 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) menambah kepemilikan saham di emiten rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).

Mengutip data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terkait pemegang saham di atas 5 persen, ditulis Sabtu (11/6/2022), PT Astra International Tbk mengenggam 747.425.900 saham HEAL per 9 Juni 2022. Jumlah saham HEAL yang dimiliki oleh Astra setara 5,01 persen.

Mengutip data RTI, sebelumnya, pemegang saham HEAL per 31 Mei 2022 belum masuk PT Astra International Tbk dengan kepemilikan 5 persen.

Sebelumnya PT Astra International Tbk beli saham HEAL senilai Rp 45 miliar pada April 2022 melalui private placement.  

PT Medikaloka Hermina Tbk  (HEAL) melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dengan menerbitkan saham baru sebanyak 30 juta saham dengan nilai nominal Rp 20 per saham pada 6 April 2022.

Adapun harga pelaksanaan private placement Rp 1.500 per saham. Medikaloka Hermina pun meraup dana sekitar Rp 45 miliar dari private placement.

Setelah dilaksanakannya PMTHMETD tersebut, jumlah modal ditempatkan dan disetor Perseroan akan bertambah dari 14.890.000.000 saham menjadi 14.920.000.000 saham.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Astra International Bidik Peluang Bisnis di 5 Sektor

Gedung Astra. Dok Astra
Gedung Astra. Dok Astra

Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) membidik peluang bisnis di lima sektor mulai dari sektor kesehatan hingga energi terbarukan.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan, investasi yang dilakukan Astra cukup panjang tidak hanya untuk satu tahun. Astra International mengambil 3-5 tahun yang sangat tergantung pada situasi di lapangan.

"Secara prinsip, Astra selalu terbuka kepada setiap peluang yang sesuai dengan hasil analisa kita. Ada beberapa prinsip yang kita pegang di Astra yang tentunya pertama adalah sesuai dengan values daripada Astra,” kata Djony melalui konferensi pers RUPST Astra 2022, Rabu (20/4/2022).

Kemudian kedua, Astra International bisa berkontribusi terhadap bisnis baru tersebut. Ketiga adalah bagaimana dengan kultur yang ada di perusahaan yang Astra ingin investasi atau ingin partisipasi.

Adapun, secara sektor dan sub sektor yang menjadi perhatian bagi Astra  yaitu, pertama adalah di sektor digital dan teknologi. Kemudian kedua adalah sektor jasa keuangan, karena jasa keuangan masih menyimpan satu potensi.

"Mengingat literasi keuangan yang belum mencapai tingkat seperti di negara-negara lain jika kita melihat bahwa ini masih memiliki peluang yang besar,” ujar dia.

 Ketiga adalah sektor kesehatan, dengan pendapatan masyarakat dengan tingkat kehidupan masyarakat yang membaik dengan GDP per kapita Indonesia yang naik, Astra yakin sektor kesehatan menjadi sektor yang fundamental bagi Indonesia ke depan.

"Yang keempat adalah tentunya yang berkaitan dengan mobility termasuk di dalamnya adalah logistik. Bisa dilihat bahwa di tahun ini kita juga sedang membentuk joint venture dengan salah satu perusahaan yang cukup  kompeten bidang logistik warehouse,” ungkap Djony.

 

Astra International Bidik Peluang Bisnis di 5 Sektor

Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)
Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)

Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) membidik peluang bisnis di lima sektor mulai dari sektor kesehatan hingga energi terbarukan.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan, investasi yang dilakukan Astra cukup panjang tidak hanya untuk satu tahun. Astra International mengambil 3-5 tahun yang sangat tergantung pada situasi di lapangan.

"Secara prinsip, Astra selalu terbuka kepada setiap peluang yang sesuai dengan hasil analisa kita. Ada beberapa prinsip yang kita pegang di Astra yang tentunya pertama adalah sesuai dengan values daripada Astra,” kata Djony melalui konferensi pers RUPST Astra 2022, Rabu, 20 April 2022.

