Perusahaan Investasi Warren Buffett Beli Saham Produsen Chip TSMC Rp 79,39 Triliun

Dengan asumsi Warrenn Buffett membeli ADR TSMC dengan rata-rata harga pada kuartal III 2022, saham tersebut akan menelan biaya USD 5,1 miliar atau sekitar Rp 79,39 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Nov 2022, 12:11 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2022, 12:11 WIB
Ini 10 Daftar Orang Terkaya Dunia Tahun 2017 Versi Forbes
Peringkat kedua diikuti oleh pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett. Kekayaan pria 86 tahun ini mencapai US$ 75,6 miliar atau sekitar Rp 1.005 triliun. (NYC)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan investasi milik Warren Buffett yaitu Berkshire Hathaway membeli saham produsen chip Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) sekitar USD 5 miliar atau sekitar Rp 77,82 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per dolar AS).

Pembelian saham TSMC ini sebagai bagian dari perubahan portofolio Berkshie Hathaway pada kuartal terakhir. Warren Buffett memperoleh sekitar 60 juta American Depository Receipts (ADRs) di TSMC dalam tiga bulan terakhir yang berakhir September 2022, demikian disebutkan dalam pengajuan ke otoritas.

Produsen chip Taiwan tersebut produksi semikonduktor untuk klien Nvidia dan Qualcomm, dan merupakan pemasok eksklusif chip silicon kustom Apple. Apple tetap menjadi holding tunggal paling berharga dalam portofolio Berkshire.

Dengan asumsi Buffett membeli ADR TSMC dengan rata-rata harga pada kuartal III 2022, saham tersebut akan menelan biaya USD 5,1 miliar atau sekitar Rp 79,39 triliun. Saham TSMC diperdagangkan sekitar USD 72,80. Demikian mengutip dari Business Times, Selasa (15/11/2022).

Saham TSMC menguat 9,4 persen di Taiwan setelah keterbukaan informasi tersebut. Penguatan saham TSCM termasuk terbesar secara intraday lebih dari dua tahun.

Buffett yang berusia 92 tahun telah lama menjauh dari industri teknologi menyatakan kalau tidak ingin berinvestasi dalam bisnis yang tidak sepenuhnya dia pahami. Namun, sikap tersebut berubah dalam beberapa tahun terakhir. Buffett telah mendedikasikan sebagian besar investasi perusahaannya untuk sektor teknologi.

Produsen chip menjadi salah satu segmen yang mencatat pertumbuhan berkelanjutan selama beberapa tahun mendatang. Hal ini untuk perluasan industri yang baru lahir seperti self-driving dan mobil listrik atau electric vehicle (EV), kecerdasan buatan (AI) dan aplikasi rumah terhubung.

Layanan cloud seperti AWS Amazon.com juga menjanjikan untuk mendatangkan lebih banyak pesanan silicon yang masuk ke pusat data yang luas.

TSMC yang telah mengambil alih dari Intel sebagai perusahaan terdepan dalam pembuatan chip juga telah muncul sebagai pemain penting secara strategis pada saat Amerika Serikat (AS) dan China yang berselisih tentang kepemimpinan dalam industri teknologi global.

 

Saham TSMC Merosot pada 2022

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Perusahaan Taiwan yang paling berharga memiliki kecakapan manufaktur untuk membuat chip tercanggih di dunia berperan penting untuk memajukan industri komersial masa depan setiap negara seperti EV dan AI.

Di sisi lain, AS telah menerapkan sanksi yang lebih tinggi pada produsen chip kelas atas yang diproduksi untuk pelanggan China secara khusus untuk mencegah masuk ke tangan militer China.

Sementara itu, saham TSMC di Taiwan telah merosot 28 persen hingga penutupan perdagangan Senin, 14 November 2022. Hal ini seiring permintaan chip telah melambat dengan penurunan ekonomi dan investor khawatir tentang kelebihan pasokan.

Pada Oktober 2022, perseroan mengatakan menarik kembali belanja modal menjadi sekitar USD 36 miliar atau sekitar Rp 560,34 triliun pada 2022, yang masih menjadi rekor tertinggi. Namun, belanja modal itu turun dari rencana sebelumnya USD 40 miliar atau sekitar Rp 622,60 triliun.

Kinerja Kuartal III 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, kinerja keuangan perusahaan investasi Berkshire Hathaway milik miliarder Warren Buffett lesu hingga kuartal III 2022. Kerugian kuartalan terjadi dodorong penurunan investasi saham Berkshire di tengah pasar bak roller coaster.

Mengutip CNBC, ditulis Minggu (6/11/2022), Berkshire Hathaway membukukan rugi USD 2,69 miliar atau sekitar Rp 42,30 triliun (asumsi kurs Rp 15.724 per dolar AS) pada kuartal III 2022. Kondisi ini berbeda dari periode tahun sebelumnya untung USD 10,34 miliar. Kerugian itu terjadi lantaran penurunan investasi Berkshire di tengah pasar yang bergejolak bak roller coaster.

Berkshire menderita kerugian USD 10,1 miliar pada investasinya selama kuartal tersebut sehingga membawa penurunan menjadi USD 63,9 miliar. Warren Buffett mengatakan kepada investor kalau jumlah kerugian investasi pada kuartal tertentu “biasanya tidak berarti”.

Sementara itu, laba operasional Berkshire Hathaway mencatat kinerja yang solid meski kekhawatiran resesi meningkat. Laba operasi naik sekitar 20 persen menjadi USD 7,76 miliar pada kuartal III 2022. Hal tersebut seiring keuntungan dari berbagai bisnis yang dimiliki antara lain asuransi, kereta api dan utilitas.

Pendapatan investasi asuransi mencapai USD 1,408 miliar, naik dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,161 miliar.

Laba dari bisnis utilitas dan perusahaan energi mencapai USD 1,585 miliar, naik dari USD 1,496 miliar. Namun, penjaminan asuransi rugi USD 962 juta. Sementara, laba dari kereta api turun menjadi USD 1,44 miliar dari periode 2021 sebesar USD 1,53 miliar.

Buyback Saham

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Di sisi lain, Berkshire Hathaway habiskan dana USD 1,05 miliar atau sekitar Rp 16,51 triliun (asumsi kurs Rp 15.724 per dolar AS) untuk buyback saham selama kuartal tersebut. Dengan demikian, total aksi buyback menjadi USD 5,25 miliar hingga kuartal III 2022.

Laju pembelian kembali saham seiring kuartal II 2022 sekitar USD 1 miliar. Namun, pembelian kembali saham ini jauh di bawah harapan CFRA karena analis perkirakan akan serupa sekitar USD 3,2 miliar pada kuartal I 2022.

Sementara itu, saham Berkshire Hathaway telah ungguli pasar yang lebih luas tahun ini dengan saham kelas AS turun sekitar 4 persen dibandingkan S&P 500 yang turun 20 persen. Pada kuartal III 2022, saham Berkhsire Hathaway turun 0,6 persen.

Buffett terus membeli saham Occidental Petroleum pada kuartal III 2022. Kepemilikan Berkshire Hathaway di raksasa minyak tersebut mencapai 20,8 persen. Pada Agustus 2022, Berkshire Hathaway menerima persetujuan peraturan untuk membeli hingga 50 persen memicu spekulasi kalau akhirnya dapat membeli semua saham Occidental.

Sementara itu, kas yang dimiliki Berkshire Hatyaway mencapai hampir USD 5 miliar pada akhir September 2022, dibandingkan akhir Juni 2022 sebesar USD 105,4 miliar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya