Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu Mitra Distribusi pemerintah untuk produk SBN Ritel seri SR017, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan penjualan sebesar Rp 5,4 triliun. Pencapaian tersebut merupakan rekor penjualan SBN Ritel BCA di pasar perdana. Penjualan SR017 dilakukan selama masa penawaran dari 19 Agustus hingga 14 September lalu.
Direktur BCA Haryanto T. Budiman menuturkan, pencapaian penjualan SBN Ritel Sukuk Negara Ritel seri SR017 ini salah satunya ditopang oleh event Wealth Summit BCA 2022.
Baca Juga
“Pencapaian ini kami harapkan dapat berkontribusi positif bagi pemerintah dalam mendorong pembiayaan pembangunan nasional,” kata Haryanto dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (18/9/2022).
Advertisement
Haryanto menjelaskan, penjualan sebesar Rp5,4 triliun tersebut dikontribusikan lebih dari 14 ribu investor. Mayoritas investor yang menyerap portofolio tersebut adalah generasi X sebesar 38 persen dari total investor, disusul oleh generasi Y atau milenials sebesar 31 persen dari total investor.
“Kami juga bersyukur karena investor dan masyarakat luas dapat memanfaatkan SBN Ritel Sukuk Negara Ritel seri SR017 untuk meningkatkan portofolio investasi melalui SBN Ritel pemerintah sekaligus memiliki kesempatan untuk mendapatkan pinjaman produktif sesuai kebutuhan,” ujar dia.
Sementara itu, penjualan SBN Ritel seri SR017 tersebut dilakukan melalui KlikBCA Individu dan platform WELMA BCA, yaitu aplikasi yang menyediakan beragam produk investasi dan proteksi bagi nasabah.
Melalui WELMA, nasabah dapat bertransaksi secara online untuk membuat SID (nomor identitas investasi) online dan membeli, antara lain obligasi perdana dan sekunder mulai dari Rp1 juta, reksa dana IDR mulai dari Rp 100 ribu, dan reksa dana USD mulai dari USD10.000.
Tak hanya itu, transaksi investasi melalui aplikasi WELMA menunjukkan tren yang positif, dengan jumlah pengunduh (downloader) mencapai lebih dari 475.000 pengguna, dengan nominal transaksi lebih dari Rp50 triliun sejak diluncurkan akhir 2019 lalu hingga Agustus 2022. Bahkan, lebih dari 65 persen pemesanan SR017 dilakukan oleh nasabah BCA via WELMA.
Kapitalisasi Pasar BCA Tembus Rp 1.068 Triliun
Sebelumnya, kapitalisasi pasar saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali tembus Rp 1.000 triliun pada perdagangan Kamis, 15 September 2022. Saham BBCA bahkan tembus posisi tertinggi sepanjang 2022.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar BCA masih kokoh di posisi pertama yang masuk 10 jajaran emiten kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Kapitalisasi pasar saham BCA tembus Rp 1.068 triliun. Kapitalisasi pasar BBCA tersebut 11,17 persen dari total kapitalisasi pasar BEI yang mencapai Rp 9.560 triliun.
Adapun saham BBCA menguat 2,94 persen ke posisi Rp 8.750 per saham pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham BBCA dibuka stagnan Rp 8.500 per saham. Saham BBCA berada di level tertinggi Rp 8.875 dan terendah Rp 8.500 per saham. Total frekuensi perdagangan 21.756 kali dengan volume perdagangan 2.171.078 saham dengan nilai transaksi Rp 1,9 triliun.
Kapitalisasi pasar terbesar lainnya disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Kapitalisasi pasar BRI tercatat Rp 692 triliun, atau 7,24 persen dari total kapitalisasi pasar BEI. Kemudian disusul PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Kapitalisasi pasar TLKM mencapai Rp 446 triliun, dan berada di posisi tiga di antara kapitalisasi pasar terbesar di BEI.
Selanjutnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Kapitalisasi pasar Bank Mandiri tembus Rp 432 triliun, dan berada di posisi empat. Kemudian PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang berada di posisi lima daftar kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Kapitalisasi pasar GOTO tercatat Rp 315 triliun.
PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan kapitalisasi pasar saham Rp 285 triliun, dan berada di posisi enam. Diikuti PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Kapitalisasi pasar BYAN tercatat Rp 221 triliun. Selanjutnya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang membukukan kapitalisasi pasar Rp 211 triliun.
Lalu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatat kapitalisasi pasar Rp 175 triliun. Selanjutnya di posisi 10, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Kapitalisasi pasar BNI tembus Rp 169 triliun.
Advertisement
BCA Incar Nasabah Tembus 30 Juta
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA mengincar jumlah nasabah tembus 30 juta pada 2023. Direktur BCA, Vera Eve Lim mengatakan, target itu telah dicanangkan BCA sejak 2018 lalu. Adapun sampai dengan Juni 2022, total nasabah BCA sudah mencapai 24 juta.
"Kami rencanakan sampai tahun depan jumlah nasabah mencapai 30 juta. Jumlah nasabah ini adalah nasabah yang transaksi di CASA,” ujar Vera dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9/2022).
Hingga Juli 2022, perseroan melihat tren pertumbuhan bisnis masih berlanjut, dengan total kredit dan CASA secara bank only tumbuh masing-masing di kisaran 13 persen dan 17 persen yoy. Sebagai bentuk optimisme, kami menaikkan target pertumbuhan kredit mencapai 8-10 persen di tahun ini.
“Target tahun ini untuk pertumbuhan upgrade dari 6–8 persen, jadi 8–10 persen untuk target pertumbuhan. Mudah-mudahan taret ini akan kita capai,” kata Vera.
Bersamaan dengan tren pertumbuhan kredit, BCA masih akan mempertahankan suku bunga kredit pada level yang sama sampai dengan akhir tahun.
Misalnya seperti pada gelaran BCA Expo Hybrid 2022 yang berlangsung pada 9 September hingga 10 Oktober 2022, perseroan memberikan penawaran khusus KPR, KKB, dan KSM bagi segmen ritel, sehingga diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit di semester II 2022, khususnya untuk segmen kredit konsumer.
"Sejauh ini kita belum ada (perubahan). Mungkin sampai akhir tahu mempertahankan suku bunga kredit yang sudah ada. Kita berharap demand kredit terus tumbuh tahun ini seiring recovery yang masih berlanjut,” tutur Vera.
Belanja Modal IT
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) siapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 5,3 triliun yang dialokasikan untuk pengembangan IT. Hal ini sejalan dengan upaya perseroan untuk tetap bisa menjangkau seluruh segmen nasabah, termasuk generasi muda yang akrab dengan teknologi.
"Tahun ini target capex kita untuk IT, baik capex maupun opex itu kalau digabungkan mendekati Rp 5,3 triliun. itu komitmen BCA untuk inovatif meningkatkan kemampuan kita dalam arena bersaing di digital,” kata Direktur BCA, Vera Eve Lim dalam Public Expose Live 2022, Rabu (20/9/2022).
Di sisi lain, Vera mengakui hampir semua bank konvensional saat ini juga telah memiliki aplikasi mobile bank. Belum lagi persaingan dari ekosistem digital lain di luar perbankan. Hal-hal itu mendorong BCA untuk juga melakukan penyesuaian.
Meski begitu, perseroan tak serta merta meninggalkan layanan konvensional dan memilih untuk menggabungkan keduanya, atau hybrid. Sehingga BCA memiliki keleluasaan untuk menjangkau seluruh segmen. Mulai dari korporasi, UMKM, hingga perorangan.
"Di BCA kami melayani nasabah dari korporasi, komersil, UMKM, dan masyarakat termasuk milenial yang umumnya dijaring melalui bank digital. Karena dengan ekosistem yang luas, BCA punya fleksibilitas untuk melayani berbagai ekosistem cut across semua supply chain karena kebutuhan bertransaksi setiap nasabah beda-beda,” kata dia.
Advertisement
Pertahankan Layanan Konvensional
Untuk itu, perseroan masih mempertahankan layanan konvensional. Menariknya, meski transaksi digital terus menciptakan pertumbuhan, tetapi dari sisi nilai transaksi konvensional juaranya. Sebab, kata Vera, transaksi konvensional umumnya lebih dipilih oleh korporasi besar.
"Di BCA, 99,6 persen transaksi dilayani secara digital. Tapi kalau dari sisi value, 40 persen masih dilayani melalui cabang, dan ini adalah transaksi yang besar-besar,” imbuh Vera.
Hingga paruh pertama tahun ini, dana giro dan tabungan (CASA) naik 17,3 persen yoy, mendorong total dana pihak ketiga (DPK) sentuh milestone Rp 1.000 triliun untuk pertama kalinya.
Pencapaian tersebut sejalan dengan pertumbuhan volume transaksi yang naik 40 persen yoy mencapai 10 miliar transaksi per semester I 2022, yang mayoritas berasal dari mobile banking.