Liputan6.com, Jakarta - Komisaris PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC), Yaser Raimi Panigoro melepas sejumlah saham perseroan. Yaser menjual 1 juta saham MEDC senilai Rp 614,5 juta.
"Tanggal transaksi pada 7 Juni 2022. Tujuan dari transaksi adalah keperluan pribadi dengan status kepemilikan saham langsung," ungkap Yaser dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (14/6/2022).
Baca Juga
Adapun transaksi dilakukan dalam tiga level harga yang berbeda pada hari yang sama. Sebanyak 500 ribu saham dijual pada harga Rp 610 per saham, atau senilai Rp 305 juta. Kemudian 100 ribu saham dijual pada harga Rp 615 per lembar, atau senilai Rp 61,5 juta. Sisanya 400 ribu lembar saham dijual pada harga Rp 620 per lembar atau senilai Rp 248 juta.
Advertisement
Dengan demikian, Yaser mengantongi Rp 614,5 juta dari penjualan 1 juta saham MEDC. Usai transaksi, Yaser kini memiliki 973.203 lembar saham MEDC dari sebelumnya 1.973.203 lembar. Sepanjang tahun lalu, Medco berhasil mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 47,02 juta.
Raihan itu berbanding terbalik dibanding tahun sebelumnya, di mana Medco Energi International mencatatkan rugi USD 192,82 juta. Raihan itu ditopang kenaikan pendapatan di 2021 sebesar USD 1,32 juta, naik dibanding tahun sebelumnya sebesar USD 1,1 juta.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Strategi Medco di Tengah Kebutuhan Energi yang Masih Tinggi
Sebelumnya, kenaikan harga minyak dunia diharapkan dapat dongkrak produksi migas nasional lantaran keekonomian proyek menjadi menarik. Apalagi ada perbaikan ekonomi setelah melandainya pandemi COVID-19 di berbagai negara yang menyebabkan kebutuhan energi terus meningkat.
Direktur & COO PT Medco Energi International Tbk (MEDC), Ronald Gunawan mencermati, portfolio investasi perusahaan migas memang mengalami perubahan akibat dorongan untuk melakukan transisi energi. Namun, kebutuhan energi yang terus naik membuat investasi migas masih diperlukan dan akan terus berlanjut.
Di sisi lain, Ronald mengakui insentif fiskal menjadi hal yang signifikan untuk menarik investasi migas ke Indonesia. Dia menuturkan, dalam momentum kenaikan harga minyak ini, banyak negara yang menafaatkan situasi ini untuk menarik investasi dengan memberikan insentif dan fiskal yang sangat menarik.
Meski demikian, ia mengatakan saat ini industri migas di Indonesia tengah menuju arah yang tepat dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh Kementerian ESDM dan SKK Migas dalam mendorong berbagai insentif.
"Kami selaku pelaku usaha sangat mengapresiasi pemerintah, kami melihat bahwa pemerintah melalui Kementerian ESDM dan SKK Migas mau mendengar dan mengupayakan apa yang menjadi kebutuhan industri untuk bersama-sama meningkatkan produksi migas nasional,” kata dia, Selasa (19/4/2022).
Ronald memastikan, pihaknya terus berkomitmen untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan Pemerintah dan siap memberikan sumbangsih bagi industri serta masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi.
Advertisement
Investasi Jangka Panjang
Dalam kesempatan yang sama, Praktisi Migas senior, Widyawan Prawira Atmaja mengungkapkan eksplorasi perlu dilakukan untuk mendongkrak produksi. Apalagi, jika pemerintah melalui kontraktor migas bisa menemukan dua sampai tiga blok migas lain seperti Blok Cepu dengan produksi yang cukup tinggi.
“Kenaikan harga ini bisa menjadi momentum meningkatkan produksi, tetapi untuk jangka panjang PR kita masih banyak untuk menarik investasi masuk ke Indonesia,” kata dia.
Ia menilai, situasi kenaikan harga minyak memamg tidak serta merta membuat investor tertarik untuk berinvestasi atau melakukan kegiatan eksplorasi karena kenaikan itu salah satunnya disebabkan oleh ketidakpastian kondisi geopolitik saat ini. Meski begitu, Indonesia harus tetap mengoptimalkan daya tarik investasi migas pada tahun-tahun ke depan.
“Investasi migas ini adalah investasi jangka panjang, jadi investor harus memiliki keyakinan dalam melaksanakan kegiatan usahanya, untuk itulah UU Migas menjadi solusi untuk menarik investasi migas ke Indonesia,” ujar Widyawan.
Insentif
Sementara itu, Deputi Perencanaan SKK Migas, Benny Lubiantara mengatakan, saat ini Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik minat investasi dari para investor besar.
Dia menuturkan, industri hulu migas nasional membutuhkan pembenahan dari sisi fiskal dan nonfiskal. Selain itu, perlu ada perbaikan untuk proses perizinan.
"Insentif menjadi penting karena dari sisi kebijakan fiscal Indonesia masih kurang menarik bagi investor migas dibandingkan Negara lain,” kata dia.
Benny menambahkan, hal penting yang harus menjadi fokus saat ini adalah memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak dunia untuk memberikan sinyal yang menarik bagi investasi migas di Indonesia.
"Insentif, kebijakan fiskal dan kemudahan untuk berusaha semuanya bermuara di RUU Migas,” imbuhnya.
Untuk itu, ia berharap agar RUU Migas yang kini sedang dibahas bisa segera selesai sehingga payung hukum tersebut bisa memberikan kepastian bagi investor dalam melaksanakan kegiatan usaha migas dan menarik lebih banyak investasi ke Indonesia.
Advertisement