IHSG Merosot 1,6 Persen Sambut Akhir Pekan, Investor Asing Lepas Saham MDKA hingga BMRI

IHSG anjlok 1,61 persen ke posisi 6.936,96 pada perdagangan Jumat, 17 Juni 2022 imbas kekhawatiran resesi.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jun 2022, 15:54 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2022, 15:54 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan Jumat, (17/6/2022). Koreksi IHSG terpankas setelah sempat turun 2 persen. Selain itu, investor asing masih melakukan aksi jual saham signifikan.

Pada penutupan perdagangan mengutip data RTI, IHSG anjlok 1,61 persen ke posisi 6.936,96.  Indeks LQ45 turun 1,96 persen ke posisi 997,90. Seluruh indeks acuan kompak tertekan.

Jelang akhir pekan, IHSG berada di level tertinggi 6.999,53 dan terendah 6.882,64. Sebanyak 362 saham melemah sehingga menekan IHSG. 158 saham menguat dan 159 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.243.836 kali dengan volume perdagangan 31,9 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 19,5 triliun.  Investor asing pun melakukan aksi jual Rp 782,50 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di posisi 14.787.

Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham IDXhealth naik 1,18 persen. Sementara itu, indeks sektor saham IDXbasic merosot 2,49 persen dan catat koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXindustry melemah 1,77 persen, indeks sektor saham IDXnonsiklikal turun 1,53 persen dan indeks sektor saham IDXtechno melemah 1,49 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG melemah pada Jumat, 17 Juni 2022 sejalan dengan pelemahan bursa saham Amerika Serikat (AS) dan regional Asia yang cenderung bervariasi.

"Meski pun kemarin kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin sudah sesuai dengan harapan pasar, namun masih timbul adanya kekhawatiran akan terjadinya resesi apabila inflasi tidak dapat dibendung dan The Fed masih terus melakukan kebijakan moneter yang ketat,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, dari sisi teknikal, pergerakan IHSG masih berada pada fase downtrennya dan IHSG sudah menembus level support di 6.924.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Top Gainers-Losers dan Aksi Investor Asing Jumat 17 Juni 2022

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham BIPI melonak 25,64 persen

-Saham ESTA melonjak 25 persen

-Saham BAPA melonjak 24,14 persen

-Saham FPNI melonjak 18,03 persen

-Saham POLU melonjak 14,85 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham SMKM merosot 7,34 persen

-Saham RUNS merosot 7,01 persen

-Saham HRUM merosot 6,99 persen

-Saham MLIA merosot 6,98 persen

-Saham POLI merosot 6,98 persen

 

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:

-Saham BRMS senilai Rp 78,8 miliar

-Saham ADRO senilai Rp 72,8 miliar

-Saham ASII senilai Rp 31,2 miliar

-Saham PGAS senilai Rp 30 miliar

-Saham EXCL senilai Rp 24,2 miliar

 

Saham-saham yang dijual investor asing antara lain:

-Saham MDKA senilai Rp 517,7 miliar

-Saham BBCA senilai Rp 154,8 miliar

-Saham BBRI senilai Rp 149,1 miliar

-Saham BMRI senilai Rp 137,8 miliar

-Saham BBNI senilai Rp 98 miliar

Bursa Saham Asia Beragam pada 17 Juni 2022

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Bursa saham Asia sebagian besar melemah. Namun, indeks Hang Seng naik 1,1 persen dan indeks Shanghai menguat 0,96 persen ke posisi 3.316,79. Penguatan indeks Hang Seng juga didukung saham AIA yang melonjak lebih dari 2 persen.

Indeks Shenzhen melonjak 1,48 persen ke posisi 12.331,14. Sementara itu, indeks Korea Selatan Kospi tergelincir 0,43 persen, indeks Jepang Nikkei susut 1,77 persen, indeks Thailand tergelincir 0,35 persen, indeks Singapura merosot 0,52 persen dan indeks Taiwan terpangkas 1,25 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,43 persen.

“Kami masih mempertahankan pandangan kami yang berlebihan tentang saham dan obligasi,” ujar Senior Investment Strategist Credit Suises, Suresh Tantia.

Ia menuturkan, pelaku pasar tidak mengesampingkan penurunan lebih lanjut karena pasar sangat fluktuaktif seiring harapan the Fed. Namun, pada level ini, menurut Suresh tidak masuk akal untuk menjual.

"Saya pikir begitu ekspektasi kenaikan suku bunga Fed stabil, maka kita harus mulai melihat pemulihan di pasar saham,” ujar dia.

 

Kebijakan Bank Sentral Jepang

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sementara itu, Bank of Japan menyebutkan akan mempertahankan kebijakan moneter ultra-easy pada Jumat, 17 Juni 2022.

Setelah keputusan itu, Yen Jepang melemah lebih dari 1,5 persen menjadi 134,30 per dolar AS meski masih lebih kuat dibandingkan di atas level 135.

Mantan Anggota Dewan Kebijakan Bank Sentral dan Profesor di Universitas Keio, Sayuri Shirai menuturkan, bank sentral Jepang tidak punya banyak pilihan selain mempertahankan status quo pada saat pasar sangat fluktuatif.

Selain kondisi moneter yang lebih ketat, faktor lain yang pengaruhi pasar saham antara lain kebijakan nol COVID-19 di China, perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung semakin berkontribusi pada prospek ekonomi yang tidak pasti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya