Wall Street Bervariasi Jelang Rilis Data Tenaga Kerja AS

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones memangkas kerugian pada hari sebelumnya.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Sep 2022, 06:43 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2022, 06:43 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 1 September 2022. Pergerakan wall street pada awal September 2022 di tengah pelaku pasar menantikan laporan data tenaga kerja AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones memangkas kerugian pada hari sebelumnya. Indeks Dow Jones melompat 145,99 poin atau hampir 0,5 persen pada menit terakhir perdagangan ke posisi 31.66,42. Indeks S&P 500 bertambah 0,3 persen ke posisi 3.966,85.

Indeks Nasdaq turun 0,3 persen ke posisi 11.785,13 untuk mencatat penurunan lima hari pertama sejak Februari.

Semua rata-rata indeks acuan berada di jalur untuk menyelesaikan kinerja yang lebih rendah pada pekan ini. Indeks Dow Jones susut 1,9 persen. Sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 2,2 persen dan 2,9 persen.

Pergerakan wall street juga terjadi di tengah imbal hasil treasury Amerika Serikat (AS) bertenor dua tahun mencapai 3,5 persen, yang merupakan level tertinggi sejak November 2007 pada perdagangan Kamis pekan ini.

Hal itu membebani saham pertumbuhan yang sensitif terhadap tingkat suku bunga sehingga membuat keuntungan menjadi kurang menarik.

Saham Nvidia juga berkontribusi terhadap kerugian dengan turun hampir 7,7 persen setelah produsen chip itu mengatakan pemerintah Amerika Serikat membatasi beberapa penjualan di China.

 

Sentimen The Fed

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Saham telah merosot karena investor menanggapi komentar hawkish dari pejabat the Federal Reserve (the Fed) yang tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran kenaikan suku bunga. Pelaku pasar telah memperdebatkan apakah saham akan kembali menantang dari posisi terendah Juni. September dinilai menjadi bulan yang buruk secara historis untuk pasar.

"Terendah Juni sedang dimainkan dalam beberapa minggu mendatang karena investor saham akhirnya menyadari intensitas misi Fed,” ujar Chief Investment Officer Comerica Wealth Management, John Lynch dikutip dari CNBC, Jumat (2/9/2022).

Ia menambahkan, inflasi dan resesi biasanya disertai posisi pasar yang lebih rendah dan pasar perlu kembali menilai valuasi karena suku bunga naik.

“Pengujian posisi terendah pada Juni mungkin berhasil terbukti penting karena dapat kurangi kekhawatiran volatilitas lebih lanjut di bulan-bulan mendatang,” Lynch menambahkan.

Lynch mengatakan,  pihaknya percaya konsensus perkiraan laba pada 2023 terlalu tinggi dan dukungan teknikal akan diperlukan saat perkiraan turun.

Penutupan Wall Street 31 Agustus 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Diberitakan sebelumnya, saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada hari keempat berturut-turut pada perdagangan Rabu, 31 Agustus 2022. Wall street yang melemah menempatkan kembali pasar pada musim panas yang meragukan seiring investor mempertimbangkan upaya the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS memerangi inflasi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones jatuh 280,44 poin atau hampir 0,9 persen menjadi 31.510,43. Indeks S&P 500 susut 0,8 persen ke posisi 3.955. Indeks Nasdaq turun 0,6 persen ke posisi 11.816,20.Rata-rata indeks acuan menguat pada hari sebelumnya.

Mengawali September untuk tiga indeks acuan di wall street dengan catatan yang melemah pada Agustus 2022. Indeks Dow Jones anjlok hampir 4,1 persen. Indeks S&P susut 4,2 persen dan Nasdaq melemah 4,6 persen.

Pergerakan tersebut menempatkan indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing 6,3 persen dan 8,7 persen di atas posisi terendah intraday pada pertengahan Juni 2022. Indeks Nasdaq saat ini 11,8 persen di atas level terendahnya. Puncak reli musim panas terjadi dua pekan lalu pada 16 Agustus 2022, dan dua bulan penuh setelah pertengahan Juni 2022.

Investor telah berdebat selama berminggu-minggu apakah ekonomi berada dalam resesi atau menuju resesi, banyak mengira penurunan ekonomi akan memberi alasan the Federal Reserve (the Fed) untuk mengurangi rencana kenaikan suku bunganya.

Ketua the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS  Jerome Powell kembali menegaskan dalam pidato di Jackson Hole kalau bank sentral berkomitmen menahan inflasi dan akan terus menaikkan suku bunga bahkan di lingkungan resesi.

 

 

Gerak Saham di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

“Pasar mengandalkan kenaikan suku bunga terbatas dan penurunan suku bunga cepat,” tutur Chief Investment Officer Commonwealth Financial Network, Brad McMillan seperti dikutip dari CNBC, Kamis (1/9/2022).

Komentar Powell memicu aksi jual saham. Presiden Fed Cleveland Loretta Mester menuturkan, suku bunga acuan naik di atas 4 persen pada awal 2023. Pada Selasa, Presiden Fed New York John Williams menuturkan, kebijakan yang agak membatasi untuk memperlambat permintaan.

Saham BYD anjlok lebih dari 12 persen selama perdagangan Rabu pekan ini di Hong Kong, dan menjadi pemain terburuk di indeks Hang Seng setelah Berkshire Hathaway memangkas saham produsen pembuat listrik di China. Berkshire Hathaway pangkas saham dari 20,04 persen menjadi 19,92 persen. Berkshire Hathaway perusahaan investasi milik Warren Buffett jual 1,3 juta saham BYD dengan harga USD 47 juta.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya