Liputan6.com, Jakarta - Dalam transaksi jual beli saham, investor mungkin menemui suatu kondisi di mana harga yang diharapkan berbeda dengan harga yang digunakan saat transaksi berlangsung.
Kejadian ini umum dikenal dengan istilah Slippage. Kondisi ini dapat terjadi kapan saja. Terlebih saat volatilitas pasar sedang tinggi dan pengguna lebih banyak melakukan market order. Slippage terjadi ketika ada perubahan nilai atau harga suatu saham sebelum penutupan penjualan. Ketika seorang investor ingin menjual saham, mereka memulai penjualan pada titik harga tertentu.
Baca Juga
Pialang atau sekuritas kemudian menjual saham pada harga yang paling menguntungkan, yang mungkin lebih rendah, atau lebih tinggi dari yang diharapkan pedagang atau investor yang jual sahamnya.
Advertisement
Melansir laman Indeed, Sabtu, 29 Oktober 2022, dari sisi penjual, slippage bisa positif, artinya investor atau trader menerima harga di atas dari yang mereka harapkan. Kondisi ini bisa berbalik menjadi negatif jika harga yang diterima berada di bawah yang diharapkan.
Misalnya, seorang investor yang ingin menjual 100 saham dan berhasil menjual 80 saham tanpa slippage atau terjual dengan harga yang sesuai.
Sementara 20 saham yang tersisa tidak terjual sampai hari berikutnya, sehingga ketika nilainya menurun, menyebabkan tingkat slippage negatif pada mereka.
Sebaliknya, bagi calon pembeli, slippage dapat menjadi positif ketika harga sebenarnya lebih rendah dari yang diharapakan. Sehingga pembelian aset akan lebih murah dan manguntungkan bagi pambeli. Sedangkan Slippage negatif terjadi jika harga sebenarnya lebih tinggi dari yang diharapkan sehingga pembelian aset jadi lebih mahal.
Cara Siasati
Cara Siasati Slippage:
Mula-mula, investor dapat mempelajari seluk beluk slippage. Termasuk bagaimana dan mengapa itu terjadi, sehingga investor memiliki sedikit gambaran dan bisa menjadi acuan dalam mengambil keputusan investasi.
Kemudian, terapkan tingkat toleransi. Pihak sekuritas umumnya akan mengizinkan investor untuk menetapkan tingkat toleransi terhadap slippage. Cara ini secara otomatis menolak penjualan jika slippage melebihi titik ambang batas yang ditentukan.
Catatan saja, slippage kemungkinan besar terjadi ketika pasar bergejolak yang mungkin termasuk waktu perdagangan yang tinggi. Sehingga memulai perdagangan di pagi hari atau saat pasar tutup, dinilai dapat mengurangi risiko slippage.
Terakhir, gunakan limit order. Slippage terjadi dengan market order, yang mengacu pada penjualan regular order pada harga pasar saat ini. Menggunakan limit order dapat memperlambat tingkat perdagangan saham, tetapi dapat mengurangi tingkat slippage.
Advertisement
Mengenal Apa Itu Dilusi di Pasar Modal
Sebelumnya, pemegang saham di pasar modal bisa mengalami penurunan persentase kepemilikan saham atau disebut mengalami dilusi.
Dilusi terjadi ketika sebuah perusahaan menerbitkan saham baru yang mengakibatkan penurunan persentase kepemilikan pemegang saham yang ada pada perusahaan tersebut.
Melansir investopedia, Minggu (16/10/2022), dilusi saham juga dapat terjadi ketika pemegang opsi saham, seperti karyawan perusahaan, atau pemegang opsional lainnya menggunakan opsi mereka. Ketika jumlah saham beredar meningkat, setiap pemegang saham yang ada memiliki persentase perusahaan yang lebih kecil, atau terdilusi. Sehingga setiap saham menjadi kurang berharga.
Ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO), mereka mengesahkan jumlah saham awal yang akan ditawarkan pada publik. Jumlah saham yang beredar ini biasanya disebut sebagai "float”.
Jika perusahaan menerbitkan saham tambahan di kemudian hari, artinya mereka meningkatkan jumlah saham beredar. Penerbitan saham baru oleh perusahaan yang sudah tercatat di bursa biasanya dilakukan dalam rangka penambahan modal.
Selanjutnya
Dalam hal penambahan modal dilakukan dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue, pemegang saham eksisting dapat berpartisipasi untuk mempertahankan persentase kepemilikannya. Sehingga jumlah saham yang dimiliki setelah mengeksekusi rights issue juga akan berubah lebih banyak mengikuti float terbaru.
Sebaliknya, jika pemegang saham tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru yang diterbitkan perusahaan, dari sisi persentase mengalami dilusi atau mengecil karena jumlah saham yang dimiliki menjadi jauh lebih kecil dibandingkan jumlah saham yang beredar setelah penambahan modal.
Sementara jika penerbitan saham baru dilakukan dalam rangka penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement, dilusi menjadi keniscayaan. Lantaran hak pembelian saham baru yang diterbitkan hanya diberikan pada pihak-pihak tertentu, sehingga investor lain tidak memiliki kesempatan untuk mengoleksi saham perusahaan guna mempertahankan presentasi kepemilikan.
Advertisement