Kemudian kedua, Astra International bisa berkontribusi terhadap bisnis baru tersebut. Ketiga adalah bagaimana dengan kultur yang ada di perusahaan yang Astra ingin investasi atau ingin partisipasi.

Adapun, secara sektor dan sub sektor yang menjadi perhatian bagi Astra  yaitu, pertama adalah di sektor digital dan teknologi. Kemudian kedua adalah sektor jasa keuangan, karena jasa keuangan masih menyimpan satu potensi.

"Mengingat literasi keuangan yang belum mencapai tingkat seperti di negara-negara lain jika kita melihat bahwa ini masih memiliki peluang yang besar,” ujar dia.

 Ketiga adalah sektor kesehatan, dengan pendapatan masyarakat dengan tingkat kehidupan masyarakat yang membaik dengan GDP per kapita Indonesia yang naik, Astra yakin sektor kesehatan menjadi sektor yang fundamental bagi Indonesia ke depan.

"Yang keempat adalah tentunya yang berkaitan dengan mobility termasuk di dalamnya adalah logistik. Bisa dilihat bahwa di tahun ini kita juga sedang membentuk joint venture dengan salah satu perusahaan yang cukup  kompeten bidang logistik warehouse,” ungkap Djony.

Kolaborasi

Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)
Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)

Djony menuturkan, hal itu merupakan salah satu hasil dari pada kajian dan kemudian bagaimana dengan investasi Astra. Salah satunya masuk di energi terbarukan

"Kemudian tentunya kalau kita lihat sejalan dengan tujuan Astra di jangka panjang kita juga ingin masuk ke energi terbarukan, renewable energy menjadi salah satu fokus kita juga kemudian mining di sektor non batu bara dari mineral mining itu juga menjadi target kita," ujar dia.

Tak hanya itu, terdapat beberapa prospek pada 2022 sudah ada di depan Astra dan sedang dikaji.

"Kita lakukan semua visibility nya mudah-mudahan ini bisa bisa terealisasi bagian dari semua prospek tersebut," ujar dia.

"Kalau kita lihat salah satu yang tidak hanya dari pada sektor-sektor baru atau lini bisnis yang kita ingin lakukan tetapi di lini bisnis yang kita miliki saat ini tentunya peluang itu masih banyak bagaimana memberdayakan kolaborasi di seluruh unit bisnis sehingga bisa menaikkan value daripada value creation bisa kita dapatkan. Jadi kita melakukan semuanya ini secara paralel,” ia menambahkan.

 

Tebar Dividen 2021

Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)
Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)

Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) memutuskan membagikan dividen Rp 9,67 triliun untuk tahun buku 2021. Pembagian dividen tersebut setara Rp 239 per saham.

Pembagian dividen tunai tersebut telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Astra International Tbk Rabu, 20 April 2022. Dividen tersebut termasuk dividen interim Rp 45 per saham atau seluruhnya Rp 1,82 triliun yang telah dibayarkan pada 29 Oktober 2021.

Dengan demikian sisa dividen yang akan dibayarkan Rp 194 per saham atau seluruhnya Rp 7,85 triliun. Dividen final tersebut akan dibayarkan kepada pemegang saham pada 20 Mei 2022. Pemegang saham itu yang namanya yang tercatat dalam daftar pemegang saham pada 10 Mei 2022 pukul 16.00 WIB.

Astra International Tbk mencatatkan laba bersih konsolidasian perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2021 sebesar Rp20,1 triliun.  Sementara itu, laba bersih per saham Rp 499 pada 2021 atau naik 25 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 399. Nilai aset bersih per saham sebesar Rp 4.250 pada 2021, naik 11 persen dibandingkan posisi 31 Desember 2020.

Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup, mencapai Rp30,7 triliun pada 31 Desember 2021, dibandingkan dengan Rp7,3 triliun pada akhir tahun 2020, disebabkan oleh kinerja penjualan yang membaik. Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup tercatat stabil sebesar Rp39,2 triliun pada 31 Desember 2021, dibandingkan dengan akhir tahun 2020.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya